Chapter 10

35.6K 3.9K 339
                                    

"menyukaimu berarti menjadikanmu seorang putri yang berharga, dan mencintaimu berarti menjadikanmu seorang ratu yang harus ku jaga"
-

Kata orang, masa masa SMA adalah masa paling indah diantara semua masa sekolah, tetapi aku belum menemukan sesuatu yang indah di masa SMA ku.

Bulan November adalah bulan bulan sibuk menuju UAS (Ulangan Akhir Semester), kami mengejar materi yang terlewat. Pesantren kami memang sedikit terlambat dalam mengejar materi pelajaran umum, karena guru guru kami adalah mahasiswa yang juga harus mengejar nilai di kampusnya, jadi terkadang kami harus mempelajari materi sendiri jika terjadi jamkos.

Tring..tringgg

Bel masuk berbunyi. Aku yang masih menikmati cilok pedas panas yang baru ku beli. Terlihat Rahma mendengus kesal saat mendengar bel masuk berbunyi.

"Ayok masuk, makannya di kelas aja," ajak Rahma berhenti memasukkan cilok ke mulutnya. Aku mengangguk.

"Eh nanti kita ajak ustadzah Nur belajar di mushola aja yuk," kata Rahma semangat.

"Emang boleh?" Tanyaku sambil tetap fokus berjalan.

"Paksa dong" kata Rahma.

"Tuh kan ustadzah belom Dateng, tau gitu tadi di kantin dulu" sungutku saat melihat kursi guru masih kosong. Aku berjalan ke bangku ku dan langsung duduk untuk menikmati sisa cilokku.

"Eh temen temen, gimana kalo nanti kita minta belajar di musholaaaa?" Tanya Rahma berteriak kepada teman teman sekelas.

"Iya yok, di kelas bikin ngantuk," kata salah satu diantara mereka.

"Iya yuk ah udah lama gak belajar di mushola," kata Anita, ketua kelas. Aku melihat Rahma tersenyum senang.

"Nanti pas ustadzah Nur Dateng kita langsung bujuk okeee?" tawar Rahma.

Satu kelas mengangguk menyetujui. Selain agar tidak mengantuk, belajar di mushola juga bisa untuk mengintip santri putra yang sedang keluar kelas.

Aku berjalan keluar kelas untuk membuang plastik cilokku.

"Eh ustadzah," aku menyalimi ustadzah Nur yang sedang menaiki tangga. Kukira jamkos, kataku dalam hati.

"Yuk masuk" ajak ustadzah Nur sambil berjalan menuju pintu kelasku. Aku mengangguk lalu mengekornya.

"Assalamualaikum anak anak," salam ustadzah Nur ramah. Ustadzah Nur pun mengabsen anak anak satu persatu.

"Maaf banget ya, ustadzah agak telat tadi," ujar ustadzah Nur sambil membuka buku Pendidikan Kewarganegaraan nya.

"Maaf ustadzah, gimana kalau kita belajar di mushola aja?" Tanya Rahma yang diikuti anggukan teman teman.

"Di kelas aja, kan udah enak" jawabnya tersenyum.

"Ngantuk ustadzah," Kata Tania yang langsung di iyakan oleh teman teman.

"Oke oke, tapi lihat dulu mushola nya di pake apa engga," kata ustadzah Nur. Anita langsung berinisiatif keluar untuk mengecek apakah ada orang di mushola.

Dia Bukan Hanya Ustadzku ✓[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now