CHAPTER-1

10.5K 554 82
                                    

"Bahagia itu mudah, bahkan sangat mudah, jika kamu tetap merasa cukup dengan apa yang kamu punya"

-Alinka putri mahesa~
.
.

HAPPY READING🌸

1. BALIK?

Dentuman musik Dj mengalun keras di sebuah club yang ada di kota New York. Puluhan, bahkan ratusan orang bergerak melenggak-lenggok-kan tubuh menikmati suara musik yang di putar.

Di tengah orang-orang yang menikmati musik, seorang gadis dengan keadaan yang hampir kesadarannya hilang sedang tertawa dengan dua orang temannya.

"This is so crazy!" Teriak gadis itu, gerakan badannya tak berhenti mengikuti alunan musik di club tersebut.

"I know, hahaha"

Sebut saja nama gadis itu, Alinka putri Mahesa. Gadis keturunan Indonesia-Amerika dengan kedua temannya orang asli Amerika. Tinggal di New York- Amerika serikat bukanlah hal yang sulit untuk gadis blasteran itu menyusaikan diri, sebab, sedari kecil ia sudah tinggal di kota ini bersama dengan nenek dan kakeknya.

tringg tringg tringg
Hey fuck you!

Alin merogoh saku celana dan mengambil ponsel-nya yang berbunyi, dengan kesadaran hampir hilang, gadis itu langsung menjawab tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Hello, Alin here, who are you bitch?"

"Alin, ini kakak. Kamu lagi dimana? kenapa suara musiknya keras banget, kamu lagi nge-club?" jawab orang yang di seberang sana.

Suara musik yang sangat besar membuat Alin kurang mendengar apa yang orang itu katakan, "Who are you? don't bother me anymore!" Memutus sambungan telpon sepihak Alin kembali bergoyang mengikuti alunan musik membuat orang di sebrang sana menghela nafas.

•••

Tut tutt tutt

Arsen menghela nafas, kebiasaan yang sangat sulit hilang dari kembarannya itu. Arsen juga tak menyangka, setelah hampir beberapa tahun tak bertemu Alin, gadis itu ternyata sudah sangat liar. Itu pembuktian Arsen sendiri saat berkunjung ke kota New York 1 tahun lalu.

Menoleh ke belakang, Arsen menggeleng pelan menatap kedua orang tuanya yang sedang memandang dengan wajah penuh harap.

"Di matiin Yah, Bun" Ucap Arsen.

"Mas, mending kita segera jemput Alin. Ngebiarin anak itu tetap tinggal di New York akan membuat pergaulan Alin semakin buruk mas" Velicia, ibunda dari Arsen dan Alin itu memandang sang suami yang seperti memikirkan perkataan-nya barusan.

"Baiklah, keputusan ayah sudah bulat, besok pagi kita akan berangkat ke New York buat jemput Alin. Arsen, kamu sekarang masuk, besok kamu harus sekolah" perintah sang ayah memang tak bisa di bantah oleh Arsen, tapi, untuk kali ini, kembaran dari Alin itu ingin ikut ke kota New York, rindu dengan tanah kelahirannya, akan kenangan masa kecil dengan orang-orang tersayang. Arsen meindukan itu, sangat.

"Tapi yah, Arsen pengen ikut" mohon Arsen yang mendapat gelengan tegas dari Bima, sang ayah.

"Enggak bisa, kalo kamu pengen ke New York, nanti setelah kamu libur sekolah. Ujian kenaikan kelas tinggal sebentar lagi, ayah gak mau ngeliat nilai kamu ada yang merah nanti"

Bima bukannya memaksa ataupun mengharuskan anak-anak nya untuk mempunyai nilai yang sempurna. Berapapun nilai sang anak jika sudah berusaha maka itu yang terbaik, bukan berarti harus nilai sempurna yang disebut terbaik. Hanya saja, Bima tak mau anak-anak nya menyepelekan tentang nilai, menyepelekan sekolah hanya untuk hal-hal yang kurang penting.

Berapapun nilai Arsen atau Alin, Bima dan Velicia tak masalah sama sekali, asalkan anak-anaknya itu tetap berusaha sendiri bukan berusaha di atas orang lain.

