(7) ultah dan tewas

2K 90 13
                                    

Zero berjalan mendekati seseorang dengan mata yang lembut. Man yang baru aja tiba terkejut melihat sekitarnya.

Tubuh Seven tergeletak. Beam lamp nya udah nggak bercahaya dan matanya tertutup. Ultra Braceletnya masih pada lengan nya. Zero memerhatikan sekelilingnya dan melihat Ultra Brothers sedang terluka. Zoffy yang kalem dan dingin seperti ais juga pecah akhirnya, dia menangis melihat salah satu adiknya tewas. Dia menjerit, meraung sambil ditenangkan Man dan ditahan Ace. Mereka semua menangis kerna Seven tetapi tidak separah Zoffy. Zero tersenyum kecil dan memakai form Shining Zero. Semua mata tertuju padanya.

"Zero ! Hentikan ! Kamu nggak akan kuat ! Jangan memaksa dirimu !"

Zero menghiraukan teriakan Leo dan memberikan cahaya nya kepada semua ultra brothers yang terluka. Seketika, tubuh mereka sembuh dan seperti tiada yang sakit-sakit. Zero membalikkan tubuhnya dan menghadap Seven. Ketika itu, mereka menyadari sesuatu.

"ZERO ! HENTIKAN !! KU MOHON BERHENTI !!"
'Paman Taro.'

"ZHI-CHAN ! MAAFKANKU !!"
'Paman Ace.'

"ZERO-CHAN ! JANGAN LAKUKAN ITU !! IANYA BERBAHAYA !!"
'Paman Jack.'

"ZERO ! APA KAMU TULI ?! AKU ARAHKAN UNTUK MU HENTIKAN PERBUATANMU !!"
'Paman Man.'

"ZHI !!! PULANG KEPADA KAMI !! MAAFKAN KAMI !! KU MOHON JANGAN LAKUKAN ITU !!"
'Paman Zoffy.'

Zero membalikkan tubuhnya dan menatap semua yang berada di sana dengan matanya. Seketika mereka dapat melihat sesuatu. Mata itu, kosong, sedih, marah, sunyi, sakit dan mati. Zero tersenyum dengan mata lembutnya dan berbisik pelan.

"makasih kerna udah hadir dalam hidupku. Tolong jangan lupakan ku. Sampai jumpa."

Ultra brothers segera bangun dan berlari untuk menghentikan Zero tetapi Zero yang melihat itu segera mengeluarkan Barier nya. Di dalam barier itu, hanya ada dirinya dan tubuh kaku ayahnya. Zero mengangkat tangannya dan berteriak,
"SHINING STAR DRIVE !"

Sebuah bebola cahaya muncul tetapi yang anehnya, persekitarannya nggak berubah. Bebola cahaya itu semakin membesar dan color timer nya Zero mulai perlahan menandakan ia udah sampai ke pengakhirannya. Dia berjongkok dan menatap wajah Seven lekat.

'Aku bersyukur kerna dikurniakan seorang ayah sepertimu. Teruskan hidupmu, Ultraseven.'

Dia tersenyum dan memberi cahayanya itu ke dalam tubuh Seven. Barriernya perlahan mulai hilang dan semua cahayanya udah diterima tubuh Seven secara total.

Seketika, mata Seven mulai terbuka. Permandangan pertamanya ialah senyuman pada muka lelah dan pucat putranya.

"Udah sadar ya ? Yokat...ta desu.."

Tubuh Zero tergeletak. Perlahan, tubuhnya kembali kepada asal iaitu berwarna merah biru. Seven segera bangun dan berlari ke arah Zero. Dirangkulnya tubuh lemah Zero sambil mengucupnya beberapa kali. Air matanya keluar begitu saja.

"Seven-san..."
"Iya ?..."
"Hehehe, hari...hari ini...ul..tah ku.."
"Iya hiks iya..aku tahu..kamu udah genap 6000 tahun.."
"Nyanyikan....lagu Ula...ng Tahun..untukku ?"
"Huh..hiks..iya.."

Seven menyanyikan lagu ulang tahun Zero dengan air mata yang nggak bisa berhenti. Jujur, ini rasanya lebih sakit dibanding seksaan Alien Bat. Suaranya serak kerna menangis dan tangannya nggak bisa berhenti memeluk putranya. Zero nggak mendapat sebarang kasih sayang yang Seven janjikan pada akhir hidupnya. Dia hanya meninggalkan memori yang terburuk untuk Zero. Di akhir lagu itu, tangan Zero yang digenggam itu terjatuh. Seven segera melihat muka putranya. Terlihat Zero sedang coba tersenyum pada Seven dengan mata yang hampir tertutup.

"Zero..hiks...selamat..hiks kamu udah berumur...6000 tahun..."
"Seven-san.."

Mata Zero mahu menutup semula tetapi Seven menggoncangkan tubuh Zero untuk tetap sedar.

