Uchiha Shisui

10.2K 917 141
                                    

Aku mengalihkan pandangan dari buku yang sedang kubaca saat mendengar suara anak kecil yang sangat familiar di telinga. Sasuke berlari ke arahku sambil memeluk boneka dinosaurus hijau kesayangannya. Pasti Fugaku menitipkan Sasuke pada Shisui lagi.

"Halo Sasuke," sapaku. Aku terpaksa menutup buku yang sedang kubaca saat Sasuke melompat padaku.

"Hai Y/N-neechan," balas Sasuke dengan senyumannya. Ah... betapa imutnya Sasuke yang sedang tersenyum.

Shisui masuk ke ruang tengah tidak lama setelah Sasuke datang. Wajahnya terlihat senang sekaligus lelah, karena menghadapi anak berumur tujuh tahun seperti Sasuke sangatlah melelahkan. Ditambah lagi, Sasuke bukanlah anak kecil biasa, yang ingin ia lakukan adalah berlatih dan berlatih. Aku sampai kewalahan kalau menghadapinya sendirian.

"Itachi sedang ada misi?" tanyaku. Shisui duduk di sebelahku sementara Sasuke asyik dengan dinosaurusnya.

"Iya. Fugaku bilang akan Itachi akan menjemput Sasuke sore ini, saat ia pulang misi nanti," jawab Shisui, ia merebahkan kepalanya di bahuku.

Tanganku terangkat untuk mengusap kepalanya. "Hanya sampai sore, kau bisa bertahan kalau selama itu."

"Aku sangat menyayangi Sasuke, bahkan menganggapnya sebagainya adikku sendiri, tapi kalau Itachi menjalani misi lebih dari dua hari, aku akan meminta misi pada hokage," gerutu Shisui.

Aku terkekeh pelan. Sebelum bisa membalas ucapannya, Sasuke menghampiri kami lagi. Kali ini sasarannya adalah Shisui, ia menarik ujung baju Shisui sambil memohon untuk diajarkan teknik shuriken karena Itachi tidak mau mengajarinya. Aku menahan tawa saat Sasuke memasang wajah imutnya, aku berani bertaruh Shisui tidak akan bisa menolak permintaan Sasuke selelah apapun ia.

"Baiklah, baiklah, tapi hanya teknik Shuriken saja, ya?"

"Aku juga ingin memperbaiki jurus api yang waktu itu ayah ajarkan padaku," pinta Sasuke. Ia masih belum melepas raut wajah imutnya. Lagi-lagi Shisui tidak bisa menolaknya.

Shisui menuntun Sasuke keluar, kurasa mereka akan ke danau dan ke hutan tempat biasa mereka berlatih. Aku memilih untuk menyiapkan bekal sebelum mengikuti mereka. Sudah menjadi kebiasaanku untuk menyiapkan bekal jika mereka berlatih dan kali ini aku akan membuat nasi kepal dengan ekstra tomat.

Kalau dilihat, Shisui sudah seperti saudara kandung untuk Sasuke ataupun Itachi. Aku sering melihat mereka berlatih bersama, menjalankan misi bersama, bahkan mendiskusikan tentang desa bersama. Sedangkan dengan Sasuke, saat Itachi pergi misi ia yang akan menggantikan posisi Itachi untuk mengajari Sasuke. Aku penasaran bagaimana jadinya kalau mereka terus bersama sampai Sasuke besar nanti, mungkin mereka akan menjadi Uchiha paling hebat? Mungkin saja.

Setelah selesai menyiapkan bekal, aku langsung pergi ke danau tempat biasa mereka berlatih. Terlihat api yang sangat besar berada di atas danau, ternyata Shisui sedang mempraktekkan cara yang benar. Hm... seharusnya jurus itu dikuasai oleh seorang genin, tapi kalau Sasuke bisa menguasainya diusia seperti ini aku akui ia sangat hebat.

"Aku penasaran, kalau kalian melakukan ini di teras belakang, apa rumah kita akan terbakar juga?" tanyaku.

Shisui berbalik saat mendengar suaraku, ia tersenyum saat melihatku membawa kotak bekal. "Kau membuat bekal lagi?"

"Tentu saja, aku tidak bisa membiarkan laki-laki favoritku kelaparan, kan?" balasku.

Senyuman di wajah Shisui melebar. "Kau tidak perlu repot menyiapkannya untukku, Y/N."

