23

1.5K 288 45
                                    

Di Sore menjelang malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di Sore menjelang malam. Yuta tengah menikmati kopi buatan kekasihnya di balkon rumah. hembusan angin sore menyentuh wajahnya.

Netra nya  menatap kosong ke depan. di dalam kepalanya Yuta hanya memikirkan apa yang tadi siang Winwin ucapkan

Perkara— yuta, teman juga tidak berciuman.

Sekarang terngiang-ngiang di pikirannya. ada rasa bersalah setelah ia pikir pikir. harusnya, Yuta tidak menciumnya saat itu.
Tetapi jika di pikir lagi— bukannya Winwin juga membalas ciumannya kala itu?

Satu-satu nya hal yang harus di lakukan Yuta adalah meminta maaf sekarang juga. ia menyeruput kopi yang tidak lagi panas itu sebelum beranjak dari duduknya.

Memasuki rumah dan memakai jaket hitam yang sudah tergeletak di atas sofa lalu bergegas membuka pintu untuk keluar dari rumah.

"Hei, mau pergi kemana?"
Pertanyaan dari Sana yang saat ini sedang menonton televisi. membuat Yuta men-jeda langkahnya untuk keluar.

"Aku sedang ada urusan" Jawab Yuta dan bergegas pergi keluar.

Yuta berjalan dengan langkah yang bisa di bilang cepat, mendongak ke atas ketika dirasa langit menjatuhkan rintikan air; hujan.

Alhasil ia berlari secepat mungkin untuk menghindari air hujan yang membasahi jaket nya. hingga tidak sampai lima menit, ia tiba di depan rumah temannya.

menghela nafas sebentar sebelum mengetuk pintu rumah.

Tok

Tok

Tok

Yuta menggigit bibir bawahnya, belum siap jika ada yang membuka pintu. entahlah baru kali ini ia merasa gugup dalam melakukan sesuatu.

"apa? kau urus saja dirimu sendiri! jangan sok peduli dengan anak anak!" Suaranya terdengar seperti wanita tua.

"mereka juga anak anak ku jika kau lupa!"
sahut seorang pria tua dengan nada yang keras.

"Tapi kau jarang ada di rumah, bajingan!"

"Aku tidak ada di rumah karena mencari uang untuk kedua anak ku! lagi pula kau juga tidak pernah peduli pada anak anak! jadi biar aku saja yang bawa"

"tidak akan aku biarkan kau membawa anak anak"

"An, kau lupa bahwa kau sering memarahi anak anak bahkan menamparnya sesukamu? aku yakin anak anak pasti akan mati jika bersama mu"

"Hei hei hei, kau saja sekarang miskin! kau masih bisa menghidupi mereka? HAHAHAHA lucu sekali kau"

Kedua percakapan antara suami istri terdengar nyaring di balik pintu, membuat Yuta mengurungkan niatnya untuk mencoba mengetuk pintu.

Saat Yuta membalikan badannya, terlihat seorang pria masih dengan seragam sekolah yang basah dan tidak lagi rapih. tatapannya sayu. membuat Yuta membulatkan netra nya terkejut. dan berlari ke arahnya.

"Winwin kau tidak apa-apa? ap-"

"Kau mendengar semuanya, kan?" Ucap Winwin men-jeda pertanyaan yang baru saja ingin Yuta lontarkan.

Yuta mengatupkan mulutnya. bukannya menjawab ia malah mendekat ke arah Winwin—lebih dekat dari sebelumnya.
Lalu menarik badan pria mungil itu ke dalam pelukannya. "maafkan aku, win"

Seper sekon kemudian Winwin membalas pelukan Yuta, memeluknya se-erat mungkin. "Kau tidak salah, Yuta. sedari awal aku yang salah"

Yuta menggeleng kencang sebelum melepaskan pelukannya pada Winwin, menangkup wajahnya yang basah oleh air hujan, menatap netra Winwin yang mengeluarkan air mata.

"Aku minta maaf, seharusnya dulu aku tidak menciumu seenaknya. seharusnya aku tahu batasan"

Winwin menepis Tangan Yuta yang sedang menangkup wajahnya— lalu menggenggamnya dengan erat.

"Aku sudah memaafkan mu dari lama"

"Ngomong-ngomong, kenapa kau membalas ciuman ku saat itu? harusnya kau-"

"Karena aku mencintai mu" Jeda Winwin seraya melepaskan tangan Yuta yang tadi di genggamnya erat.

Pada akhirnya, Winwin mengungkapkan perasaanya yang selama ini ia tahan. meskipun ia tahu, ia tidak akan mendapatkan apa yang ia harapkan pada nantinya. meskipun ia tahu, Yuta akan tetap memilih kekasihnya yang jauh lebih sempurna dari pada dirinya. dan ia tahu, Yuta tidak akan membalas perasaannya.

"Aku mencintai mu Yuta, sangat. Aku meminta pada bintang jatuh supaya aku mendapatkan timbal balik dari perasaan ku padamu."

Yuta tiba-tiba diam seribu bahasa saat apa yang baru saja Winwin katakan padanya.
kenapa semuanya terdengar tiba-tiba? kenapa ada separuh hatinya tidak menerima dan separuhnya lagi suka? semesta, apa ini berupa kejutan atau awal dari petaka?

"Win, seharusnya kau tahu sedari awal aku sudah memiliki kekasih"

Winwin hanya terkekeh seraya menghapus air mata yang jatuh tiba-tiba. entah kenapa ia ingin sekali egois hanya untuk saat ini.

"Kau juga harusnya tahu dari awal Yuta, Jika memang kau sudah memiliki seseorang yang kau cintai— kenapa kau memberiku perhatian lebih?"

"Seharusnya saat itu kau tidak memberiku ruang jika hanya untuk sekedar ku singgahi. tapi tidak apa apa, aku tidak memaksamu untuk mencintai ku seperti aku mencintai mu."

Winwin melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. meninggalkan Yuta yang mematung.

Yuta mengacak rambutnya, ia datang kesini untuk menyelesaikan kesalah pahaman tetapi mengapa malah menambah masalah? arrgh



HEATHER | YUWINWhere stories live. Discover now