Aku memijat pelipisku berharap rasa sakit yang mendera kepalaku akan menghilang, walaupun hanya sedikit. Mataku terasa sakit karena terlalu lama menatap layar laptop yang sudah menyala lebih dari dua belas jam di depanku. Belum lagi perutku yang terus berbunyi lantaran belum kuiisi sejak delapan jam yang lalu, tapi aku tidak bisa mengalihkan perhatianku dari naskah yang sudah selesai ini. Prinsipku adalah selalu menyelesaikan apa yang sudah kumulai.
Seperti yang sudah di ketahui, aku sedang membuat naskah film thriller yang akan di tayangkan di televisi. Sudah berkali-kali produser dan sutradara film ini menanyakan tentang naskah padaku, tapi aku selalu bilang belum selesai. Maklum saja, aku adalah orang yang sangat perfeksionis di pekerjaanku dan menurutku ada sesuatu yang kurang dalam tulisanku ini.
Saking sibuknya menatap layar laptop, aku sampai tidak sadar kalau ruang kerjaku sudah terang dan kekasihku sudah berdiri di belakangku setelah menaruh baki yang berisi makanan di samping laptopku. Ia mengikuti arah pandangku sambil memelukku dari belakang.
"Kau sudah selesai?" tanyaku. Tobirama juga memiliki ruang kerjanya sendiri dan biasanya ia selalu disibukkan dengan tumpukkan kertas yang menuntut perhatiannya.
"Kelihatannya?" jawab Tobirama tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Aku mendengus pelan mendengar jawabannya yang lebih mirip pertanyaan. Bersama dengannya lebih dari lima tahun sudah membuatku terbiasa dengan sikap ketusnya yang sangat menyebalkan. Bahkan ia bersikap begitu pada kakaknya, Hashirama. Kurasa semua orang di dunia ini akan diperlakukan dengan ketus dan jutek olehnya.
"Produsermu menelpon tadi. Ia bertanya kenapa kau tidak memperlihatkan naskahmu pada mereka, padahal deadline-nya sudah dekat. Tidak biasanya kau seperti ini, mau menjawab pertanyaannya?" tanya Tobirama.
Helaan nafas pelan terdengar dariku. "Ada sesuatu yang kurang dari naskah ini dan aku tidak tahu apa itu. Aku sudah menatap layar laptop ini selama berjam-jam dan menbacanya berulang kali, tapi tidak kutemukan sesuatu yang salah itu."
Tobirama mencium pelipis sekilas, lalu menyandarkan pipinya di kepalaku. Tangannya melepas pelukan dan menyuapkan makanan yang ia bawa ke dalam mulutku. Aku mengunyah tanpa banyak protes, toh perutku juga sedang lapar. Hanya saja, tumben sekali Tobirama bisa bersikap selembut ini padaku. Ia melakukannya beberapa kali sampai makanan yang ia bawa sudah habis.
Tanganku bergerak menggerakkan kursor ke bawa, membaca ulang naskahku dengan cepat. Saat tanganku terangkat untuk mengucek mataku yang sudah terlihat buram, tangan Tobirama menghalangiku.
"Kau terlalu lelah, Y/N. Sudah waktunya untuk istirahat," kata Tobirama. Tangannya bergerak cepat untuk menyimpan file naskahku. Sebisanya aku memberontak karena tidak ingin meninggalkan pekerjaanku yang belum sepenuhnya selesai.
"Naskahnya belum selesai, Tobirama. Aku harus menyelesaikannya malam ini."
Tobirama menatapku datar. "Kau bisa menyelesaikannya besok. Apa kau tidak sadar kalau kau lebih mirip panda daripada manusia sekarang?"
Aku mendengus dan menggembungkan pipiku kesal mendengar ucapannya. Aku tahu kalau penampilanku sudah sangat berantakan, tapi ia tidak perlu menyuarakannya, apalagi menyamakanku dengan panda yang imut-imut. Ia masih menatapku, menungguku untuk mengikuti keinginannya agar aku istirahat.
"Kau duluan saja, aku akan menyusulmu nanti," balasku.
"Yang kau maksud nanti itu berapa lama, Y/N?" tanya Tobirama. "Lagipula, aku tidak mungkin membiarkanmu tertidur di kursi hanya karena kau merasa ada sesuatu yang salah dengan naskahmu."
Aku memekik saat Tobirama menggendongku. Tangannya berada di punggungku dan tangannya yang lain berada di lekukan dalam lututku. Aku mengalungkan lenganku di lehernya agar tidak jatuh, walaupun aku yakin ia tidak akan menjatuhkanku. Tobirama membawaku ke dalam kamar, lalu menjatuhkanku ke kasur dengan perlahan.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu? Aku tahu kalau pekerjaanmu belum selesai," tanyaku sambil memposisikan kepalaku senyaman mungkin di atas bantal. Ya, aku tahu kalau Tobirama berbohong kalau mengatakan pekerjaannya sudah selesai, karena seingatku tumpukan kertas itu tidak pernah meninggalkan meja Tobirama, bahkan pada hari minggu.
"Pekerjaanku bisa menunggu besok. Yang terpenting untukku sekarang adalah membuatmu istirahat sebaik mungkin. Kalau kau keluar rumah dengan wajah seperti itu, kau akan membuatku malu juga," dengus Tobirama.
Ia ikut berbaring di sampingku, membuatku merebahkan kepala di dadanya. Tobirama mencium rambutku beberapa kali, tangannya mengusap punggungku lembut dan tangannya yang lain menggenggam tanganku sambil mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya. Aku menghela nafas puas dengan sikapnya malam ini.
"Ada apa denganmu malam ini, Tobirama? Tidak biasanya kau seperti ini," kataku, lalu buru-buru menambahkan, "Bukannya aku tidak suka dengan sisimu yang ini sih, hanya saja, aneh melihat kekasih ketusku menjadi lembut dan romantis seperti ini."
Tobirama menghela nafas pelan, lalu menggumam, "Kurasa aku harus menunjukkan sisiku yang seperti ini padamu lebih sering, eh Y/N?"
"Hmm," balasku setengah menggumam. "Sekarang katakan alasannya. Kau tidak mungkin tiba-tiba berubah, kan?"
Tobirama menghela nafas panjang sampai beberapa helai rambutku terhempas. "Aku menyadari kalau beberapa hari ini kau terlihat lebih lemas dan stress daripada biasanya. Aku sempat pergi menemui nii-san dan bertanya kalau hal seperti ini terjadi pada Mito-san, apa yang akan ia lakukan."
"Lalu apa yang Hashirama-nii lakukan?" tanyaku setengah penasaran. Harus kuakui kalau mereka berdua adalah pasangan paling akur yang pernah kulihat, sepertinya tidak ada pertengkaran yang berarti yang terjadi diantara mereka.
"Ia melakukan sesuatu yang tidak akan pernah kulakukan. Rasanya aku menyesal pernah menanyakan pertanyaan seperti itu padanya," ucap Tobirama setengah mendengus. "Sekarang tidur, Y/N. Besok kita akan menonton film yang akan membuatmu tahu apa yang salah dengan naskahmu."
Sebenarnya aku sangat penasaran dengan maksud tersirat dari ucapan Tobirama, tapi sepertinya mataku sudah tergoda untuk mengikuti perintah Tobirama dan tidak mengizinkanku untuk menatapnya lebih lama lagi. samar-samar kurasakan bibirnya berada di kelopak mataku.
"Selamat tidur, Y/N."
"Selamat tidur Tobirama. Aku mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto One Shots
FanfictionCuma kumpulan dari berbagai karakter yang ada di Naruto. (Request CLOSED)