(2) dalang

1.7K 89 15
                                    

Seven bangun seperti biasa dan menyiapkan dirinya. Udah 2 bulan dirinya nggak berjumpa dengan Zero. Kamar yang ditempati Zero masih kosong, dia berharap bayangan putranya keluar dari kamarnya sambil mengucek kedua matanya itu nyata.

Separuh hatinya mau sekali dia mencari Zero dan memeluknya tetapi separuh hatinya juga masih menyimpan kekecewaan kepada putra satu-satunya. Dia menghela napasnya dan segera ke IGDF tanpa memasuki dapur.

Berita mengenai Zero udah tersebar ke seluruh planet cahaya. Z, Taiga dan UFZ juga udah mengetahuinya. Mereka kecewa ama sikap Zero kecuali Z yang masih mempercayai Zero nggak bersalah. Mereka menganggap ketiadaan Zero seperti angin. Mereka nggak berniat untuk mencari Zero. Mereka merasakan semua ini kesalahan Zero. Tetapi jauh di dalam hati mereka, mereka ingin sekali nggak mau mempercayai semua ini. Z juga dalam diam masih coba menghubungi gurunya tapi hasilnya nihil. Dan setiap kali dia mengatakan dia ingin Zero kembali, dia akan dimarahi Ace.

Tuk ! Tuk ! Tuk !
Pintu ruangan Seven diketuk, Seven memberhentikan kerjanya dan menyembunyikan sebuah bingkai foto,

Tuk ! Tuk ! Tuk !Pintu ruangan Seven diketuk, Seven memberhentikan kerjanya dan menyembunyikan sebuah bingkai foto,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"masuk."
"Oi Seven."
"Zoffy-niisan ?"
"Ini ada sebuah misi untuk mu. Kamu harus ke Planet Tenebris dan mengkaji planet disana."
"Baiklah, umm apa aku bisa ke Planet K76 sebentar ?"
"Ada apa ?"
"Nggak ah, hanya-"
"Apa kamu merasakan kehadiran Zero disana ? Tenang, aku mengizinkannya tetapi ini rahasia kita berdua. Beritahu ku jika kau berjumpa dengannya. Udah lama aku nggak mendengar ocehannya. Sampaikan juga salamku dan katakan aku minta maaf padanya."
"Baiklah, makasih niisan."
"Iya."

Seven terbang menuju ke Planet K76, hatinya terdetik mau kesini jadi dia menurut kata hatinya aja. Tiba-tiba, badai pasir melanda di situ jadi dia sembunyi di sebuah gua dahulu. Dia menghela napasnya dan masih melihat ke luar, tidak menyadari ada sesosok Ultra Merah Biru masih memerhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ultra itu beranjak perlahan tetapi dia malah terjatuh dan menghasilkan bunyi yang membuat Seven menatap ke belakangnya. Tubuh berwarna merah biru, dua slugger tertancap pada kepalanya, mata tajam itu. Tetapi kenapa tubuhnya penuh luka dan kenapa tubuhnya yang dulunya berisi sekarang makin kurus. Matanya udah sembab dan wajahnya udah pucat. Mata mereka akhirnya bertemu membuat kedua-duanya terdiam.
"Kau..Zero !"
"Ayah..."
"Zero ! Aku-"
"JANGAN MENDEKAT !!"
"Zero ? Aku ini ayah mu. Aku merindukanmu."
"JANGAN MENDEKAT ! Aku nggak punya ayah. Pergi ! Ku mohon , PERGI !!!!"
Hati Seven seperti ditusuk beribu-ribu jarum. Sakit. Pedih. Apa ini yang dirasakan Zero pada waktu itu ? Apa ini yang dirasakan Zero ketika semua keluarganya menolaknya dan mengusirnya pergi.
"Zero, dengarkanku.."
"Jika kamu nggak mau pergi, nggak papa. Aku aja yang pergi."
"Zhi tunggu !"
DUSH !!!
Zero memukul dinding di sebelahnya menghasilkan lubang besar. Dia segera terbang di dalam badai pasir itu dan meninggalkan Seven sendirian. Untuk pertama kalinya, Ultraseven yang terkenal dengan sifat nggak pedulinya dan sadis, menangis terduduk.
"zero..hiks..maafkanku...aku..merindukanmu..."

Seven yang masih murung masih menunggu badai itu sehingga menghilang. Air matanya udah berhenti tetapi rasa sakit pada hatinya masih ada. Dia melihat ke luar berharap Zero datang kembali kepadanya dan memeluknya tetapi tiada sesiapa disana. Janjinya yang dia akan melindungi, menyayangi dan nggak berpisah ama Zero udah musnah. Dan dialah yang memungkiri janji itu. Setelah dirasakan badai itu mulai menghilang, dia segera terbang ke Planet Tenebris.

