Chapter 14 : #List3 Space

2.2K 400 69
                                    

Cause when I touch you like that it's enough to make you wanna relapse.

August 2020

Sunghoon POV

Malam itu aku tidak bisa tidur nyenyak. Perlahan-lahan apa yang selama ini aku takutkan menjadi nyata. Aku merasa efek dari masa laluku mulai mengubahku menjadi orang lain, tepatnya menjadi mirip seperti Ayah.

Aku masih ingat bagaimana Ayah memperlakukan Ibu, mencintai namun selalu memaksakan kehendaknya pada Ibu, tak jarang permainan fisik selalu mewarnai rumah tangga mereka, dan akhirnya membuat anak-anaknya jadi tercerai berai kemana-mana.

Aku masih bergelut dengan OCD ku. Sudah ratusan kertas aku coret-coret, mengoreksi diriku sendiri sepanjang hari ini. Aku juga sudah menghukum diriku sendiri ketika yang kulakukan ada yang salah. Jangan tanya aku melakukan apa, kalian tidak mau mendengarnya.

Tapi aku lelah, aku ingin berhenti. Aku menginginkan Sunoo bersamaku sekarang. Aku hanya perlu mencari cara yang lebih lembut untuk meminta pengertiannya.

Sial, kenapa sulit sekali buatku mengatakan cinta. Kata itu sudah terlalu membuatku muak apalagi jika dikaitkan dengan kondisiku saat ini. Tidak adakah cara lain untuk menyalurkan rasa sayangku ke Sunoo?

Aku pusing dengan pikiran-pikiran mengganggu ini ditambah kejadian memalukan di pameran fotografi beberapa hari lalu, aku tampak sangat bodoh di depan Sunoo dan juga Jay. Ya sudahlah aku akan menggunakan cara awal saja. Aku akan berusaha jujur padanya, dia pasti lebih butuh itu.

Aku melihat jam masih jam 5 pagi. Masuk sekolah masih 3 jam lagi, aku memilih bangun, memberi makan Gaeul dan siap-siap ke sekolah saja.

Kalian tidak salah dengar kok, aku akan pergi ke sekolah, dengan jalan kaki, atau mungkin berlari, jadi itu bisa membunuh waktu sampai jam 8.

Saat angin pagi masih berhembus, aku berangkat. Aku melihat lampu kamar Sunoo baru menyala saat keluar rumah, ia pasti baru bangun. Aku tidak ingin dia tahu tentang kebiasaanku ini, setidaknya sampai nanti aku siap menceritakan semuanya.

Aku berlari dan terus berlari. Ketika gerakan kakiku semakin cepat, aku bisa merasakan beberapa beban di kepalaku perlahan memudar. Hanya dengan berlari saja, aku bisa melupakan itu sejenak. Sebentar saja...

Aku sampai di sekolah tepat jam setengah 8, penjaga sekolah yang selalu hafal wajahku menyapaku dengan semangat, aku menyapanya balik kemudian langsung menuju rooftop, kembali membunuh waktu sampai bel masuk sekolah.

Hmm, bagaimana rasanya terjun bebas dari tempat yang tinggi? Aku belum pernah mencobanya. Sudah banyak hal yang aku lakukan kecuali satu hal itu. Aku hanya tahu kalau aku bisa melakukannya, semua bebanku akan hilang seketika, bersama hidupku, tapi akan menambah banyak beban untuk orang lain.

The thought of ending my own life... baru kali ini aku memikirkannya. Perlahan aku tepiskan pemikiran itu karena aku bisa tambah gila. Aku bahkan belum bertemu Ibu. Kenapa sih mereka harus pergi selama itu?

Aku mendengar derap langkah kaki dari pintu masuk rooftop, mendadak saja sosok Sunoo kini ada di depanku. "Gue tadi nanya ke teman-teman kelas lo ada yang lihat lo atau engga, mereka bilang lo belum dateng tapi gue ga percaya." katanya. "Makanya gue langsung ke sini."

Lucu sekali, Sunoo selalu muncul tepat di saat titik-titik depresiku mencoba menguar keluar.

"Sun..."

*1(0) Ten Things ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant