04. Kopi Instan 🍒

76 11 2
                                    

Hari ketiga ospek, adalah pengenalan seluruh denah kampus. Mereka dibagi perkelas dengan masing-masing nanti di kawal dua panitia untuk berkeliling.

Kebetulan, kelas ospek Jane mendapat urutan awal.

Nara memakai bet nya, ia melirik ke arah Jane yang berdiri senyap disampingnya seperti patung.

Nara menghela nafas, "Maafin gue deh Jane, lo jangan cuekin gue plis, mending lo tendang aja deh lutut gue, itu lebih baik daripada gue dicuekin" Nara cemberut. Ia menyodorkan lututnya yang sudah mulai sembuh.

Jane hanya meliriknya tak berselera, tangan nya meraba bokongnya lalu meringis, "Nih pantat makin hari makin ungu, sembuh kaga sakit iya"

Nara menelan ludahnya, Jane menerawang, membayangkan lagi adegan detik-detik bokongnya mencium tanah dengan mesra.

Nara jadi merengek "Jane maafin gue lah, mana sanggup gue lo giniin huhu"

"Berisik lo Nar, cepetan jalan"

Mereka diperkenalkan pada seluruh ruangan-ruangan di kampus. Dosen a b sampai z. Dan peraturan peraturan kampus yang perlu di ingat.

Jane melipat tangan nya di dada memperhatikan dengan seksama apa yang panitia mereka coba jelaskan.

Saat Jane merasa matanya mulai berat, tangan nya merogoh saku, membuka tutup botol kopi instan itu lalu meneguknya sampai habis.

"Bukan nya lo gak minum kopi ya Jen?" Nara memandangi botol kopi Jane yang melambung tinggi masuk kedalam tong sampah.

"Itu satu satunya cara supaya mata gue gak merem mulu kerjaan nya" Jane menghela nafas. Pasrah.

Kepala nya mulai pusing. Jane bukan peminum kopi, kepala nya akan langsung pusing entah mengapa saat meminum kopi. Tapi apa boleh buat, masalah terus berdatangan pada Jane karena kebiasaan barunya itu. Tidur.

Sebenarnya Jane bukan tipikal orang yang mudah tertidur dimana saja. Tapi entah kenapa, belakangan ini Jane sangat mudah terlelap. Entah karena dia bangun sangat pagi, atau sangat kelelahan.

Dan itu menjadi bencana besar bagi Jane Kinsey.

"Ini ruang olahraga, disampingnya ada ruang musik...."

Jane berkedip, memfokuskan indra nya pada ruangan bercat pastel itu.

Ruang musik?

Rombongan nya yang lain terus maju mengikuti arah jalan panitia, sedangkan Jane yang memang dibarisan paling belakang diam ditempat.

Matanya melihat kearah jendela yang kemarin baru saja ia bersihkan, ah iya Jane lupa, Jane hanya mengelap bagian bawahnya saja. Di sisi atas jendela, masih jelas berdebu.

"Lo kalo bersihin jangan setengah setengah dong?" Nara ikut menatap apa yang Jane lihat, "Iya, gue lupa" Jane jadi susah bergerak karena Nara memeluk lengan kirinya sedari tadi.

Jane mengintip dari jendela, ruangan musik kosong. Ia beralih menggeser pintunya, tidak dikunci.

"Lo tunggu sini ya nar, bentar doang"

Jane melangkah masuk, cling dan kain lapnya ada di atas piano, mumpung sepi, Jane akan menuntaskan pekerjaan nya.

"Nar, geser kursinya kesini" Nara menaikkan alis, tapi tetap menggeser kursinya sesuai perintah Jane.

Jane naik, ia menyemprotkan cling beberapa kali. "Pegang" botol cling itu ia sodorkan ke bawah, setelah Nara mengambilnya, Jane mengelap bersih seluruh bagian yang masih berdebu.

"Geser lagi kursinya kesana" perintahnya lagi, Jane segera turun dan cepat cepat kembali masuk keruang musik untuk mengembalikan kain lap nya.

Begitu Jane berbalik, nafas nya tertahan, Dirga memegangi botol cling lalu kaki panjang nya tergerak menggeser kursi kesamping ketempatnya semula.

Dirga menatap Jane, wajahnya tanpa emosi itu entah kenapa membuat Jane takut sekaligus malu. Sedikit teringat kejadian kemarin di ruang musik.

