Bang Vino Sesungguhnya ✔️

42.2K 3.6K 75
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Budi Doremi - Melukis Senja

Aya sampai di mansion dalam keadaan lelah. Setelah seharian berjalan mengelilingi Mall, berbelanja ini itu dan mencoba hal-hal baru yang belum pernah ia rasakan selama ini. Walaupun lelah, tapi hati Aya rasanya ingin meledak karena senang. Ditambah besok pagi ia diizinkan untuk sekolah oleh Papah nya.

Disebelah Aya sekarang sudah duduk Deven sambil menoel-noel pipinya. Deven sangat cerewet bertanya kegiatan Aya selama di Mall tadi. Aya pun dengan antusias tinggi menceritakannya.

Bibir kecilnya tak henti-henti menceritakan hal baru kepada Deven. Walaupun menurut Deven hal tersebut sudah biasa. Seperti makan makanan Western dan Jepang. Melihat pertunjukan yang ada di dalam Mall. Itu semua hal lumrah baginya. Tapi Deven tertawa senang melihat adik kecilnya bercerita dengan semangat 45.

Ah, benar-benar adiknya ini sangat lucu. Deven mendekap Aya dalam pelukannya, sangat gemas dengan wajah Aya yang berseri-seri. Memang menghabiskan uang Papah untuk Aya bukanlah hal yang salah. Lihatlah, mata adiknya ini sangat jelas terpancar kesenangan.

"Kalaya, Deven! Udah yuk makan nak. Mamah mau keatas bangunin Farel sama Vino dulu ya." Lia berteriak dari arah dapur.

Aya dan Deven yang berada di sofa ruang tamu, langsung bergandengan menuju meja makan. Aya merasa sudah sangat akrab dengan Deven, terbukti ia tidak canggung lagi sekarang.

Brian datang dan mengecup pipi Aya, sambil ngobrol terkait ngapain saja anaknya di Mall tadi. Dan lagi, Aya menceritakan secara singkat hal-hal baru yang ia temukan hari ini. Brian tertawa renyah. Bersyukur anaknya hari ini sangat senang.

Tak lama, datanglah Lia dengan Farel yang berjalan ke arah mereka. Farel  tenang dengan duduk di sebelah kiri Deven, sedangkan Aya duduk di sebelah kanan Deven.

"Bang Vino mana Mah?" Deven bertanya.

"Abang kamu itu lagi tidur. Kayaknya capek seharian bekerja. Ga enak Mamah gangguin, biarin aja. Nanti kalo laper bakal turun sendiri nyari nasi." Jelas Lia.

"Kalo bang Regan Mah? Lembur?" Kali ini Farel yang bertanya.

"Iya, biasa. Urusan rumah sakit. Ya udah yuk makan. Aya mau makan apa nak? Mau Mamah ambilin?" Lia bertanya ke Aya yang sibuk memperhatikannya dari tadi.

"Hah? Iya. Eh, ga usah Mah. Aya bisa sendiri. Hehe." Aya tertawa pelan.

"Aya mah jangan sering bengong atuh dek, kasian mana masih muda." Ledek Deven.

"Iiih bang Deven, tadi tuh Aya juga mikirin bang Vino sama Kak Regan kok ga ikut makan bareng. Bukannya bengong ga jelas." Aya mencubit pelan lengan Deven, ia juga tau bahwa abangnya ini bercanda.

Deven pun dengan dramatis menjerit kesakitan. Aya sedikit kaget, apakah cubitan terlalu kasar? Perasaan engga deh. Canda tawa ketika makan malam itu pun berlanjut.

Tanpa sadar, Farel sendiri pun juga ikutan tertawa dan tersenyum tipis saat mendengarkan Aya bercerita. Brian dan Lia yang sadar akan Farel yang mulai terbawa suasana, hanya tersenyum meyakinkan bahwa akan ada masanya Farel akan menyatu dengan Kalaya. Kita lihat saja.

Kalaya [END]Where stories live. Discover now