29 - Wangi Yang Memabukkan

29 7 0
                                    

Zain mendatangi Rezky di asramanya. Terlihat Rezky yang membaca buku. Di dalam hanya Rezky sendiri. Yang lain pasti lagi di kantin. Zain berjalan masuk. Asrama tidak di kunci. Beruntung tak ada yang melihatnya menyelinap ke asrama perempuan. Kalau tidak mungkin dia bisa digebukin.

"Ki...gue kangen suara lo." Zain membalikkan tubuh Rezky menghadap ke arahnya. Rezky melotot. Zain ngapain di asramanya. Nyali dia gede sekali.

"Za ngapain disini sih. Ini kan tempat cewek." Rezky memukul lengan Zain.

"Salah sendiri buat gue ngga bisa tenang mikirin lo," protes Zain.

"Kangen pacar gue yang bawel." Zain menusuk pipi Rezky dengan telunjuknya. Rezky berdiri. Menyeret Zain untuk bicara di luar asrama.

"Za...." Rezky ingin menyampaikan perasaannya. Kedekatan Zain dengan Aneth. Membuat hatinya risih. Tapi, ia urungkan. Setelah dipikir-pikir mungkin bisa saja Zain marah. Ia tak boleh ikut campur dengan urusan Zain dengan cinta lamanya. Ia harus mengalah.

"Kenapa hm?" Zain mengangkat dagu Rezky agar menatap matanya. Mata Rezky menatap tak tentu arah. Walau berulang kali Zain menatapnya. Tetap saja ia selalu gugup.

Rezky menggeleng. "Gue juga kangen kok. Sama si bandel gue." Rezky mencubit pipi Zain.

"Gimana tadi, bagus nggak?" Rezky tersenyum lalu mengangguk.

"Bagus banget. Kiki makin sayang sama Jaja," tutur Rezky. Menunjuk dada Zain. Zain tak bisa menyiratkan perasaannya hari ini. Ia senang sekali. Bisa berduaan dengan pacarnya lagi. Di rengkuhnya tubuh mungil itu.

"Jaja juga makin cinta plus sayang sama Kiki." Zain menaruh dagunya di kepala Rezky. Menghirup aroma shampo yang menguar wangi di rambut Rezky.

"Kok nggak ke kantin?" Rezky mendongak.

"Nggak. Kan lagi sama kamu," tutur Zain.

"Zain betah nggak di asrama?" tanya Rezky.

"Betah kok. Yang bikin nggak nyaman, kalau Kiki ngejauhin gue. Kenapa sih?" Zain memegang pundak Rezky.

"Zain udah ketemu sama seseorang kan?" Rezky memutar tubuhnya. Membelakangi Zain.

"Siapa?" tuturnya.

"Aneth." Rezky kembali menatap Zain. Ia tersenyum singkat. Zain langsung terdiam. Rezky tahu tentang Aneth? Apa dia juga tahu bahwa ia pernah memiliki perasaan dengan Aneth? Rezky mungkin tahu dari Rafa, Varo ataupun Farel.

"Oh Aneth. Dia temen lama gue, pas SMP." Mata Zain tak berbohong.

"Gue pernah suka sama dia." Mata Rezky membulat sempurna. Jantung dan nafasnya tertahan sesaat. Mendengar penuturan Zain.

Zain melanjutkan, "Tapi, hati gue udah pindah sama orang di depan gue"

Rezky mencerna perkataan Zain. Mencari-cari orang yang ada di depan Zain. Hanya dirinya. Senyumnya mengembang. Matanya menatap kedua lensa coklat milik Zain.

"Gue kah orangnya?" Rezky menunjuk dirinya sendiri. Zain terkekeh. Lalu mengangguk.

"Iya sayang...." Zain mengusap pucuk kepala Rezky.

"Kiki pake shampo apa?"

"Dove. Kenapa?"

"Gue suka harumnya. Besok Jaja beli ahhh," ujar Zain.

"Kalau gitu....cium Kiki aja." Zain mematung.

"Beneran?" tanya Zain memastikan.

"Cium rambut Kiki maksudnyaaaaaaa." Rezky mengangkat tangan Zain untuk menyentuh rambutnya. Zain tertawa. Ia salah kira.

"Iya deh. Cium Kiki aja." Rezky menarik telapak tangan Zain. Mencubit pelan telapak tangan itu.

"Jangan lebih dari itu ya," tutur Rezky. Zain mengangguk. Rezky gadis yang berharga baginya.

"Iyaa."

-REZZA-

VOTE DAN KOMEN SELALU.
SANGAT BERHARGA SEKALI ^^
makasihhhhh semuaaa.

REZZA | ENDWhere stories live. Discover now