Janji hanyalah kalimat tanpa makna dan penuh omong kosong. Itulah yang dipercayai Y/N selama bertahun-tahun tepat setelah kepergian Kakashi dari hidupnya.
Saat itu bunga sakura pertama telah muncul. Kakashi mengajaknya bertemu di bawah pohon tempat biasa mereka bermain. Y/N menyadari ada yang tidak salah dari gerak gerik Kakashi, ditambah lagi dengan berita kematian Ayahnya, Y/N hanya ingin memeluk sahabat sejak bayinya dan berkata kalau semua akan baik-baik saja.
"Kalau kau hanya diam saja, aku akan merasa cepat bosan Kakashi," ucap Y/N sambil mengayunkan genggaman tangan mereka.
Wajah Kakashi memang tertutup masker, namun Y/N tahu sahabatnya tengah mengkhawatirkan sesuatu. Ingin rasanya memaksa Kakashi berkata sesuatu, tapi ia tahu memaksa seorang Kakashi tidak pernah menjadi langkah yang baik.
"Sebenarnya ada apa Kakashi? Aku jadi takut," suara Y/N terdengar begitu lirih.
Kakashi menghela nafas. Genggamannya sedikit mengerat. "Berjanjilah. Berjanji kalau kukatakan yang sebenarnya kau tidak akan menangis."
Y/N mengangguk cepat.
"Aku harus meninggalkan Konoha, meninggalkan Jepang," mulai Kakashi. "Kau tahu sendiri Ayahku sudah meninggal dan keluargaku tidak ingin aku sendirian di sini. Mereka ingin aku berada di London bersama mereka."
Tidak seperti yang ia janjikan pada sahabatnya. Begitu mendengar kata 'meninggalkan' pandangan mata Y/N mengabur. Ia terisak begitu Kakashi menyelesaikan kalimatnya. Bayangan tidak bisa bersama dengan sahabatnya membuat tangis Y/N semakin keras hingga ia merasa Kakashi melepaskan genggaman tangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto One Shots
FanfictionCuma kumpulan dari berbagai karakter yang ada di Naruto. (Request CLOSED)