[10.] Penurut

2.1K 300 111
                                    

Hyunjin berkali kali menekan dadanya yang berdenyut nyeri. Menghela nafas kasar dan berusaha mengenyahkan rasa takut yang mulai menguasainya. Mencoba bersikap biasa saja dan mengabaikan rasa sakit itu, atau lebih tepatnya, ia tidak mau mengakui nya.

"Aku tidak sakit, aku tidak sakit..." ia bergumam dan itu terdengar bergetar, matanya terasa panas dan kali ini ia mengakui jika ia memang cengeng.

Ingatan di mana dulu rasa sakit itu menjadi temannya sehari hari, ia mengingat bagaimana rasa sakit di dadanya hingga membuatnya kesulitan bernafas. Ia mengingat bagaimana suara alat alat di rumah sakit yang mengerikan. Yang paling dia ingat adalah tangisan ayahnya dan tangisan member lain, itu yang paling menyakitkan.

Hyunjin memejamkan matanya, membuat bening kristal itu menetes begitu saja. Ia mulai terisak kecil, memikirkannya saja membuat Hyunjin takut. Rasa sakitnya benar benar sama.

Ia menekan kuat dada kirinya, jika memang benar ia sakit lagi, ia akan mengabaikannya, ia akan bersikap biasa saja dan berpura pura bahwa semuanya baik baik saja. Ia pernah berpikir untuk memeriksakan kondisinya namun saat ini ia berpikir bahwa itu tidak perlu. Hyunjin takut jika hasinya buruk. Jika memang benar jantungnya rusak kembali, maka lebih baik ia tidak mengetahuinya.

"Tuhan.... aku takut sekali.." lirihnya di tengah isakannya.

Berada di bus 4419 di bagian paling belakang, tidak serta merta membuatnya mengingat kenangan manis saat masih training, kenangan yang terputar adalah kenangan yang paling menakutkan.

Ia takut kembali berada di posisi yang sama, kehilangan kepercayaan teman teman tim nya dan ia menyembunyikan sakitnya sendiri. Hyunjin takut semua menjauh darinya. Kenapa hanya ia yang selalu berada di posisi yang tidak tepat, kenapa takdir selalu mempermainkannya.

Memandang aktivitas kota di sore hari lewat kaca bus ditemani musik dari earphone yang sama sekali tidak cocok dengan suasana hatinya, yaitu YAYAYA. Sudah sedih kenapa harus mendengar lagu sedih? Lebih baik ia mendengarkan lagu yang menaikkan moodnya.

"Semua baik baik saja."
.
.
.

Hyunjin sampai di asrama ketika para member sudah menyelesaikan makan malam nya. Hyunjin ke dapur untuk minum dan melirik lirik ke arah meja yang sudah bersih, ia tidak disisakan makanan.

Hyunjin meletakkan gelas dengan kasar di wastafel dan mulai mencucinya dengan sedikit brutal hingga lantai dapur menjadi sedikit basah. Ia kesal berada di situasi ini. Meski Hyunjin sudah berusaha untuk maklum akan perlakuan teman temannya, tapi tetap saja kan ia kesal. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun, tapi ia yang disalahkan.

"Huh.. sabar Hwang.." Ia menarik nafasnya dalam dalam mencoba menenangkan emosinya. Jangan sampai emosi mengambil alih dirinya dan membuat semuanya semakin buruk.

Tidak makan malam sekali bukan masalah besar kan? Toh juga ia tidak memiliki nafsu makan saat ini. Hyunjin jadi merindukan para member yang selalu memperhatikan pola makannya, membujuknya agar mau makan, menanyakan ingin makan apa, bahkan tidak jarang Hyunjin makan disuapi member lain karena saking malasnya. Teman temannya akan melakukan apapun demi membuat si kurus Hwang Hyunjin menghabiskan satu porsi makanannya.

Hyunjin pergi ke kamar nya, dan melihat Changbin dan Jeongin sibuk dengan ponsel nya masing masing. Hyunjin mengambil baju dan handuk lalu pergi ke kamar mandi tanpa sepatah kata pun. Toh juga terlihat sekali bahwa keduanya menghindarinya.

Di tengah jalan, ia melihat Felix yang nampak pergi ke dapur. Hyunjin langsung saja menyusulnya, Hyunjin perlu minta maaf karena sudah menyakitinya.

"Lix?" Felix menyudahi acara minumnya lalu menatap Hyunjin dengan raut bertanya.

"Maafkan aku ya? Tidak seharusnya aku menuduhmu menghapus file itu, aku tau kau tidak mungkin menghapusnya-"

Insomnia || Hyunjin || SKZWhere stories live. Discover now