•••

Kota New York pagi ini sangat cerah, cahaya matahari masuk dari sela-sela jendela dengan gorden yang sudah kebuka oleh sang nenek.

Gadis yang masih terlelap itu sedikit merasa terusik dengan cahaya matahari yang membuat nya membuka mata secara perlahan dengan sang nenek yang sudah berdecak pinggang melihat cucu kesayangannya itu terbangun hampir siang.

"Alin, what time is it now?, Kenapa baru bangun? habis nge-club lagi kemarin malam?" Alin meringis, memandang sang nenek dengan keadaan seperti orang yang ketangkap basah habis ngelakuin sebuah kesalahan besar.

Kemarin malam, Alin memang tak masuk lewat pintu depan, gadis itu nekat manjat sampai lantai dua yang dibantu oleh Gio, Nathan serta Hendrik, Sahabat cowok yang ia punya di kota itu.

Untung saja acara manjat itu berhasil dan tak diketahui oleh bodyguard kakek dan neneknya atau mungkin mereka tahu tapi tutup mulut karena di ancam oleh tiga Sahabat cowok Alin, itu sering terjadi jika Alin pulang larut malam dan di antar ketiga orang itu.

"Tapi Alin gak minum kok nek,  just sit there, Alin gak senakal itu buat minum-minuman keras" ucap Alin.

"Ucapan kamu bisa nenek percaya?" Alin mengangguk mantap

"Of course!, nenek harus percaya sama ucapan Alin, Alin gak bohong kok"

"Tadi kakek bilang orang suruhan kakek yang ngikutin kamu kemarin malam bilang kalo kamu minum di club"

"What?! kakek nyuruh orang buat ngikutin aku?" Nenek mengangguk, menatap cucu nakalnya itu dengan tatapan penuh selidik.

"Shit!" Gumam Akun lirih yang tak bisa di dengar oleh sang nenek.

"Ayah dan bunda kamu hari ini mau kesini buat jemput kamu, kamu akan tinggal di Indonesia mulai sekarang. Kamu boleh balik ke kota ini kalo kamu udah lulus SMA disana" ucapan sang nenek membuat Alin merasa terkejut, tinggal di Indonesia? lalu bagaimana dengan sahabat serta teman-temannya disini? Alin sudah terlanjur nyaman dengan mereka.

"Tapi Alin enggak mau nek, Alin mau disini aja. Alin udah nyaman disini. Disini Alin punya banyak teman yang tulus sayang sama Alin, Alin gak mau ninggalin mereka" bantah Alin.

"Mau bagaimana pun kamu nolak, itu enggak akan bisa buat nge-ubah keputusan ayah kamu. Kemarin, sebelum kamu pulang, ayah kamu telpon kakek sama nenek dan bilang akan jemput kamu hari ini juga, demi kebaikan kamu, kali ini aja, kamu harus nurut" Alin menggeleng mendengar perkataan sang nenek.

"Alin tetap enggak mau nek, ayo bantu Alin buat bujuk ayah supaya Alin tetap tinggal disini" gelengan nenek membuat Alin mengusap wajah kasar.

"Nek...." rengek Alin.

"Ini demi kebaikan kamu Alin!" tegas nenek.

"Kebaikan dari mana nya nek?! Alin udah terbiasa disini, Alin nyaman disini, Alin juga gak nyusahin mereka kan? mereka yang bawa Alin kesini nek, mereka yang sudah maksa Alin buat tinggal disini. Dan sekarang? saat Alin udah ngerasa nyaman, mereka nyuruh Alin buat tinggal sama mereka lagi? Alin gak bisa!" Alin meninggikan suara membuat nenek sedikit terkejut.

"I'm so sorry nek, Alin kelepasan" Alin menunduk dalam, sadar akan kesalahannya yang membentak nenek.

Nenek tersenyum kecil, lalu mendekap erat Alin membuat tangisan gadis itu terdengar.

"Enggak papa, semua akan baik-baik saja, percaya sama nenek".

TBC.

VOTE nya jangan lupa ya xaxa.


OBSESSION [COMPLETE  || NEW VERSION Where stories live. Discover now