Tanpa aba aba, Jane menelan ludah nya susah payah lalu, "Kabur Nar!"

Jane berlari persis seperti maling. Sungguh melihat Dirga membuat perasaan nya campur aduk. Apalagi setelah kejadian kemarin.

"E-eh tunggu Jane!" Nara tergagap sendiri, kemudian ikut berlari kabur.

Dirga tidak habis pikir, tiba tiba saja perutnya tergelitik melihat respon Jane.

Dirga keruang musik untuk mengambil ponselnya yang tertinggal, dari kejauhan, Dirga malah melihat ada Jane yang sedang mengelap kaca ruang musik.

Karena berdiri tepat dibelakang Jane, Dirga lah yang mengambil botol clingnya, habis, Jane tidak menoleh sama sekali.

Tanpa sadar, itu menjadi kejadian lucu bagi Dirga.

.
.
.

Jane pulang, begitu sampai didepan rumah, langkahnya berhenti mendadak. Benar, Jane belum belanja apapun untuk keperluan besok.

Besok hari terakhir ospek, dan mereka akan menginap dikampus untuk acara makrab. Dan Jane sudah mengemasi bajunya sejak 3 hari yang lalu.

Biasa, meski tampang wajah tidak pedulinya seperti mengisyaratkan bahwa Jane seorang pemalas yang tidak disiplin, nyatanya Jane merupakan tipikal orang yang sangat terorganisir dan sangat disiplin.

Jane berjalan kaki, menuju supermarket paling dekat dari rumahnya. Alfamort.

Seusai mengambil beberapa kotak susu uht dan beberapa jajan kesukaannya, Jane menatapi rak berisi kopi-kopi instan. Dia ragu, haruskah ia beli atau tidak usah?

"Ow, gak gak gak" Jane menggeleng cepat, memikirkan bagaimana dia akan mendapatkan masalah lagi saat makrab membuat kepalanya pusing duluan.

Tangan nya jadi terjulur cepat untuk mengambil 2 botol kopi instant untuk dimasukkan kedalam keranjang.

Dirak sebelahnya, ada Gerald yang juga sedang sibuk mencari snack untuk makrab. Jane bergeser, tangan nya berusaha meraih kotak snack yang posisi nya ada diatas kepalanya.

"Sial, tinggi banget" Jane berkacak pinggang, dia menoleh kanan kiri lalu melompat untuk meraih snack itu.

Tanpa sadar, saat meraih itu, tangan Jane ikut mendorong sisa nya kebelakang, sehingga rak minuman dibelakangnya menjatuhkan botol minuman yang berada di posisi paling depan di rak sebelahnya.

Bugh !

"Aduh"

Jane melotot, ia memutari rak dan menemukan Gerald yang mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya. Jane menunduk, botol yang barusan jatuh dari atas itu menggelinding dan berhenti tepat di kakinya.

"Kayak kenal" gumam Jane.

Gerald menoleh marah, "Woy, lo kalo ngambil apa apa santai aja dong, gausah segala robohin semuanya" Gerald menatap Jane kesal.

Jane kaget, itukan cowok sombong yang memperkenalkan diri bersamanya di hari pertama ospek.

"Ma maaf, gue gak sengaja" kata Jane takut, ia memungut botol dihadapan nya dan mendatangi Gerald, "Nih minuman lo" Jane nyengir, berusaha membuat Gerald tidak lebih marah padanya.

"Buat apa lo ngasih gue? taroh sana"

Gerald berdecak kesal sambil mengusap kepalanya. Jane mengangguk, jadi ikutan kesal karena Gerald membentaknya tanpa sadar.

"Santai ajasih cepet tua baru tau rasa" Jane menyolot "Botol doang padahal"

Jane kemudian melompat, berusaha menaruh kembali botol itu ke rak paling atas.

"Ck, taro disini ajalah, "

Karena tidak sampai juga, botol itu diletakkan nya di rak chiki, lalu sambil marah marah Jane berjalan kembali mengambil keranjang nya dan menuju kasir.

Gerald ikut berdecak, Jane pergi sambil mulutnya mendumel, dan Gerald dengar itu semua. Ia menghampiri botol yang Jane taruh sembarangan lalu dengan mudah mengembalikan nya ke rak paling atas.

"Udah salah, marah-marah pula, dasar pendek"





Vomment 🌟 💬 juseyoo ~ ~ ~

IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat BeautyWhere stories live. Discover now