Prolog

5.9K 618 13
                                    

Dengan langkah tergesa-gesa, seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah dengan acak-acakan itu segera memasuki rumahnya yang sederhana. Baru saja ia mendapat telepon dari tetangganya jika ibunya pingsan dan belum sadarkan diri selama dua jam. Dan setelah sadar pun, ibunya tak mau dibawa kerumah sakit. Bukan tanpa alasan gadis itu khawatir sekali, sebab ibunya memang akhir-akhir ini sering mengalami demam dan pusing. Padahal ia selalu membujuk ibunya untuk pergi ke rumah sakit, akan tetapi ibunya itu tetap kekeuh tidak mau dengan alasan hanya masuk angin biasa.

Langkah kakinya membawanya menuju kamar ibunya. Tanpa mengucapkan apapun, gadis itu membuka pintu kamar dengan perlahan. Kedua matanya menahan sesuatu yang berdesakan hendak keluar.

Disana, diatas ranjang ibunya terbaring dengan lemah. Dengan lunglai, gadis itu berjalan menuju tempat ibunya berada.

"Ibu!" Panggilnya.

Wanita paruh baya yang terlihat pucat dan kurus itu membuka matanya. Ia tersenyum hangat saat anak gadisnya memeluknya.

"Leeryn udah pulang?" tanyanya pelan.

Gadis itu, Leeryn, tak menjawab. Ia meneteskan air mata yang sejak tadi ditahannya. Ia mengecup dahi ibunya, "Kita ke rumah sakit ya bu?"

Ibunya kembali tersenyum. Ia mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Gak perlu, ibu baik, sayang."

"Ibu akan baik lagi kalau pergi ke rumah sakit dan diperiksa dokter." Ucap Leeryn mencoba meyakinkan ibunya.

Namun, ibunya tak menjawab dan hanya mengelus lembut rambut putrinya serta mengulas senyum dibibir pucatnya.

"Leeryn... mau tau sesuatu gak?"

Dahi Leeryn mengerut samar karena perkataan ibunya yang tidak masuk dipembicaraan mereka, tetapi Leeryn tetap menjawab pertanyaan ibunya dengan nada sedih. "Mau, tapi ibu harus sembuh dulu. Baru nanti ibu kasih tau Leeryn."

"Tolong, Leeryn ambil kotak kayu yang ibu simpan dilemari." Mengabaikan ucapan anaknya, dengan lemah ibu menunjuk lemari yang berbahan kayu itu.

Leeryn menghembuskan napas panjang dan berdiri. "Tapi setelah itu kita ke rumah sakit ya?"

Ibu hanya bisa menampilkan senyum tipisnya sembari menatap sayu putrinya.

Sebelum benar-benar menuruti perintah ibunya, Leeryn menatap ibunya lamat-lamat seakan takut ditinggal pergi. Lalu dengan enggan ia memilih untuk mengambil apa yang dimaksud ibunya, tetapi sebelum kakinya mencapai arah lemari yang jaraknya tak seberapa itu, Leeryn sempatkan untuk menatap ibunya sekali lagi. Kali ini ibunya membalas tatapan Leeryn dengan senyuman lembut.

Mau tak mau segala macam pikiran negatif menyergap dibenaknya. Apalagi saat tatapannya tak sengaja melihat perut ibunya yang bergerak pelan sedikit tersendat-sendat.

Leeryn mencoba mengusir perasaan buruknya dengan terburu-buru membuka lemari baju ibunya.

"Sebenarnya.. Leeryn itu.. punya kemba—."

Leeryn yang sudah mendapati kotak itu segera mengabaikannya dan berbalik arah menuju tempat ibunya yang tiba-tiba menutup mata dengan napas kecil yang dikeluarkan untuk terakhir kalinya.

"Bu!" Leeryn menepuk lembut pipi ibunya. Leeryn meletakkan jarinya dibawah lubang hidung ibunya, memastikan agar Leeryn masih bisa merasakan napas sang ibu.

Leeryn meletakkan telinganya agar menempel di dada bagian kiri.

Dengan air mata yang semakin deras mengalir dipipinya, Leeryn menggoyangkan tubuh ibunya pelan. "IBU! IBU!"



Next

23-12-21

alalaylay

Disguised As My TwinWhere stories live. Discover now