"Siapa yang menyiapkannya untukmu?" aku menyeringai. "Sasuke, makanan favoritmu tomat, kan? Aku membuat makanan favoritmu."

Sasuke berbalik dan tersenyum, ia berkata akan memakan bekalnya nanti saja karena belum lapar. Aku melirik Shisui, ia menundukkan kepalanya kecewa dengan wajah sedikit cemberut membuatku tertawa.

"Jadi favoritmu itu Sasuke, bukan aku?" ia memelukku dari belakang, kepalanya berada di sebelah kepalaku.

Sebelum aku bisa menjawab, terlihat api yang hampir sama besarnya dengan api Shisui. Hebat.. Sasuke sudah bisa menguasainya, sudah kuduga kalau ia sehebat kakaknya. Sasuke berlari ke arah kami dengan senyuman lebar, aku tidak bisa melihat ekspresi Shisui sekarang, tapi aku tahu kalau ia juga merasa kagum dengan Sasuke.

"Bagaimana Y/N-neechan, Shisui-nii, apa yang kulakukan sudah baik?" tanya Sasuke.

"Baik? Itu hebat Sasuke, aku yakin ayahmu akan bangga," kataku. Aku melepas pelukan Shisui dan berjongkok di depan Sasuke, ia kelihatan murung saat aku berkata tentang Fugaku. Tidak suka melihatnya seperti ini, aku memeluknya.

"Eh?"

"Sasuke itu hebat, percayalah padaku. Shisui juga berpikir seperti itu, iya kan?" aku melirik Shisui tajam. Mengerti isyarat yang kuberikan, ia ikut berjongkok di sebelahku dan menepuk bahu Sasuke pelan, menyetujui ucapanku.
***
Aku melepas sendal dan menaruhnya di rak. Itachi menjemput Sasuke lebih awal dari perkiraan kami, tepat saat kami ingin meninggalkan danau Itachi datang. Karena belum sempat memakan bekal yang kubuat, aku menyuruh Sasuke untuk membawanya. Aku masih belum melupakan wajah murung Sasuke.

"Hey Shisui?"

"Hm?"

"Apa Fugaku selalu keras pada anak-anaknya?" tanyaku saat melihat Shisui duduk di sofa. Matanya setengah terpejam, mungkin lelah karena berlatih dengan Sasuke.

"Bagaimana menjelaskannya ya," Shisui menarik tanganku agar duduk di pangkuannya. "Kurasa seperti itulah karakter Fugaku, maksudku ia adalah pemimpin klan ini, ia bertanggung jawab untuk membuat anak-anaknya mampu untuk meneruskan kepemimpinannya."

Aku menghela nafas panjang. Agaknya terlalu keras pada anak sendiri juga terkesan kejam. "Aku berharap kau tidak seperti itu nantinya."

"Maksudmu?"

"Aku berharap kau tidak sekeras itu pada anakmu nanti. Aku tahu kalau keras sudah menjadi karakter klan ini, tapi kalau sampai membuat anakmu merasa terbebani dan sedih rasanya cara seperti itu terlalu kejam," jelasku. Saat aku menatap Shisui, aku melihat ia menyeringai tipis.

Shisui memeluk pinggangku erat, ia menaruh kepalanya di leherku. Aku bisa mendengar suara nafasnya dengan jelas. "Hanya anakku? Kenapa tidak menyebut anak kita?"

Wajahku menghangat. "Apa yang kau katakan? Belum tentu anakmu akan menjadi anak kita, tahu."

"Tidak, anakku pastilah anak kita. Aku tidak pernah berpikir untuk melihat gadis lain atau melepasmu, jadi hal itu sudah pasti," balas Shisui tegas. Ia mencium pipiku sebagai penegasan atas ucapannya barusan.

Tunggu... bukankah ucapannya barusan seperti lamaran tidak langsung? Menyadari hal itu, wajahku kembali menghangat. "Kalau ingin melamarku, seharusnya kau bawa cincin. Jangan hanya ucapan saja."

Mataku menyipit saat Shisui merogoh saku celananya, sebenarnya apa yang ia cari? Aku berkedip tidak percaya, ia mengeluarkan kotak kecil dan saat dibuka kotak itu berisi cincin! Astaga...

"Jadi, apa jawabanmu, Y/N?"

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang