27

1.5K 254 62
                                    

Sesampainya di Gramedia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesampainya di Gramedia. Winwin melihat-lihat banyak sekali buku yang ada di depannya. berbeda dengan Yuta yang hanya mengekori temannya dari belakang, Karena Yuta memang bukan pria yang gemar membaca seperti Winwin.

Hingga Winwin tertarik pada satu buku yang menurutnya akan sangat seru untuk menemani waktu senggangnya. Tangan putihnya meraih buku dengan cover warna putih tulang bertuliskan persephone. Senyumnya terukir senang, akhirnya setelah beberapa menit mengitari seisi Gramedia ia menemukan buku yang sesuai dengan seleranya.

Lalu berjalan menuju kasir untuk segera di bawa pulang dan menjadi hak miliknya seorang.

Keluar dari Gramedia, Winwin mengantongi buku yang baru saja dibelinya dengan kantung plastik transparan. Yuta melihatnya dari samping seraya ikut tersenyum, entah kenapa melihat Winwin tersenyum dapat menenangkan hatinya setelah kemarin dirundung pilu.

"Aku belum sarapan" Ucap Yuta dengan nada lemas, mungkin karena memang sama sekali belum memakan apapun pagi ini.

"Ingin mampir untuk membeli makan?" Tanya Winwin yang kini menoleh ke arah Yuta.

Yuta menganggukkan kepalanya, tatapannya kini menunduk ke bawah. Menatap sepatu Converse warna putihnya yang sudah terkena noda.

Dan mereka berjalan ke arah restaurant sederhana dengan pengunjung yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Lalu duduk di kursi kosong paling ujung. entah kenapa mereka memilih kursi paling ujung? ohh mungkin agar telinganya terhindar dari kebisingan kendaraan di luar.

Waiter datang dengan membawakan banyak menu makanan, menghampiri dua anak Adam yang tampak sedang akur.

"Silahkan pilih menu yang anda sukai"

Di mulai dari Yuta yang memilih udang rebus sebagai makanan dan Americano sebagai minuman. Berbeda dengan Winwin yang hanya memesan Roti bakar dengan toping kacang dan Green tea sebagai pelengkap. Setelah itu waiter pergi dengan langkah cepat.

"Apa rencana mu malam ini?" Yuta mencairkan suasana yang tadinya hening dengan melontarkan pertanyaan kepada teman di depannya.

"Malam ini? tidak ada" 

"Inikan malam natal, kalau kau tidak memiliki acara apapun datang saja ke rumahku untuk sekedar berbincang dan bersulang wine"

Winwin terkekeh mendengar apa yang baru saja pria di depannya katakan. membenarkan duduknya menjadi lebih tegak dari sebelumnya— mencondongkan dadanya ke depan, "dan menyaksikan sepasang kekasih bermesraan?"

Sungguh frasa yang baru saja keluar dari mulut Winwin membuat Yuta mengerutkan keningnya, "apa maksud mu?" Yuta sama sekali tidak faham.

"Bukannya jika aku datang ke rumah mu akan menjadi orang ketiga?"

dadanya yang tadi ia condongkan kedepan kini kembali di tegakkan, kaki kanannya di tumpangkan di atas kaki kiri.

"Terkecuali jika kau menyingkirkan kekasih mu demi aku"

Sekarang giliran Yuta yang terkekeh dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Sejak kapan bicaramu jadi buruk seperti ini" Ucapnya dengan menatap lawan bicaranya sedatar mungkin.

Winwin hanya tersenyum tipis, memalingkan wajahnya ke samping.

Sejak aku di sadarkan dengan fakta bahwa kau tidak pernah bisa ku gapai, Yuta.

Yuta menarik kursinya menjadi lebih menyatu dengan meja makan, dan jarak antara ia dan Winwin kini bisa dibilang cukup dekat. tangannya meraih dagu pria yang masih memalingkan wajahnya ke samping, "jawab aku."

Namun tiba-tiba waiter datang dengan menu yang tadi di pesan keduanya. membuat atensi mereka kini berpaling pada makanan dan minuman masing-masing.

Menikmati pesanan masing-masing tanpa memalingkan atensi dari makanan yang baru saja datang.

────────────────────

Selesai menyantap makanannya, Yuta mendongak ke arah Winwin yang sedang berkutat dengan buku di tangannya. Alhasil wajah pria manis ini terhalang oleh buku yang baru saja di belinya.

