01. Siapa sebenarnya?

165 53 118
                                    

"KECOAA!!!"

Teriak seorang murid perempuan dari dalam kelas hal itu membuat seisi kelas heboh di buatnya. Beberapa siswi lain berlari keluar saat perempuan itu melempar tas tersebut ke berbagai arah, tas yang di duga berisi 3 kecoa itu melayang jauh hingga semua barang miliknya berceceran.

Sedangkan seseorang gadis dari balik jendela tertawa cekikikan melihat hal tersebut, dengan tawanya yang tak henti- henti, ia merekam kejadian yang sudah biasa ia perbuat tanpa rasa bersalah.

"SIAPA YANG BERANI-BERANINYA NARO KECOA DI TAS GUE!!!" Shera berteriak melengking membuat seisi kelas menutup telinganya, terkecuali Nada teman gadis itu, Nada mengalihkan pandangannya menatap gadis berambut pendek dengan hp di tangannya. Seketika Nada tau siapa yang telah melakukan ini semua.

"Sher liat ke itu, siapa lagi pelakunya kalo bukan dia! " seru Nada sembari menunjuk ke arah kaca jendela.

Shera membulatkan matanya menatap gadis yang sudah tertangkap basah, dengan wajah kikuk gadis yang di panggil Cia itu berlari terbirit-birit ketika melihat Shera hendak mengamuk kepadanya.

"CIAA!"

Dia berlari dengan tubuh mungilnya, tawanya semakin terdengar dari koridor sekolah, beberapa siswa menatap gadis itu dengan tatapan heran akhinya tak sia-sia ia itu membeli kecoa di internet hanya untuk melihat Shera ketakutan.

Keterlaluan? Tidak, gadis itu tidak akan mengusik jika tidak di usik duluan. Shera yang memulai terlebih dulu, bahkan saat Cia baru pindah dari sekolah 1 minggu yang lalu dia sudah di ospek dengan berbagai macam hal yang membuat harga diri Cia tidak ada artinya.

Nenek lampir itu dengan sengaja menyembunyikan sepatu Cia saat ia tengah tertidur di kelas, bahkan dia juga menaruh permen karet di bangkunya hingga membuat permen karet itu menempel di rok Cia dan membuat ia di tertawai seisi kelas.

Namun Cia hanya diam, diam-diam memikirkan bagaimana cara dia membalas perbuatan gadis itu, bahkan lebih kejam dari apa yang ia perbuat.

Ia berhenti sejenak kemudian mengalihkan pandangannya. Matanya membulat saat melihat perempuan dengan rambut di cepol berkacamata tengah berjalan menaiki anak tangga.

Sedangkan di sebelah kiri samar-samar terdengar suara Shera tengah mencari keberadaan dirinya.

Ceklek.

Gadis itu menutup pintu Uks dengan nafas yang tak beraturan, untung saja dia sempat masuk ruangan ini, jika tidak mungkin Cia akan ketahuan dan sudah pasti Shera akan mengadu perbuatannya kepada perempuan berkacamata tadi.

Cia berjalan mundur melepaskan gagang kunci dengan perlahan kemudian membalikkan badanya.

Mata gadis itu membulat sempurna ketika melihat seseorang laki-laki tengah duduk di pinggir jendela. Dengan buku di tangannya. Laki-laki berparas tampan beralis tebal, mata hitam pekat tinggi semampai, astaga... Cia terpesona sekaligus takut melihat nya.

Takut, jika yang sedang ia lihat ini bukanlah manusia.

Bagaimana tidak? Melihat perawakan nya yang nyaris sempurna, laki-laki itu kini juga hanya menatapnya dengan tatapan datar sehingga membuat Cia tidak bisa berkata apa-apa.

Pandangannya beralih ke saku seragam, dan mulutnya mencoba mengeja bet bertuliskan "Reano putra Erlangga."

Siapa dia?

Pikiran aneh menghinggapi Cia, ia mengingat perkataan Pak Prapto seorang supir pribadinya. Saat pertama kali Cia hendak masuk ke sekolah ini.

Pak Prapto menceritakan tentang murid laki-laki yang meninggal karena terjatuh dari atap sekolah dan berakhir teragis membuat gadis itu bergedik ngeri.

Salah Siapa?Where stories live. Discover now