Semasa dalam perjalanannya, dia merasakan ada yang mengikutinya tetapi tiada siapa disana. Dia meneruskan perjalanannya semula sebelum dia merasakan sekujur tubuhnya seperti terkena aliran listrik. Dia hanya mendengar suara tawa sebelum tubuhnya terhempas dan kesadarannya hilang.

Seven terbangun di sebuah ruangan. Tubuhnya berada di atas meja dan kedua tanggannya diikat. Mesin-mesin aneh mengelilinginya tetapi alat diatasnya lebih menakutkan. Jarum besar dan tabung untuk diisi tepat ditujukan di dadanya.
"Tetamu kita udah bangun ya ? Ultraseven."
"Kau-!"
"Helo, udah lama nggak bertemu. Pejuang cahaya."
"Alien Bat !!"
"Hehehe, aku nggak menyangka kau akan mengingati namaku."
"LEPASKAN KU BRENGSEK !"
"Hehehe, aku nggak maukan dirimu. Tujuanku ialah menarik perhatian Ultraman Zero untuk datang kemari."
"JANGAN KAU SENTUH PUTRAKU !!"
"Selepas kalian mengusirnya, apa kalian pikir dia masih menganggap kalian keluarganya ? Hurm ?"
"Apa ? Bagaimana kalian tahu ?"
"Kalian para pejuang cahaya, mudah sekali tertipu. Apa robot yang ku cipta sangat menyerupai Zero hingga kalian membencinya ? HAHAHAHA sungguh menyedihkan."
"Robot ? APA RANCANGANMU !!!"
"Heh, aku akan menyedut tenaga cahaya Zero hingga tabung ini penuh untuk menghidupkan raksasa baruku dan kemudian aku akan mengincar Planet Cahaya dan memusnahkan hingga menjadi debu. Dan.. Aku nggak akan menjamin nyawa Zero selepas semua cahayanya ku ambil. Mungkin dia akan tinggal sekarat atau mati."
"AMBIL AJA CAHAYA KU !! JANGAN SENTUH ZERO
!!"
"Tidak. Cahaya mu nggak kuat dibanding putra kesayanganmu. Dan sementara menunggu tetamu utama, ingin sekali ku mendengar teriakkan salah satu pejuang Ultra Brothers, Ultraseven."

Berita kehilangan Seven udah tersebar luas ke Negeri Cahaya. Ultra Brothers udah tentunya coba melancak keberadaan Seven dengan pelbagai cara tetapi nihil. Zoffy sedang stress di dalam ruangannya. Dia juga coba mencari keberadaan Seven dan juga Zero. Dia sering keluar masuk Planet Cahaya untuk mencari Seven. Rame yang khawatirkan Seven tetapi nggak ada siapa siapa yang mengingati Zero.

Udah genap 1 bulan tentang kehilangan Seven. Mereka hingga hampir putus asa. Ultra Brothers juga udah coba menghubungi Zero tetapi mereka lupa, Ultra Bracelet milik Zero ada pada Seven. Tiba-tiba, alat elektronik mereka bergetar dan menerima sebuah pesan vidio. Para pembesar Planet Cahaya memainkan vidio itu dan mereka terkejut melihat Seven dengan tubuh yang penuh luka dan tangannya terikat. Badannya melemah dan dia coba untuk tetap sedar.

"Hello para pejuang Ultra, aku Alien Bat. Fufufufu.. Seperti yang kalian lihat, salah satu Ultra yang kalian cari udah berada di tanganku. Kalian tolol sekali mempercayai robot ciptaan ku itu ialah Ultraman Zero dan dengan itu, kalian mengusirnya. Jika kalian mahukan Seven dilepaskan, bawakan Ultraman Zero kehadapanku di planet Tenebris. Aku akan melepaskan Seven jika kalian memberikan Zero kepadaku. "
"Jan..jangan...Zero..."
"Tutup mulutmu ! "
"AERGH !!!"
Alien Bat menyalakan mesin pada tubuh Seven yang mengalirkan aliran listrik. Seketika Seven yang tadinya masih bisa mengangkat mukanya udah tertunduk.
"Akan ku ulang, bawakan Ultraman Zero ke hadapanku dalam masa 3 hari atau ucapkan selamat tinggal pada Ultraseven. Fufuufu, bye bye"
Dan vidio itu terpadam.

Ultra Brothers menggigit bibir mereka hingga  berdarah kerna menahan amarah mereka. Keluarga mereka hampir hancur kerna perbuatan Alien Bat. Seketika, mereka menyadari kesalahan mereka. Mereka rasa bersalah pada Zero dan mereka memutuskan untuk menyelamatkan Zero duluan. Tapi, ketika itu ada seorang Ultra udah melarikan diri dahulu dan pergi mencari Zero.

70 parent-and-child Where stories live. Discover now