Naruto tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat. Ia bahkan menarik Sakura dan Sasuke untuk memastikan bahwa ia tidak bermimpi. Sungguh tidak lazim melihat ketua tim tujuh, Hatake Kakashi, berjalan santai di desa tanpa membawa buku mesumnya. Terlebih lagi berdua dengan gadis yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
"Oi, Sakura-chan, Sasuke. Aku tidak salah lihat kan? Itu benar Kakashi-sensei, kan?" tanya Naruto bertubi-tubi hingga tanpa sadar ia merangkul bahu teman satu timnya.
"Tidak bisa dipercaya. Kakashi-sensei dengan seorang gadis? Apakah salju akan datang di musim panas?" seru Sakura penuh antusias. "Lihat!! Kakashi-sensei merangkul bahu gadis itu."
Sasuke memutar bola matanya bosan. Ia benar-benar tidak tertarik dengan kehidupan yang dijalani oleh gurunya. Yang ia tahu, gurunya memang hebat walaupun suka terlambat dan hampir tidak pernah lepas dari buku mesumnya, selain itu ia tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan oleh Kakashi. Sama sekali. Namun, pekikan antusias dari Sakura dan berondongan pertanyaan dengan nada penasaran dari Naruto membuatnya sedikit tertarik.
"Ah ... mereka mulai menjauh. Ayo kita ikuti!" seru Naruto yang menarik tangan Sakura yang kemudian menarik lengan Sasuke.
"Oi, Naruto. Berhenti! Untuk apa kau menguntit Kakashi? Kau tahu apa akibatnya kalau ia sampai tahu? Dengan kemampuanmu yang tidak seberapa itu, Kakashi pasti akan segera tahu," Sasuke berusaha menahan diri agar tidak terseret oleh rasa penasaran teman satu timnya.
"Memangnya kau tidak penasaran?" Sasuke menggeleng tegas. "Ayolah Sasuke, anggap saja kita sedang berlatih untuk mengintai target. Latihan seperti ini juga bisa memperkuat kerja sama tim kita kan? Ayo Sakura-chan, katakan pada si membosankan itu."
"Ayo Sasuke-kun, kau bisa menganggap ini sebagai latihan. Buktikan kalau kau jauh lebih baik saat mengintai musuh daripada si bodoh itu," Sakura berusaha membujuk Sasuke, mengabaikan rengekan protes Naruto yang tidak terima dirinya dikatai bodoh.
Selama beberapa saat Sasuke terdiam, menimbang baik buruknya sebelum menghela napas kalah. Ia tidak akan bisa melawan kekeras kepalaan kedua orang di hadapannya. Apalagi untuk urusan yang seperti ini. Mungkin saja, ia tidak akan bisa menang.
Setelah menggumamkan kata 'baiklah', Naruto dan Sakura bersorak sebentar lalu ketiganya mengikuti jejak guru mereka. Tiga pasang mata berusaha mencari sosok tinggi dengan rambut perak dengan seorang gadis berambut platina yang memakai terusan panjang dan syal besar menutupi bahu.
"Ketemu! Mereka di sana!" Sasuke menunjuk ke arah jam dua.
Target yang mereka tuju ternyata sedang mengobrol dengan Kurenai-sensei dan Asuma-sensei. Mereka berbincang seru seakan tidak lama bertemu. Yah, dengan sibuknya menjadi ninja mungkin saja mereka memang jarang bertemu. Ketiganya bersembunyi di salah satu bilik toko terdekat, berusaha mendengar percakapan mereka, namun sia-sia. Sama sekali tidak terdengar.
Setelah beberapa menit mengobrol, mereka berpisah jalan. Naruto, Sasuke dan Sakura kembali mengikuti Kakashi dan gadis misterius itu diam-diam. Mereka terpaksa bersembunyi lagi saat keduanya berhenti di depan toko antik.
"Oh .... astagaaa!" Naruto dan Sasuke kompak membekap mulut Sakura yang masih belum bisa menahan pekikannya saat melihat sikap gurunya sambil berdesis.
Kakashi-sensei mencium pelipis gadis misterius itu di depan publik. Astaga ... ini tidak bisa dipercaya. Mungkin saja salju benar-benar akan datang musim panas ini.
***
Y/N merasa senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan teman-teman lamanya lagi setelah sekian lama berada di bawah pengawasan Kakashi. Senyum tidak luntur dari wajahnya bahkan setelah mereka berpisah dengan Asuma dan Kurenai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto One Shots
FanfictionCuma kumpulan dari berbagai karakter yang ada di Naruto. (Request CLOSED)