"ekhem, setelah ini mau pergi kemana?" Tanya Yuta yang mampu membuat Winwin menghentikan kegiatan membacanya.

"Pantai" jawabnya datar. berbeda dengan Yuta yang mengangkat sebelah alisnya, di saat cuaca dingin seperti ini kenapa Winwin memilih pantai?

"Kenapa pantai?"

Winwin menutup buku yang di pegangn-nya, menyimpannya di atas meja. meneguk minuman dingin di depannya seraya menatap lawan bicara datar.

"Kalau kau tidak merasa setuju dengan apa yang aku katakan kenapa bertanya?"

Akhirnya Yuta memilih diam, bungkam, tidak berani membantah pria kecil yang terlihat sedang kesal di depannya.

Yuta menghela nafas dan beranjak dari kursi, "baiklah, pantai." Lalu senyuman manis terpancar dari bibir merah muda Winwin yang tentu saja membuat Yuta senang bukan main. dan Winwin ikut beranjak dari kursi— masih menampakan senyumnya.

Yuta melangkahkan kakinya ke arah dimana Winwin sedang berdiri, netra nya tidak lepas dari bibir temannya. ibu jari tangan milik Yuta mengusap sisa makanan yang menghiasi sudut bibir Winwin, "Toping kacangnya menempel di bibirmu."

Semesta, Winwin bisa gila. jantungnya berdegup tidak beraturan. bagaimana tidak, Wajah mereka sangat berdekatan sekarang.

Tangan Winwin mendorong dada Yuta saat ia melihat ada tiga waiter yang sedang berbisik-bisik membicarakannya di kasir.

Lalu Winwin melangkah menuju tempat dimana ia harus membayarnya, tidak lupa membawa buku yang kini sudah di masukan kedalam kantung plastik. di ikuti oleh Yuta dari belakang.

────────────────────

Keduanya hening, menikmati alunan lagu yang di putar di mobil seraya Yuta fokus berkendara sedangkan Winwin yang kembali membaca bukunya.

Tanpa Winwin sadari, mobil yang tadi berjalan pelan kini sudah berhenti. Yuta yang melihat Winwin tidak kunjung memalingkan netra nya dari buku hanya menggelengkan kepala; saking fokusnya hingga tidak menyadari bahwa sudah sampai, ya?

Yuta mendekat ke arah pria yang masih berkutat dengan bukunya, mencondongkan tubuhnya membuat si empu di sampingnya membulatkan matanya terkejut.

"Sudah sampai" ucap Yuta datar seraya melepaskan seatbelt yang terpasang di tubuh Winwin. wajah mereka sangat dekat, membuat Winwin menahan nafasnya guna agar pria bongsor di depannya tidak dapat merasakan udara hangat yang keluar dari pernafasannya dan kepalanya berpaling ke arah jendela.

Setelah Yuta melepaskan seatbelt  dari tubuh Winwin, Winwin langsung membuka pintu mobil dan melihat kagum pemandangan yang ada di depannya. meskipun tangannya memeluk diri sendiri karena kedinginan dengan atmosfer pantai ini.

Kakinya melangkah menuju pantai yang tidak dikunjungi siapapun hari ini, jadi hanya ada mereka berdua disini. membuka sepatunya dan menginjakan kakinya tepat pada air laut yang jernih.

Yuta diam diam tersenyum dari belakang punggung temannya yang sedang asik memainkan kakinya dengar air. hatinya terasa amat tenang, apalagi dengan Susana pantai yang indah, dan telinganya tidak mendengar kebisingan banyak orang kecuali suara debur ombak.

Yuta ikut melepas sepatunya dan berjalan ke arah Winwin yang masih asik bermain air dengan tangan yang memeluk tubuh kecilnya, Surai hitam pekatnya diterpa angin.  "Kau suka?" Tanya Yuta yang tiba-tiba datang dan berdiri di sampingnya.

Atensi Winwin pun beralih pada pria di dekatnya, "aku baru tahu ada pantai se indah ini disini" jawabnya yang tidak lepas dari disertai senyuman.

Kau indah, lebih indah dari pantainya. Win.

a/n:
bersenang senang dahulu, bersedih sedih kemudian <3

HEATHER | YUWINWhere stories live. Discover now