Part 8

2.5K 455 232
                                    


Sesaat Leeryn menginjakkan kakinya ke dalam ruang OSIS, matanya tak bisa berhenti bergerak kesana kemari. Memindai setiap benda-benda yang berhasil menarik perhatiannya. Banyaknya piala-piala yang berada didalam lemari kaca, dari yang berwarna emas ataupun perak dan perunggu berbaris dengan rapi membuatnya nampak berkilauan. Medali dan sertifikat penghargaan yang dipajang didinding membuat Leeryn yakin jika sekolah ini merupakan penghasil para siswa-siswi berprestasi tinggi.

Bahkan ruangan kepala sekolah Leeryn dulu tak seheboh ini.

Leeryn tersentak kala matanya bersirobok dengan milik seseorang yang tengah menatapnya dengan dingin. Pandangan itu membuat Leeryn merasa sedikit tak nyaman. Tatapannya terasa mengintimidasi.

Orang itu adalah cowok yang sama saat dirinya dan Alish tak sengaja melihatnya di mall. Yang dikenalnya sebagai sang ketua OSIS.

Leeryn menurunkan pandangan matanya mencoba menelan kegelisahannya. Sekilas ia melihat sederet huruf dipapan nama meja. Chananda Maximillian Adijaya.

Leeryn pikir nama itu cukup membuat lidahnya berbelit ketika mengucapkannya.

Beberapa detik tanpa kata membuat suasana hening itu tiba-tiba terasa menyesakkan, kedua telapak tangan Leeryn mengeluarkan keringat dingin.

"Puas main-mainnya?"

Pertanyaan yang terlontar dengan nada dingin itu berhasil membuat Leeryn menatap cowok itu kembali dengan dahi berkerut.

"Dua minggu menghilang tanpa jejak dan tiba-tiba muncul disekolah." Ucap cowok itu tanpa mengalihkan tatapannya.

Tak tahu kenapa, tapi Leeryn benar-benar merasa tertekan sekarang. Kerongkongannya terasa kering hingga ia menelan ludahnya dengan gugup. Yang hanya bisa dilakukannya sekarang ialah diam. Menunggu ketua OSIS itu menyelesaikan kalimatnya.

"Lo pikir diri lo sehebat apa?" Chanan—panggil saja begitu—menyipitkan matanya menatap Leeryn dari bawah ke atas.

Setelahnya Chanan menghembuskan napas panjang dan memejamkan matanya untuk sesaat, sebelum kembali berkata, "Pulang! Jangan membuat susah!."

"Selesaikan masalah lo sama Papa nanti."

Leeryn membuka mulutnya hendak membalas. Namun ia kembali mengatupkan bibirnya. Ia mulai berpikir kembali untuk menyimpulkan arti dari segala perkataan sang ketua OSIS itu. Dilain sisi, ia takut Chanan merasa aneh dan curiga ketika mendengar suaranya. Karena Leeryn tak tahu sedekat apa mereka dan bagaimana suara asli Deeryn. Alish hanya mengatakan jika kembarannya itu jarang berbicara.

"Ngapain masih disini? Keluar!" Sentak Chanan dengan nada tinggi.

Membuat Leeryn terlonjak kaget. Dengan buru-buru ia membawa langkah kakinya berbalik untuk keluar dari ruang OSIS itu. Bahkan tanpa menanyakan maksud dari perkataan cowok itu.

Leeryn masih linglung, jadi hubungan apa yang dimiliki oleh ketua OSIS dengan Deeryn?

Dan, mengapa Chanan terlihat membencinya?

***

Pembicaraan antara ketua OSIS dengan Leeryn akhirnya sampai ditelinga Alish.

Sekarang, mereka berdua—Leeryn dan Alish—berada dihalaman belakang sekolah. Karena untuk saat ini satu-satunya yang dapat membantu Leeryn mengenai masalah ketua OSIS dan Deeryn hanyalah Alish seorang. Jadi ia menceritakan apa yang terjadi didalam ruang OSIS tadi.

"Gila anjrit!" Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Alish sesudah Leeryn menjelaskan.

Alish melotot dan menelengkan kepalanya, menatap Leeryn seolah menunggu jawaban jika dugaannya benar.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jun 04, 2022 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Disguised As My TwinOnde histórias criam vida. Descubra agora