"Seven-san..aku..lelah..."
"Iya..hiks..aku tahu..tapi jangan tidur duluan. Kita pulang ke planet cahaya dahulu dan setelah itu kamu bisa berehat."
"Aku..udah..nggak kuat..."
"hiks..hiks...ZERO ! KENAPA ?! KENAPA HARUS KAMU ?! KENAPA HARUS AKU ?!"
"Ini takdir kita.. Jadi, berhenti menangis.."
"Kenapa..hiks..hiks..kenapa takdir kita terlalu kejam ? Hiks..aku hanya meninggalkan luka pada dirimu.. Aku membuat mu lebih banyak mengeluarkan air mata..hiks..kamu baru aja bersama ku selama 1000 tahun..hiks.. KENAPA ?!"
"Seven-san..."

Tangan Zero perlahan diangkat. Air mata Seven dikesat menggunakan jari nya.

"Terima kasih udah menjadi ayahku..aku..sentiasa...menyayangi....mu..."

Dia memberi senyuman terakhirnya dan akhirnya, matanya tertutup bersamaan dengan color timernya terhenti. Seven merasakan semua berat Zero ditekan kepadanya. Dia melihat Zero sedang tersenyum kecil seperti dia sedang tertidur.

"Zero ? Zero ? ZERO !!"

Seven menggoncang tubuh Zero tetapi Zero nggak kunjung membuka matanya. Seven memeluk putranya sambil menghirup aroma tubuh putranya buat kali terakhir. Akhirnya dia nggak kuat lagi, dia memeluk erat tubuh Zero dan meraung.

"MAAFKANKU ZERO !!! AKU MENCINTAIMU !! MAAFKAN AYAHMU YANG BRENGSEK INI !!! HUWAA !!!"

Ultra brothers merasakan hati mereka ditusuk sesuatu. Mereka terduduk dan menangis merasakan mereka ialah makhluk yang paling gagal sekali. Mereka telah melakukan kesalahan yang begitu fatal iaitu membiarkan Zero mati duluan kerna mereka dan memungkiri sumpah mereka pada Zero.

"Paman Ace ! Bagaimana mau membuat kue ini ?"
"Paman Zoffy, tolong kurangin minum kopinya ! Ianya nggak baik untuk kesihatanmu."
"Nggak usah khawatir samaku Leo-shisho. Aku udah besar !"
"Astra ! Yuk makan sama ku ?"
"Paman Taro, semangat ya bekerja !"
"Aku mau Pigmon ! Paman Jack mau apa ?"
"Paman Man ! Yuk ke kedai kek itu !"

"Ayah, aku mencintaimu sentiasa !"

Suara Zero dapat mereka dengari. Bagaimana Zero sentiasa bersemangat ketika bermain bersama pamannya, bagaimana Zero selalu mengomel dan semuannya. Mereka tersenyum sedih dan menatap tubuh Zero yang masih dipeluk Seven.

Sekarang hanya ada tubuh seorang Ultra yang menang dalam perjuangan dirinya memutuskan untuk berehat selamanya.

Taro datang mendekat dan segera mencari denyutan nadinya atau detak jantungnya. Dia coba mencari di sekitar lengan dan leher Zero. Akhirnya dia menghela napasnya dan menggeleng. Leo dan Astra seperti dipukul kerna mereka nggak menyangka ini semua terjadi di hadapan mata mereka. Mereka nggak menyangka bahwa Zero sanggup mengorbankan dirinya hanya kerna seseorang yang dia sayangi.

Berita berkenaan Zero udah sampai ke Tanah Cahaya. Ketika Ibu Ultra mendapat kabar itu, dia hampir pingsan tapi untung di tangkap dan ditenangkan Ayah Ultra. Mereka nggak menyangka akan ada seorang dari ahli keluarganya yang tewas semasa pertempuran ini. Z, Taiga dan Mebius juga yang mendapat berita itu segera ke IGDF. Dia masih nggak percaya telinganya jadi dia mahu melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Ketika tubuh Zero yang diangkat sama Seven sampai, Z yang melihat itu segera berlari memeluk Zero. Dia menangis dan teringat kata-kata Zero padanya.

"Hey Z, jika suatu hari, aku mati duluan. Tolong jangan menangis di hadapanku."
"Yo Zero Shisho.. Kenapa berkata seperti itu. Aku Ultra-Sad !"
"Mati itu pasti. Ingat ya, jangan menangis di hadapanku, kerna ketika itu aku nggak bisa mengusap air mata mu."

Z mengemas makanannya sambil cemberut.

"Kamu kenapa Z ?"
"Shisho gk berhenti berkata 'mati, mati, mati' ! Aku Ultra-hate !"
"Hehe iya iya. Beri makanan itu kepadaku, aku lapar."


"SHISHO !!! HUWAA !!!!! KENAPA ?!?!"
"zero-niisan, ini hanya salah satu lelucon mu bukan ?"

Hening, tiada sesiapa menjawab persoalan Taiga. Taiga berlutut dan tersujud sembari menumpahkan air  matanya ke tanah.

"NIISAN !!! MAAFKAN KU !!! TOLONG JANGAN TINGGALKAN KU !!!!"

Taiga dan Z memerhatikan tubuh Zero. Taro dan Ace segera memeluk putra mereka untuk menyalurkan kekuatan. Man juga memeluk Seven yang masih memeluk tubuh Zero. Mereka semua terpukul dengan kejadian ini. Hanya suara tanggisan dan isakan sahaja kedengaran di kawasan itu.

70 parent-and-child Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang