Chapter 8

32.8K 3.9K 110
                                    

"cinta adalah sebuah penyakit, orang orang yang dihinggapinya, tidak pernah ingin disembuhkan"
-Jalaludin Rumi-
-

"Aduh gimana ini, Alifia kena cacar" ustadzah Diana yang sedang kebingungan melihat bintik cacar di tubuh alifia.

Aku menatap Alifia yang terbaring lemah. Aku sudah pernah terkena penyakit cacar, kata orang orang tua dahulu,kalau kita sudah terkena cacar sekali, kita tidak akan kena untuk yang kedua kalinya dan seterusnya.

"Nanti biar Alifia di kamar khusus sendiri, mandinya juga jangan di kamar mandi umum" perintah ustadzah Diana mengingatkan kepada kami yang sedang melihat Alifia.

"Yaudah sekarang kalian balik ke kamar masing masing aja, nanti malah ketularan" perintah ustadzah Diana sambil menutup tubuh alifia menggunakan selimut.

Kami yang tadinya berkumpul disitu akhirnya kembali ke kamar masing masing.

"Kasihan ya Alifia," kata Rahma. Aku mengangguk.

"Padahal besok ada latihan" kata Rahma.

"Loh emang Alifia ikut paskib?" Tanyaku sambil mengingat ingat.

"Enggak, dia baca Undang undang" jawabnya sambil mengambil salah satu bantal yang tergeletak di lantai.

Aku mengangguk angguk.

"Semoga dia cepet sembuh biar bisa jadi petugas" kataku.

"Tapi cacar tu minimal seminggu gak si" kata Rahma memastikan.

Iya juga sih, gak mungkin kalau cacar hanya berlangsung satu atau dua hari.

"Siapa tau ada keajaiban, hahaha" aku tertawa sambil mengambil novel dari lemariku.

-

"Zahra, di panggil sama ustadzah Dina ke kantor" kata Tania yang baru saja masuk kelas.

"Aku?" Tanyaku memastikan. Tania mengangguk.

"Udah di tunggu" jawabnya.

Aku segera berlari keluar kelas menuju kantor.

Aku melanggar apa? Kenapa di panggil ke kantor aku bertanya tanya dalam hati.

Sesampainya di kantor, ustadzah Dina yang sudah menunggu ku di ruang bimbingan konseling itu melambaikan tangan.

Setelah mengucap permisi kepada para ustadz ustadzah akhirnya aku masuk ke ruang BK.

"Sebelumnya saya minta maaf ya manggil kamu dadakan gini" kata ustadzah Dina memulai pembicaraan setelah aku duduk di kursi yang berhadapan dengannya.

"Iya ustadzah, mohon maaf emang ada apa ya?" Tanyaku sopan.

Ustadzah Dina menyodorkan selembar kertas.

"Saya dengar dulu kamu pernah ikut lomba pidato saat Mts," kata ustadzah Dina.

Aku mengangguk mengiyakan. Aku memang pernah ikut lomba pidato, walaupun gak juara dan hanya sekali.

Dia Bukan Hanya Ustadzku ✓[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now