Chapter 18✍

117 16 0
                                    

Dulu gue gedek lihat orang yang bucin akut, sampe ngelakuin hal gila pada pasangannya.
Dan sekarang gue kemakan omongan sendiri saat gue mulai jatuh cinta untuk pertama kali.

'Levin Dinan Mahendra'

_____

Levin mengambil ponsel, turun dari ranjang. Berjalan menuju balkon dan duduk di kursi yang ada disana.

"Kira-kira masa depan gue lagi apa ya?" gumamnya membuka email, dan menyalin nomer kontak Larissa yang diberikan om Rafli padanya.

Verra my future wife^^

[Sayang, udah tidur belum?]

Larissa duduk di depan meja rias, mengoleskan salep penghilang memar pada wajahnya. Tak berselang lama, ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Ia menoleh pada ponsel dan yang mengirimkan pesan hanyalah deretan angka, nomer tidak dikenal. "Siapa ya?" gumamnya menyimpan salep dan memegang ponsel. Membuka room chat, ia mengernyit saat isi pesan itu, gak jelas menurutnya. Ia mengabaikan dan kembali mengoleskan salep pada wajahnya.

Drttt

Larissa kembali membuka room chat dari nomer yang sama.

082472******

[Sayang, udah tidur belum?]

[Yah. Kok cuma read]

[Siapa?]

[Imammu suatu hari nanti]

[Gk wrs!]

[Iya, aku gak waras gara-gara kamu]

Larissa kembali menyimpan ponsel diatas meja. "Orang gila mana yang dapetin nomer gue coba!" gumamnya menyingkap baju lengan untuk mengobati memar yang ada di tangan.

Drtt

Drtt

Drtt

"Apaan lagi sih!" gerutu Larissa membuka kembali room chat.

082472******

[Sayang, udah tidur belum?]

[Yah. Kok cuma read]

[Siapa?]

[Imammu suatu hari nanti]

[Gk wrs!]

[Iya, aku gak waras gara-gara kamu]

[Yah, read lagi]

[Verra, kamu lupa ya sama aku?]

[Aku main kerumah kamu ya?]

[Cwok gila ya?]

[Aaa makasih sayang panggilan
kesayangannya. Aneh, tapi aku suka]

[Kyk Lo!]

[Maksudnya?]

[Aneh!]

ARSALESA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang