3

1.3K 187 4
                                    

.
.
.

Hembusan angin di taman manor malam ini hangat, suasana yang sangat menenangkan. Sayang sekali suasana yang sama tidak berlaku diantara dua manusia yang sedang berjalan bersama di tengah setapak taman. Keadaan keduanya hanya diisi kecanggungan nyaris tanpa suara selain hembusan napas dan langkah kaki.

~

Makan malamnya berjalan dengan lancar. Nyonya Jeon memang benar sangat totalitas mempersiapkan segalanya. Berbagai hidangan yang tersedia tampak lezat dan menggiurkan. Permintaan dibuat khusus pada juru masak manor. Ruangan makan pun didekorasi seindah mungkin. Para pelayan-pelayan mereka pasti bekerja keras untuk malam ini.

Padahal sebenarnya cuma makan malam keluarga biasa, hanya ada 7 orang di sana total dari kedua keluarga. Tapi kemewahan yang tersedia sudah layaknya sebuah pesta pertunangan.

Dimata Jeongguk ini semua terlalu berlebihan. Dia hampir saja menyuarakan komentarnya tadi sebelum dipelototi ayahnya. Sepertinya Tuan Jeon sudah paham apa yang akan dikatakan anaknya dan Jeongguk pun hanya mengangguk tanda mengerti. Benar, lebih baik diam daripada memancing perdebatan dengan sang ibu.

Selama makan malam, Jeongguk hanya sibuk menikmati makanannya. Bahkan tidak melirik sedikit pun ke arah sang calon istri, nampak tidak begitu peduli. Satu-satunya interaksi mereka ialah waktu perkenalan tadi. Setelah itu sampai sekarang Jeongguk memutuskan untuk diam saja.

Setelah makan malam dan mereka masih duduk di meja makan, Nyonya Jeon dan Nyonya Min lah yang lebih banyak menguasai keadaan. Mereka tampak antusias sekali berbicara tentang persiapan pernikahan, tanggal pernikahan yang bagus, tema yang elegan dan mewah, siapa saja yang harus diundang dan lain sebagainya juga diselingi gumaman persetujuan dari kedua kepala keluarga.

Sesekali Jeongguk hanya berbicara saat dilontarkan pertanyaan, itupun hanya dijawab seadanya. Kebanyakan hanya 'iya' 'baiklah' atau 'terserah ibu saja'.

Jeongguk berusaha mengontrol ekspresi wajahnya agar mereka tidak menyadari bahwa dia sudah bosan dan sangat ingin pergi dari sana. Walaupun rupanya tidak berhasil karena satu orang disana cukup peka untuk menyadarinya.

Makan malam ditutup dengan Jeongguk yang harus menelan bulat-bulat keinginannya untuk segera kembali ke kamarnya. Semua karena ibunya yang tiba-tiba mencetuskan ide agar dia mengajak gadis Min itu berjalan sebentar di taman manor.

Jeongguk ingin menjawab, 'Tidak, ini sudah malam dan aku lelah, keluarga Min yang datang dari jauh juga pasti lelah. Bukannya lebih baik kalau semua beristirahat?'. Tapi tidak, Jeongguk tidak bisa mengatakannya saat melihat tatapan orang-orang yang sepertinya sangat mengharapkan agar dia mengatakan iya.

Mau tidak mau, disinilah mereka berada. Jalan berdua dalam kecanggungan. Mereka sudah berkenalan tadi. Gadis itu, Min Hyori namanya. Seperti gadis bangsawan pada umumnya, cantik, sopan, tata krama nya baik.

Lima belas menit berlalu belum ada dari keduanya yang berusaha bicara, bahkan basa-basi hanya untuk sekedar memecahkan suasana kaku itu.

Jeongguk memutuskan untuk duduk pada bangku panjang ditengah taman dan Hyori pun hanya mengikuti saja. Jeongguk duduk diujung kiri dan Hyori di ujung kanan. Benar-benar diujung.

Keadaan sedikit berubah saat gadis cantik itu bergerak pelan memutar tubuhnya menghadap Jeongguk, kakinya diketuk-ketuk pelan tampak sedikit gelisah, ada sesuatu yang sepertinya ingin dia katakan. Tapi mengetahui bagaimana Jeongguk yang sepertinya sedang melamun, laki-laki itu tentu tidak menyadarinya.

"Maaf. Bolehkah aku bertanya?"

Jeongguk tersentak kecil dan akhirnya menoleh, mengangguk pelan mempersilahkan gadis itu kembali bicara.

01: 30 | KookVWhere stories live. Discover now