Part 3

2.6K 479 12
                                    


Leeryn kira, butuh waktu lama untuk sampai di kota. Nyatanya ia salah, tak ada satu minggu kapal yang ia tumpangi telah sampai di pelabuhan. Mungkin karena cuaca yang mendukung, hingga perjalanannya mulus tanpa kendala dan cukup menyenangkan. Sebagian dari para awak kapal merupakan orang yang Leeryn kenal.

Di kapal kargo itu sendiri, ternyata bukan hanya Leeryn yang menjadi perempuan satu-satunya disana. Ternyata masih ada tiga orang lagi, mereka adalah wanita tua yang merupakan juru masak. Selama Leeryn didalam kapal, ia diperlakukan dengan baik oleh para crew disana.

Mereka bahkan sempat menawarkan bantuan untuk membantu mencari saudara kembar Leeryn yang tak pernah ditemui gadis itu sendiri selama bertahun-tahun. Tapi, Leeryn menolak dengan halus niat baik mereka, sebab Leeryn tak ingin terlalu merepotkan banyak orang.

Leeryn merasa dirinya sangat beruntung, karena ia selalu dikelilingi oleh orang-orang baik.

"Iya, Dara. Aku baru saja sampai." Leeryn mengapit ponsel bututnya dengan bahu. Sementara tangannya tengah kesusahan membawa tas travel serta banyaknya oleh-oleh yang ia dapatkan dari orang-orang dikapal.

"Eh," Leeryn tersentak kala tas travel yang ia bawa diambil alih oleh seseorang. Leeryn menoleh, ia tersenyum saat seseorang itu ialah Paman Hasan, salah satu awak kapal.

"Iya, iya. Udah dulu, Dar. Aku lagi repot banget, nih, nanti aku telepon balik." Segera, Leeryn memutuskan hubungan tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya diseberang sana.

Leeryn memasukkan ponselnya ke dalam saku. Lalu, ia kembali menoleh ke arah pria paruh baya disampingnya. "Aduh, maaf, Paman. Jadi ngerepotin."

"Gak pa-pa, Nak Ryn. Biar Paman aja yang bawa, sekarang kamu mau ke mana?" Paman Hasan sedikit menjauhkan tas travel itu dari jangkauan Leeryn, saat gadis itu ingin meraihnya.

Leeryn tersenyum kecil. "Terima kasih, Paman. Ryn cuman mau keluar dari area pelabuhan, soalnya udah ditunggu sama teman."

"Oalah," Paman Hasan nampak mengangguk. "Kamu hati-hati kalau disini, Ryn. Dikota banyak kejahatan dimana-mana."

Leeryn mengangguk mendengar nasihat dari pria paruh baya itu.

Paman Hasan sendiri merupakan pekerja tetap yang bertugas sebagai markonis, selain untuk membuat laporan, ia juga yang bertanggung jawab atas semua keselamatan kapal dari marabahaya.

Awalnya, Paman Hasan hanyalah seorang nelayan biasa yang pendapatannya tak seberapa. Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya itu, pun, masih kurang. Apalagi istrinya sedang sakit-sakitan, serta kedua anaknya yang masih kecil. Untungnya, Om Burhan—sang juragan kapal—menawarkan untuk bekerja padanya, setelah menilik kinerja Paman Hasan yang aktif.

Walau mata keranjang, Om Burhan ialah salah satu juragan baik hati yang Leeryn kenali.

Leeryn mengeratkan jaketnya. Adanya awan mendung di atmosfer membuat suhu udara cukup dingin.

"Sampai sini aja, Paman." Leeryn menghentikan langkahnya ketika sampai diluar area pelabuhan.

"Disini, Nak Ryn? Temannya mana?" Tanya Paman Hasan.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Kayaknya, teman Ryn, belum sampai. Jadi Ryn bakal nunggu disini saja, Paman."

"Apa Paman temani Nak Ryn nunggu temannya disini?"

"Eh," Leeryn menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak usah, Paman. Ryn gak mau ngerepotin, Paman sendiri pasti banyak kerjaan."

Paman Hasan hendak membalas, namun sebuah panggilan dari arah belakang yang menyuruhnya untuk menemui perwira deck, membuatnya tak bisa menyangkal jika dirinya memang tengah sibuk-sibuknya. Apalagi kapalnya baru saja tiba di pelabuhan, jadi Paman Hasan belum sempat menyerahkan laporannya kepada Chief Officer.

Disguised As My TwinWhere stories live. Discover now