14

995 165 6
                                    

.
.
.

Jeongguk berdiri mematung ditempat. Berusaha keras tetap tenang menghadapi pandangan heran yang dilemparkan padanya. Tidak disangkanya Taehyung akan tahu dengan cara seperti ini.

Kata-kata tajam ibunya tadi juga bagaikan petir yang menyambar tubuhnya seketika–

'Kau tidak bilang pada ibu kalau Taehyung sedang hamil, Jeongguk?'

Seingatnya dia belum mengatakan apapun pada siapapun. Bagaimana bisa ibunya tahu. Sekarang pun dia masih tidak berani membalas tatapan Taehyung. Entah apa yang akan dihadapinya nanti.

"Taehyung, mengapa tidak bilang kalau kau sedang hamil?"

"A-aku..," Taehyung hanya memandang ibu mertuanya dan Jeongguk bergantian. Bingung harus mengatakan apa.

"Kau tidak tahu? Kau tidak sadar sedang hamil?"

Nada suara Nyonya Jeon mulai meninggi. Ekspresinya terlihat sangat terganggu. Dia menatap anak lelakinya tajam. Mengabaikan Somi, Arin, dan Taehyung sendiri yang masih belum sadar dari keterkejutannya.

"Taehyung belum tahu kalau dia hamil? Kenapa kau tidak segera memberitahunya, Jeongguk? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada cucuku kalau Taehyung saja tidak tahu apa-apa begini."

Jeongguk menghela nafas lelah. Diam saja menerima amukan ibunya. Karena memang ini salahnya. Bodohnya dia yang tidak memikirkan kemungkinan ibunya akan tahu lebih dulu.

Yang ada dipikirannya sekarang adalah bagaimana dia akan menjelaskan ini pada Taehyung. Dia tidak yakin akan siap dengan apapun keputusan Taehyung nanti.

~

Arin sudah keluar kamar dari 30 menit yang lalu. Tapi bahkan Taehyung maupun Jeongguk belum ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Keduanya lebih memilih diam sambil duduk berhadapan saat ini.

Tiba-tiba Taehyung menghela nafas panjang, Jeongguk spontan menegang didepannya. Sedari tadi dia takut, takut tentang bagaimana reaksi Taehyung pada berita kehamilannya.

"Aku minta maaf, Taehyung. Maaf tidak segera memberitahumu tentang ini."

Suaranya pelan dan lembut. Sebisa mungkin tidak menggangu ketenangan Taehyung. Ketenangan yang menurutnya sewaktu-waktu bisa saja meledak.

"Aku.. aku bingung Jeongguk. Ada apa sebenarnya?" Sorot mata Taehyung bingung dan lelah.

"Kau hamil. Kau sedang hamil.. anak kita." Jeongguk berusaha tetap tenang sambil menggenggam tangan Taehyung, mengelusnya lembut.

"T-tapi bagaimana bisa? Kita.. kita,"

Seketika sekelebat ingatan menghantamnya. Kalau sekarang dia hamil semuanya pasti bermula setelah bulan madu itu. Tentu saja. Pasti setelah bulan madu itu.

Taehyung terdiam, menatap Jeongguk dengan pandangan yang entahlah. Entah dia sedih, senang atau marah.

"Maafkan aku."

"Tidak, tidak perlu minta maaf Jeongguk. Bukan salahmu."

"Kau tidak marah?" Jeongguk terkejut. Dia sudah memperkirakan Taehyung akan marah besar padanya.

"Untuk apa marah. Kan bukan salahmu. Ini terjadi sebelum kita menyadari kutukan itu. Tidak ada yang bersalah. Tidak apa-apa."

Taehyung yang setenang ini malah membuat Jeongguk semakin khawatir. Reaksi alami harusnya dia marah. Marah atau kesal, apapun itu karena hubungan tidak wajar mereka sudah sampai pada tahap sejauh ini. Mereka akan segera punya anak.

"Aku pikir kau tidak akan menerimanya. Anak ini--"

"Ini anak kita, kan? Mengapa sampai aku tidak menerimanya? Tentu saja aku senang, aku suka anak-anak. Sekarang kita akan punya anak sendiri, benar?"

01: 30 | KookVWhere stories live. Discover now