Hallo!
*'*'*'*'*
Levin melenggang melewati orang tua dan juga sahabatnya yang mungkin tengah menanti kedatangannya.
Secara serentak, mereka berdiri dari duduknya dan menatap Levin meminta penjelasan.
"Levin, berhenti!" Suara bariton tn. Mahendra mengintrupsi.
Levin menghentikan langkahnya di anak tangga menuju lantai dua, kamarnya.
"Dari mana saja kamu?!"
Ny. Lisia menatap tajam suaminya yang bertanya dengan nada tinggi.
Levin tak menjawab dan kembali melanjutkan langkahnya. Namun baru tiga langkah ia kembali berhenti saat suara lembut sang Mama berucap padanya.
"Sayang, Mama khawatir sama kamu, kita semua khawatir sama kamu. Kamu dari mana aja nak?"
"Levin capek Ma," kilahnya tanpa membalikkan badan.
Ny. Lisia berjalan ke arah tangga dan memegang tangan Levin yang masih membelakanginya. "Sayang, Mama tau kamu lagi enggak baik-baik aja kan?"
"Levin baik-baik aja Ma, Levin mau istirahat. Levin ngantuk."
"Lihat Mama dulu nak."
Dengan berat hati, Levin berbalik dan menatap Mamanya yang mensejajarkan dirinya di anak tangga yang sama dengan posisi Levin.
Ny. Lisia menatap manik mata putra semata wayangnya. "Are you okay?" tanyanya.
Levin mengangguk.
Wanita paruh baya itu menggeleng pelan. "Are you okay?"
Levin mengangguk ragu.
"Tatap mata Mama, Mama tanya sekali lagi. Apa kamu baik-baik aja sayang?"
Levin tak merespon, ia hanya diam menatap manik mata sang Mama. Tapi bisa ny. Lisia rasakan, tangan Levin bergetar.
"Are you okay son?"
Pertahanan Levin runtuh. Ia memeluk Mamanya, menyembunyikan raut wajah sedih di belakang tubuh sang Mama.
Ny. Lisia mengusap lembut punggung putranya.
"Kamu enggak bisa berbohong sama Mama, kamu enggak baik-baik aja. Mama tau itu."
Mata Levin berkaca-kaca, tapi tak kunjung meneteskan airnya. Levin pun tak mengerti, akhir-akhir ini ia menjadi sering menangis. Tidak, lebih tepatnya setelah ia mengenal cinta, hatinya mudah terluka.
"Levin sayang Vera Ma..." cicit Levin yang diangguki sang Mama.
"Vera sama Arga..."
"Mama tau, Larissa pacarnya Arga," ucap ny. Lisia.
Levin memejamkan matanya.
"Cinta pertama Levin gagal Ma..."
Wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya. Ia melihat begitu banyak luka dalam sorot mata putrinya.
"Jodoh enggak ada yang tau sayang. Bisa jadi sekarang Larissa cintanya sama Arga, tapi apa yang bisa Larissa lakukan kalau ternyata jodohnya itu kamu?"
Levin tersenyum miris. 'Filosofi kuno,' batinnya.
"Levin capek, mau istirahat. Maaf bikin kalian khawatir," ucapnya, lalu kembali melanjutkan langkah menuju kamarnya.
Air mata ny. Lisia menetes, bisa ia rasakan perasaan putranya seperti apa sekarang, walaupun ia tak mengetahui kejadian apa saja sampai membuat putranya terlihat hancur seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSALESA [END]
Teen FictionArsalesa. Cinta tiga pemuda yang tak bisa menggapai seorang wanita yang sama-sama mereka cinta. Panggil saja wanita itu dengan nama, Larissa. Takdir telah mempertemukan mereka untuk bertemu dan menaruh hati pada Larissa. Namun dengan teganya takdir...