Tinggal bersebelahan dengannya adalah kebetulan. Mengenalnya lebih baik adalah paksaan keadaan. Menjadi sahabatnya sejak kecil adalah pilihan. Namun, jatuh cinta padanya benar-benar tidak pernah terpikirkan.
Ia pindah ke rumah kosong tepat di sebelah kediaman Uchiha saat umurnya 4 tahun. Orangtuanya berkata bahwa tetangga mereka juga mempunyai anak laki-laki yang seumuran dengannya. Pertama kali ia bertemu dengan kakak-beradik Uchiha adalah ketika ibunya mengajaknya bermain di taman lokal. Berbeda dengan kakaknya yang lebih ramah, kesan pertama Y/N terhadap si bungsu Uchiha adalah ia bukan orang yang menyenangkan dan posesif terhadap kakaknya. Namun, sepertinya orangtua mereka tidak menyadarinya hingga seringkali Y/N terjebak dalam situasi ia tidak bisa menolak untuk bermain bersama dengan Sasuke.
Semakin dewasa, Y/N menyadari bahwa Sasuke tidak ramah dengan orang asing karena ia sering menjadi sasaran orang-orang yang ingin mendekati kakaknya. Dari apa yang ia lihat, Sasuke terkadang benci berada di bawah bayangan kakaknya yang begitu hebat. Saat itulah, ia mulai bersimpati. Y/N memandang Sasuke dengan sisi pandang yang lain, hingga entah sejak kapan mereka mulai dekat. Bahkan Sasuke sendiri tidak ragu berkata bahwa Y/N adalah sahabatnya.
Perasaan gembira akibat pernyataan Sasuke tidak berlangsung lama. Dengan gestur ringan yang selalu Sasuke tunjukkan hanya padanya, Y/N merasa ia adalah gadis spesial untuk sahabat masa kecilnya. Belum pernah ada gadis manapun yang duduk di kamar Sasuke, bercengkerama dengannya hingga tengah malam atau dirangkul oleh si Uchiha Bungsu ketika menangis. Y/N mengalaminya. Hanya saja, hatinya tidak bisa mengartikan perlakuan tersebut sebagai gestur teman. Hatinya meminta lebih.
Balkon kamar mereka menjadi tempat favorit keduanya untuk menjauh sejenak dari dunia dan beban yang mengiringi. Di sinilah Sasuke dengan penuh percaya diri meminta Y/N untuk menjadi kekasihnya—Y/N bahagia tentu saja, tapi melihat seringai puas di wajah Sasuke, rasanya ia ingin mencekik pria itu. Di balkon pula lah semua janji yang mereka buat terucap. Bagi sebagian orang, janji yang mereka buat terkesan sangat kekanakkan karena mereka masih muda, tapi keduanya tidak peduli. Saat mengikrarkan janji, baik Y/N ataupun Sasuke berniat untuk memenuhinya.
Janji untuk selalu bersama, tidak peduli jarak dan waktu memisahkan mereka.
Janji itulah yang menjadi penyebab dilemanya sekarang. Alasannya menjauhi kekasihnya seharian ini setelah kabar bahwa ia akan pindah ke negeri Kangguru baru didengarnya kemarin. Sampai ia siap mengatakan berita ini pada Sasuke, Y/N memilih untuk duduk di tepi balkonnya, membiarkan kakinya menjuntai melewati pagar sembari menikmati angin malam.
"Aku sudah mendengar kabarnya dari Bibi," Y/N berjengit kaget. Ia mencengkeram pagar erat. "Setelah aku mencarimu seharian, kau malah bersembunyi di sini."
Y/N berusaha mengatur napasnya yang memburu akibat terkejut dengan kedatangan kekasihnya yang tiba-tiba. "Bagaimana kau tahu aku di sini?"
Sasuke berdiri di sisi Y/N, bersandar pada pagar balkon. Ia melirik Y/N dengan sebelah alis terangkat seolah menjawab pertanyaan retoris Y/N sekaligus menuntut agar Y/N menjelaskan alasan ia menghindari pria itu.
"Aku belum siap memberitahumu," Y/N mendesah tak berdaya. "Bahkan aku belum bisa menerima berita ini. Semuanya terlalu mendadak."
"Tidak mendadak. Kau masih punya waktu satu bulan untuk menyiapkan semuanya. Keluargamu pindah setelah hari kelulusan, kan?" papar Sasuke masih dengan nada datar.
Y/N mendengus jengkel. Kenapa pria di sampingnya tampak tak peduli dengan kepindahannya? Kenapa Sasuke begitu tenang seolah cuek dengan ketidak beradaan dirinya dalam waktu dekat? Bukannya tidak rasional, ia sudah terbiasa menjalani harinya dengan Sasuke. Bagaimana jadinya jika ia di Australia sendirian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto One Shots
FanfictionCuma kumpulan dari berbagai karakter yang ada di Naruto. (Request CLOSED)