16. Penunggu Pohon Mangga 🍒

43 8 2
                                    

Jane berjongkok, dari taman cafetaria yang cukup jauh dari ruang musik, matanya terus menyipit menatap pintu ruang musik yang sedikit terbuka.

Mencoba melihat kedalam ruangan tersebut lebih dalam.

Setelah kelas selesai, Nara terpaksa pulang duluan karena harus menyalin pekerjaan mereka di laptopnya, antisipasi jika Jane tidak mendapatkan laptopnya sampai besok pagi.

Sedangkan Jane masih harus berjuang untuk mendapatkan laptopnya kembali.

Jane berkali-kali menggaruk rambutnya frustasi.

Satu-satunya harapan hanya ruang musik, karena biasanya akan ada Dirga disana setiap saat. Jane tidak tahu dimana letak kelas Dirga, Jane juga masih tidak terlalu tau seluk beluk kampus ini.

Meski sudah berkeliling saat ospek, tetap saja Jane sulit mengingat nya.

Dia hanya hapal jalan menuju kelasnya, kantin, kafetaria dekat ruang musik dan ruang dosen nya.

Jane terlihat seperti gembel yang berjongkok dengan rambut berantakan seperti itu.

Setelah capek sendiri, Jane langsung berdiri. Sambil berjalan sempoyongan, Jane berusaha mengumpulkan tekadnya untuk masuk kedalam ruang musik.

Masalahnya, Jane agak takut dimarahi oleh Dirga. Menyeramkan pikirnya.

Laptopnya harus dicari, untuk pertama kalinya Jane mengerjakan tugas presentasi tanpa harus dibantu oleh Nara, tapi malah hasil kerja kerasnya di bawa oleh Dirga karena masalah sepele akibat bercandaan nya sendiri.

Mumpung lorong koridor sepi, Jane hanya berjalan menunduk, memperhatikan kakinya yang menginjak injak lantai sekeras mungkin untuk menyalurkan kekesalan nya.

Karena Jane lapar, dia juga jadi harus ekstra sabar. Temperamen nya sudah tidak baik, jika di combo dengan keadaan tertentu, lapar dan mengantuk misalnya, maka Jane tidak akan bisa menahan emosinya.

Jreng!

Laptop yang dia cari-cari sejak tadi tiba-tiba berada dihadapan nya, saat Jane hendak menangkapnya, laptop itu ditarik kembali membuat Jane mendongak,

"Ck"

Dirga tersenyum, matanya melengkung manis "Kasian banget, nyariin ya?" Dirga menunduk, menggoda Jane yang ternyata cukup frustasi karena laptopnya Dirga bawa.

Wajah Jane benar-benar-- mirip gembel.

Terlihat lelah, kelaparan dan mengantuk dalam satu waktu, tetapi juga terlihat lucu di mata dirga, rambut pendeknya mekar kemana-mana karna Jane menggaruknya terus-menerus.

Jane mencebik kesal, Dirga tertawa diatas penderitaan nya. Sedetik kemudian Jane menggosokkan kedua telapak tangannya sambil matanya terpejam,

"Plis, balikin. Untuk yang pertama kalinya gue mau ngerjain tugas lagi setelah sekian lama. Kalo lo gak balikin, lo bakalan bunuh semangat nugas gue"

Dirga menggeleng, lalu menyentil dahi Jane gemas, "Kalo lagi memohon itu, ekspresi nya diganti dong, mana ada orang memohon mukanya kayak ngajak berantem begini"

Dirga lagi-lagi mengulum senyum, wajahnya yang biasanya tegas itu terlihat lembut kali ini. Padahal siang tadi jelas sekali wajah flat Dirga.

Entah mungkin Jane yang salah lihat, karena jika sedang lapar, maka penglihatan Jane juga memburuk.

Jane berhenti memohon, mata lelahnya itu menatap Dirga heran, "Lo-- kesambet?" tanya Jane iba.

Dirga tidak menjawab, malah tangan nya terjulur meraih rambut Jane untuk dirapikan. Sambil masih memberikan tatapan lembutnya, Dirga mengulum senyum.

IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat BeautyWhere stories live. Discover now