WSIG | 02 - Small And Sweet Thing

5.4K 651 11
                                    

Votment


Gadis berponi itu kini tengah duduk dengan kaki menyilang di atas sebuah meja bundar, tempat favoritnya untuk melepas penat setelah bekerja paruh waktu di sebuah cafetaria yang cukup terkenal di kalangan anak muda.

Lisa menatap sendu ke arah luar dimana kini hujan tengah turun dengan derasnya, gadis itu mendengus pelan. "Apa Eomma sudah pulang?" Tanyanya pada diri sendiri, ada setitik rasa rindu dimana dulu ibunya selalu menjemputnya sepulang sekolah, dengan rasa bahagia yang membuncah tak lupa satu bungkus permen karet yang selalu menjadi permintaan maaf atas keterlambatan wanita itu.

"Lice!" Tegur Mingyu dengan tepukan pelan di bahu kurus sahabatnya. "Kajja, hujannya sudah reda aku akan mengantarmu pulang." Timpal Mingyu dengan manik yang mengikuti arah pandang gadis berponi itu.

Lisa menoleh sesaat memberikan sebuah senyum manis pada pemuda yang seharusnya ia panggil bos itu. Ya.. Lisa bekerja di cafe milik orang tua Mingyu yang katanya akan segera di wariskan untuk si Kim ini, dalam setiap duka yang menimpanya selalu ada saja secuil kebahagiaan yang Tuhan sisipkan entah apapun itu.

Keluarganya hancur, tapi beruntung nya Lisa karena memiliki ketiga pemuda yang sudah sangat membantunya dalam segala hal, dan perlu kalian tahu mereka bukanlah remaja yang mengalami kemalangan hidup sepertinya.

Mereka memiliki keluarga yang utuh, kasih sayang yang tercurahkan di setiap waktunya, kecukupan hidup hingga pada masanya Mereka bingung bagaimana caranya bersenang senang? Terkadang Lisa merasa iri tapi ketiga pemuda itu mampu membuat segala rasa irinya berubah menjadi rasa syukur.

"Tidak usah boss, aku ingin pulang bersama ibuku malam ini." Lisa melepas apron yang melekat di pinggang rampingnya, Mingyu terkekeh samar tapi dalam hati ia benar-benar merasa tersakiti melihat Lisanya yang terus berjuang.

"Ya, tapi aku tetap akan mengikuti mu dari belakang."

"Bukan aku tapi kita." Kedua anak manusia itu sontak menoleh kearah pintu di mana kini kedua pemuda tengah tersenyum lebar dengan beraneka ragam pose yang menggemaskan bagi Lisa.

"Kau ingin naik mobil atau motor?" Tanya Bambam antusias.

"Naik kaki ku saja lebih aman dan terpercaya." Lisa tersenyum hangat sembari menatap satu persatu pemuda yang kini terlihat jengah, gadis itu memakai jaket juga topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya, kemudian berlalu. "Jangan ada yang mengikuti ku!!" Gertak Lisa cepat, ketika salah satu dari mereka mengikuti pergerakannya.

"Kalian yakin?" Tanya Ten sedikit mengulum bibir bawahnya ragu.

"TENTU SAJA TIDAK!!!" Jawab keduanya serentak membuat Ten terlonjak kaget. "Telinga ku bahkan masih berfungsi dengan baik!" Gerutunya kesal.

•••

Lisa yang masih lengkap menggunakan baju serba hitam itu menatap sendu ke arah sebuah bangunan yang di terangi cahaya lampu warna-warni, sebuah club malam tempat dimana sang ibu bekerja. Berdiri mematung di sebuah kubangan air hujan yang membuat sepatu lusuh itu tampak semakin lusuh.

Di samping sebuah tempat sampah dekat pohon rindang tempat favoritnya menunggu sang ibu, tempat dimana ia bisa melihat gurat lelah, dan wajah cantik ibunya.

Lisa akan menjadi orang pertama yang menyanggah tubuh lunglai itu, Lisa akan menjadi orang pertama yang menggendong tubuh lemah ibunya, Lisa akan menjadi orang pertama yang mendapat muntahan menjijikkan dari mulut wanita dengan bau alkohol yang sangat pekat.

Hal merepotkan dan menjijikkan bagi sebagian orang nyatanya adalah hal yang paling menyenangkan dan membuatnya bahagia, jika ibunya sedang mabuk wanita itu terlihat seperti anak kecil, meringis, bersenandung, meracau, mengecupinya, tak ada amarah, pukulan atau apapun yang membuat Lisa tertekan.

Jahat memang tapi Lisa suka saat ibunya mabuk, hal itulah yang membuat ia sadar bahwa ibunya, wanita itu masih sangat sangat menyayanginya.

Beberapa menit berlalu kakinya mulai kebas tapi Lisa memilih tetap menunggu hingga akhirnya sosok yang ia nantikan terlihat juga dari celah pintu di sebrang sana.

Ibunya sudah terlihat berjalan beberapa langkah, gadis itu pun menyebrang setelah melihat kanan kirinya, mengikuti langkah ibunya yang terlihat sudah sangat mabuk di depan sana.

"Eomma." Gumamnya kecil sembari mempercepat langkahnya ketika melihat sang ibu sudah hampir ambruk, Lisa meraih tubuh itu kemudian menatap wajah lelah nan cantik itu sendu. "Aku menyayangimu mu, sangat menyayangimu." Lirih Lisa yang masih mempertahankan senyumannya.

Tubuh ibunya sudah berpindah dan tertidur dengan nyaman di punggung ringkihnya, Lisa berjalan perlahan sembari bersenandung kecil. "Maaf~" wanita itu melirih sendu mengeratkan kalungan tangannya pada leher sang putri.

"Benci aku sesukamu Lisa, tapi satu hal... kau tak boleh sama seperti wanita yang kau anggap ibu ini, kau harus bahagia, memiliki sebuah pekerjaan yang layak, memiliki seseorang yang mampu membuat mu tersenyum dan terus tersenyum, jangan membuatku semakin gagal menjadi seorang ibu untuk mu."

Racau Minyoung entah sadar atau tidak, tapi kalimat itu semakin membuat Lisa ingin menjerit dan mengatakan pada dunia bahwa wanita yang ia panggil ibu ini sangat berharga dan sangat istimewa.  Ibunya baik bahkan sangat baik dunia hanya belum mengetahuinya.

"Aku sudah memiliki semuanya Eomma, terimakasih telah menjadikan ku kuat dengan caramu, terimakasih karena masih mau memanggil namaku dengan penuh kehangatan, terimakasih karena telah membiarkan ku hidup dan menjadi seorang putri. Kau berarti bagaimana bisa aku membencimu."

7 . Maret . 2021

Where Should I Go? [✓] | Taelice Where stories live. Discover now