(4) Planet Tenebris

1.4K 75 4
                                    

Zero berdiri di hadapan sebuah istana. Darahnya masih nggak berhenti pada luka selang infus. Dia menghela napasnya dan memasuki ruangan itu. Dia nggak menunggu Ultra Brothers atau sesiapa kerna dia merasakan semuanya ialah salah dirinya.

⇒ flashback

Zero sedang memikirkan semua kata-kata Z. Apa benar ayahnya menghilang ! Nggak, Ultraseven yang aku kenali tidak akan mudah ditangkap dengan mudah. Tapi, kemana dia pergi ?

Zero mengambil piring hologram itu dan membacanya semula dan memainkan rakaman vidio itu. Nggak berasa air mata nya jatuh dan bibirnya mengeluarkan isakan. Dia melepaskan selang infus di tanggannya dan darahnya mengalir ke jari-jarinya. Dia memegang kepalanya dan menangis. Ketika itu, wajah Alien Bat muncul di benak pikirannya.

"jika aku nggak lari dari ayah ketika itu. Mungkin ayah masih di sini. Ini semua salah ku. Aku harus pergi !"

Akhirnya Zero melompat dari jendela kamar nya dan meleset ke Planet Tenebris.

⇒ end flashback

Zero masuk dan dia tiba di sebuah ruangan di mana dia dapat melihat Alien Bat. Dia berdiam di situ dan memerhatikan bagaimana Alien Bat memukul Seven seperti Seven itu ialah 'punching bag'. Bukan itu sahaja, Alien Bat juga menekan suatu alat yang mengalirkan aliran listrik membuat Seven menjerit kesakitan.

Seketika, Seven memuntahkan darah dengan banyak. Zero ingin berlari dan menyelamatkan ayahnya tetapi dia harus menunggu masa yang sesuai. Mendengar Alien Bat ketawa membuat Zero semakin memanas. Akhirnya dia merancang untuk memunculkan dirinya ketika dia melihat Seven menutup matanya dan ketika Alien Bat menyiarkan dirinya di Planet Cahaya.

"Hohoho !!!"
Malam itu, semua Ultra mendapat berita dari Alien Bat. Semua Ultra Brothers juga sedang menyaksikan siaran itu dengan geram.
"Udah hari kedua dan Ultraman Zero masih belum muncul ! HAHAHAHAHAHA. Apa aku harus melenyapkan Ultraseven dahulu atau --"
"Berhenti, aku udah berada disini. Kau mengincar ku bukannya Seven atau planet cahaya !"

Dia tahu, ini akan jadi pertarungan besar dan boleh membuat dirinya terbunuh. Tapi, sejujurnya dia nggak takut kematian. Dia udah mati rasa. Dia udah nggak peduli tentang semuannya. Dia hanya mahukan keluarganya selamat.

"Ze..ro.."
"Aku nggak menyangka kamu akan menyerah kan dirimu tanpa sesiapa ada di sampingmu. Mungkin darah lebih kental berbanding air."
"Tch, lepaskan ayah ku !!"
"Wow, rilex kids. Seperti yang ku janjikan, aku akan melepaskan Seven tapi sebelum itu, biar aku mengambil cahaya mu sebagai gantinya."
"AMBIL AJA ! SEKARANG AKU MAHU KAU LEPASKAN AYAHKU !!"

Seven mengangkat kepalanya dan melihat Alien Bat tersenyum. Alien Bat menarik Zero dan Zero udah terikat di meja yang mempunyai jarum besar itu.

"ZERO JANGAN LAKUKANNYA !!!"

Seven meronta dan berteriak memanggil nama Zero tapi Zero seperti nggak menghiraukannya. Ketika itu,  Seven merasakan tubuhnya udah bebas. Dia melihat ke sampingnya dan kedua tangannya yang udah dilepaskan. Sebelum dia bisa mencerna semuannya, Seven diseret masuk ke sebuah penjara. Dia dilempar dan penjara itu mengeluarkan aliran listrik yang berkapasiti tinggi. Dia memerhatikan Zero dari balik penghalang itu. Air matanya jatuh perlahan saat melihat Zero sedang tersenyum lembut kepadanya.

