Chapter 7

221 25 0
                                    

Dengan langkah anggun, Eun Yeon melangkahkan kakinya menuju sarangchae paviliun tempat istirahat Gubernur Jo.

"Aboji, saya Eun Yeon. Bolehkah saya masuk ke dalam?" Suara lembut Eun Yeon terdengar.

"Masuklah." Jawab Gubernur Jo

Eun Yeon menggeser pintu dan mulai memasukkan kakinya ke ruangan itu. Segera gadis itu membungkuk hormat di hadapan ayahnya yang sesaat kemudian gadis itu menegakkan punggungnya rupanya ada Nyonya Han yang duduk di samping sang ayah.

"Hormat saya untuk ayah dan Ibu."

"Tadi Amhaeng-eosa menemuiku di Gamyeong. Dia meminta maaf tidak bisa melanjutkan pertunangan."

Nyonya Han menggeser duduknya dan mendekat ke tempat duduk anak gadisnya. Lembut tangan perempuan paruh baya itu menyentuh tangan Eun Yeon. "Kita bisa mencari calon lain yang lebih baik. Dari sekian banyak pemuda bangsawan di Gyeongju pasti ada yang akan menarik perhatianmu. Lagi pula Amhaeng-eosa itu hanyalah bangsawan sederhana. Meskipun dia berasal dari Hanyang, menurutku dia tidak cukup sebanding dengan gadisku ini."

Gubernur Jo melirik istrinya yang sudah bicara agak berlebihan.

Eun Yeon tersenyum miris mendengar ucapan Gubernur Jo, "Maafkan putrimu yang bodoh ini. Saya tidak akan menikahi lelaki lain selain Hong Doryeonim. Bagaimanapun sudah tersiar di seantero Gyeongju bahwa saya akan menikah dengan Hong Doryeonim sejak anda mengirimkan jung-mae ke rumah singgahnya di sekitar Gamyeong beberapa waktu yang lalu. Kira-kira apa yang akan dipikirkan para bangsawan jika pada akhirnya saya batal menikah dengan beliau? Bukankan itu sudah menjadi preseden buruk bagi saya."

Mendengar ucapan putrinya, Nyonya Han menghentakkan kakinya kesal. "Sial sekali, Amhaeng-eosa yang tidak bertanggungjawab itu telah merusak nama baik Eun Yeon dengan membatalkan pernikahan begitu saja. Aku sudah memperkirakan hal ini. Dia pemuda yang tidak bisa dipercaya!"

"Eomma, sejak awal ini kesalahan saya. Saya yang memilih beliau untuk menjadi suami saya. Jangan limpahkan kesalahan ini kepadanya. Aboji tidak akan tergerak jika sejak awal saya merengek meminta untuk bisa menjadikanya suami saya."

"Tenanglah buin (istriku), Petugas Hong sudah berjanji akan membersihkan Eun Yeon."

"Tidak perlu ayah, sudah kuputuskan untuk tidak menikah dengan lelaki manapun selain Hong Doryeonim."

"Eun Yeon-ah..."

"Eomma, tolong hormati pilihan saya." 

Eun Yeon masih bersikeras dengan pilihannya. Gubernur Jo melirik istrinya agar berhenti berdebat, "Baiklah aku mengerti, kamu bisa meninggalkan ruangan ini." Ucap Gubernur Jo pada putri kesayangannya itu.

Nyonya Han terkejut dengan kata-kata yang diucapkan suaminya.  Perempuan itu tidak terima dengan keputusan suaminya yang menerima pilihan Eun Yeon begitu saja.

"Yeonggam..!" Seru Nyonya Han.

"Diamlah...!"

"Baik, Aboji , Eommonim saya mohon undur diri." Eun Yeon berdiri dari posisinya. membungkuk dengan anggun kepada ayah dan ibunya. Kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Nyonya Han menatap suaminya tajam. dia kesal setengah mati atas keputusan suaminya yang melepaskan Eun Yeon tanpa membujuknya. "Anda harus menghentikannya, bagaimana bisa putri cantikku menjadi biksu hanya karena permasalahan ini. Eun Yeon terlalu muda itu mengerti apa yang menjadi pilihannya." Nyonya Han mendengus kesal. 

"Buin, tunggulah sampai waktunya tiba. perlahan-lahan Eun Yeon akan mengerti bahwa pilihannya adalah pilihan yang salah. kita tidak bisa memaksakan kehendak kita begitu saja. itu hanya akan melukai hatinya. Lagi pula di usia Eun Yeon sekarang ini masih bisa menunda pernikahan. Kita bisa mencari pemuda lain yang lebih baik, seperti katamu kan?"

Perlahan emosi Nyonya Han mulai surut, "Baiklah... tapi aku harus membuat perhitungan untuk pemuda itu agar mengerti arti bertanggungjawab. 

***

Yoon Jae mengepaki barang-barangnya untuk kembali ke Hanyang. semua urusan administrasi berkaitan dengan inspeksinya sudah selesai. Hari ini juga dia akan berpamitan dengan Gubernur Jo. tapi baru berapa langkah dirinya meninggalkan rumah singgah, Sang Gubernur bersama seorang pengawal sudah menemuinya terlebih dahulu.

"Lebih baik aku melepasmu disini. maaf tidak bisa memberikan jamuan yang baik sebagaimana saat kedatanganmu ke Gyeongju. Akan sangat kesulitan untuk mengendalikan kemarahan seorang wanita. Bukan putriku, tapi ibunya." Ucap sang Gubernur kepada Yoon Jae.

"Sekali lagi saya mohon maaf atas apa yang terjadi saat ini."

Gubernur Jo tersenyum mendengar ucapan Yoon Jae, "Sejak awal ini salahku karena terlalu gegabah. kupikir saat itu anda hanya malu untuk mengatakan 'iya'. Yah, bagaimanapun ada banyak pemuda Gyeongju yang menginginkan putriku. Jadi aku tidak terpikir bahwa anda akan menolaknya. Hahaha..." 

Yoon Jae cukup lega mendengar tertawa nyaring sang gubernur. "Oh iya, tapi aku punya permintaan pada anda. kuharap anda bisa mengabulkannya."

"Iye (iya - sopan). silahkan sebutkan permintaan anda. Saya akan mengabulkannya jika itu mungkin."

"Pujilah aku dihadapan Jusang Jeonha. Setidaknya agar beliau tahu bahwa saya adalah bawahan yang setia. Hahaha..." 

Yoon Jae kembali tersenyum mendengar ucapan Gubernur Jo. "Baik saya pasti akan melakukannya." 

***





Jo Nangja -EndOn viuen les histories. Descobreix ara