Chapter 18 : #List7 Infinite

1.4K 325 23
                                    

I'll just break down on my knees

pray with all my heart

just to be lost in love

24 August 2020

Sunghoon POV

Suara tangis memenuhi kamar tua tempatku berada saat ini. Bukan aku yang menangis, tapi dua penjaga suruhan Ayah yang mengurungku seharian.

"Huuaaaa... baru kali ini saya mendengar cerita romantis tapi dramatis begini." kata penjaga pertama.

"Ternyata Pak Sejin mengalami hari-hari yang berat ya." sahut yang kedua.

Aku terkejut dengan reaksi mereka sampai lupa kalau sebenarnya aku melakukan ini untuk kabur dari kamar. Bukannya kabur, aku jadi terpaksa terjebak di antara mereka berdua. Penjaga pertama tidak henti-hentinya menepuk bahuku, berusaha menunjukkan rasa simpati sambil menangis tersedu-sedu. Sementara penjaga kedua terus menangis sampai menghabiskan semua tisu di kotak.

Sialan.

Aku melihat jam, ini sudah jam 9 malam tapi Ayah dan kakakku juga belum menampakkan batang hidungnya. Aku tidak punya ponsel dan tidak punya uang, semua barangku aku serahkan ke Sunoo waktu di bandara. Tapi aku harus pergi, aku ingin menemui dia. 

Aku mengedarkan pandangan ke segala tempat mencari celah yang bagus untuk kabur, kemudian aku melihat kunci pintu kamar masih tertancap di lubang kunci bagian luar, ini satu-satunya kesempatanku untuk pergi. Aku hanya perlu waktu.

"Baiklah bapak-bapak semua," kataku berusaha melepaskan diri dari mereka yang terhimpit di tengah-tengah, "Saya mau ke toilet dulu."

Dua penjaga masih menangisi ceritaku tentang Ayah dan Ibu kini berpelukan berdua. "Malangnya kamu nak, semoga kebahagiaan menyertaimu. huauauauaua....."

Aku meringis karena geli melihat mereka berlebihan begitu. Tapi ini kesempatan yang bagus. Pelan-pelan aku berjalan mundur, semakin mendekati pintu keluar. "Ya tidak apa-apa, beginilah keluarga kami." kataku masih mengalihkan perhatian mereka.

"Jangan lama-lama ke toilet nya ya kami masih mau dengar cerita kamu." kata si penjaga.

Aku sudah sampai di luar. aku memegang gagang pintu sambil menyunggingkan senyum lebar, "Oh begitukah? Tapi sayangnya kalian yang harus menungguku lama."

Para penjaga yang tadi masih berpelukkan itu kini menatapku lama, kemudian mereka baru menyadari sesuatu. "HEH!!! BERHENTI! JANGAN KEMANA-MANA!!"

"Oops, bye!" kataku sambil menutup pintu dengan cepat dan menguncinya dengan rusuh. Tanganku masih sakit jadi agak lama saat memutar kunci. Kedua penjaga tadi sudah menyerbu pintu dan menendangnya. Ah akhirnya terkunci!!!

"Selamat bermesraan berdua!" seruku. Kemudian aku langsung lari menuju tangga. 

Rumah mendiang nenekku ini besar sekali. Aku pun jarang ke sini, malah terhitung hanya beberapa kali. Tapi aku takjub ternyata Ayah tumbuh di lingkungan yang cukup berada, tapi sayang jiwanya tidak mencerminkan itu.

Aku tersesat. Ketika sudah di bawah, aku bingung harus kemana lagi. Di mana pintu keluar? Aku hanya mengikuti insting dan membuka salah satu pintu yang ukurannya lebih besar dari pintu-pintu yang lain. Demi Tuhan rumah mendiang nenekku sudah seperti rumah mansion di luar negeri. Besar, tua dan dikelilingi banyak patung dan lukisan.

*1(0) Ten Things ✔Where stories live. Discover now