Senyuman Zero nggak bertahan lama. Senyuman itu diakhirnya digantikan dengan jeritan kesakitan dan tubuhnya sepertinya kejang. Jarum besar itu perlahan menusuk ke dada Zero. Jatum itu sangat perlahan dan Alien Bat sangat menikmati jeritan kesakitan Zero. Seven udah menangis duluan melihat Zero yang dalam kesakitan. Ketika jarum itu udah sepenuhnya berada di dalam tubuh Zero, mesin itu mulai mengeluarkan bunyi aneh dan tiba-tiba, Zero rasa sesak. Cahaya nya mulai disedut. Sakit sehingga dia nggak bisa berkata apa-apa. Dia juga nggak kuat membuka matanya. Seven berteriak memanggil Zero dan coba berusaha membuat Zero tetap sedar.

"Manis sekali hubungan keluarga ini. Anak yang sanggup melindungi ayahnya sementara ayahnya coba menyelamatkan anaknya fufufu.."
"Kau.."

Seven menatap Alien Bat dengan tatapan membunuhnya. Dia segera bangun dan ingin menghancurkan penghalang di hadapannya sebelum,

"Seven-san...jangan lakukannya.."

Suara Zero yang begitu lemah, memanggil Seven. Mata Zero tertutup tapi dia masih dapat merasakan semua pergerakkan Seven. Zero membuka matanya perlahan dan memberi senyumannya.

Seven yang melihat itu terdiam seperti patung. Kenapa Zero masih bisa tersenyum pada waktu genting seperti ini ? Lamunannya terhenti saat mendengar desahan kesakitan Zero. Dia melihat Zero sedang berkeringat dan mesin itu semakin mendalamkan tusukan itu.

"Ahk..ah...ak...a..ayah....ahk.."
"ZERO !!!"

Dan Zero akhirnya hilang kesadarannya. Alien Bat yang melihat itu datang mendekat Zero dan menyuntikkannya sesuatu yang membuat tubuh Zero shock. Seven masih meronta untuk dilepaskan. Ruangan itu hanya dipenuhi tanggisan Seven, jeritan kesakitan Zero dan suara ketawa Alirn Bat.

Ultra Brothers masih mencari cara bagaimana hendak memasuki istana itu. Mereka udah melancak keberadaan Seven dengan menggunakan Ultra Bracelet Zero.

Zoffy yang sentiasa kalem dalam memberi perintah untuk semua misi juga udah membisu. Hatinya mahu menyelamatkan Zero tapi separuh hatinya berkata untuk menyelamatkan Seven. Pikirannya penuh. Tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Hikari sedang memberinya tisu.

"Usap air mata mu. Di mana Kapten Space Garrison yang ku kenali ? Di mana Zoffy yang berani ?"
"Hikari."
"Aku udah mendapat peta istana Alien Bat. Setelah ku periksa, istana itu tiada pengawal. Semuanya di bawah kuasa Alien Bat. Kita boleh masuk ke dalam istana itu hanya melalui bahagian titik buta istana itu. Sekarang kapten, aku menunggu arahan mu yang selanjutnya."
"Hikari.. Aku nggak mahu memegang posisi ini lagi. Aku udah muak menjadi kapten dan melihat semuanya hancur. Aku-"
"Pengecut."
"Apa yang-"
"Apa dengan melarikan diri mampu menyelamatkan keluarga kita ? Apa dengan melarikan diri mampu menyelesaikan masalah ? Bodoh."
"Aku nggak kuat lagi..hiks, jika aku nggak gegabah ketika itu, udah pasti Zero masih di sini. Seven juga nggak akan pergi. Semua ini salah ku !"
"Jika kau ingin bersedih, jangan mencariku lagi. Aku ingin berjumpa Kapten Space Garrison, Zoffy. Bukannya seorang pengecut dan si lemah sepertimu."

Zoffy mengunci mulutnya. Dia menghela napasnya dan menatap anak mata Hikari. Ditariknya Hikari ke ruangan Ultra Brothers dimana yang lainnya udah berada di sini. Dilemparnya Hikari tapi langsung ditangkap Mebius.

"Ini perintah ku, Hikari akses pintu masuk istana Alien Bat. Taro dan Ace, kalian terus mengawasi Planet Cahaya dari kemasukkan sesiapa. Jack, selidik motif Alien Bat. Man dan Mebius, cari jejak Alien Bat, cari apa yang dia rancang. Bergerak sekarang !"
"BAIKLAH !"

Hikari tersenyum lembut dan terkekeh pelan. Dia menepuk pundak Zoffy pelan dan berbisik,

"selamat kembali, Kapten Zoffy. Kami bersedia menjalankan semua arahan mu."

70 parent-and-child Where stories live. Discover now