13. Kemarahan Sakha

227K 30.1K 8.7K
                                    

Selamat membaca 💙

Oh ya, vote nya yang rajin ya 😁

***

Jika ada yang bertanya kapan Agra pernah menjadi anak paling diam. Mungkin sekarang jawabannya. Sudah ada dua puluh menit mereka sampai di basecamp Leander, Ojan dan Jagad sudah sibuk main game, Nevan sedang kepedasan karena berusaha menghabiskan semangkuk bakso yang pedasnya luar biasa. Bahkan Sakha sedang bermain gitar bersama Barry. Agra seolah menjadi anak paling baik karena tampak seperti sedang belajar buat ulangan besok. Karena sedang memegang lembar soal yang diberikan Zeta di sekolah tadi.

“Ah gila, siapa nih yang masukin cabe banyak banget ke bakso gue!” oceh Nevan. Cowok satu itu sudah berguling-guling di atas sofa saking tidak bisa menahan pedas. 

“Punya gue biasa aja tadi,” sahut Barry.

"Punya lo disamain tadi cabe nya sama kayak Agra," Jagad ikut menyahut. 

"Kok disamain setan! Gue nggak terlalu suka pedes!" 

"Suka-suka yang beli lah. Yang nitip mana boleh protes," celetuk Ojan. 

Nevan bangun, matanya menatap Ojan tajam bak ujung pisau. Mengambil minuman dingin, meneguknya sampai habis, lalu beranjak dari sofa, berjalan ke arah Ojan yang sedang bermain game menggunakan komputer. 

Saat sudah berada di belakang Ojan, Nevan sengaja mengelus kepala Ojan. Dia tersenyum penuh arti.

"Ojan berantem yok Nak."

“Yok Pa,” balas Ojan yang suaranya langsung dibuat-buat seperti anak kecil. Membuat Nevan bergedik geli, dan langsung mundur secara perlahan. Dia yang niatnya ingin membuat perhitungan, malah sekarang dikalahkan Ojan dengan mudah.

“Amit-amit punya anak modelan kayak lo Jan,” celetuk Nevan. Dia ikut duduk di antara Sakha dan Barry yang sedang menyetem senar gitar.

“Intan kapten cheers SMA Kencana minta nomor lo sama gue kemarin,” ucap Nevan pada Sakha.

“Gila ah kemarin sama Icha kapten cheers sekolah kita baru putus, sekarang kapten cheers sekolah lain juga ikut kecantol. Lo memang sengaja ngincar kapten cheers aja atau gimana nih, Ka?” ujar Jagad.

Sakha tidak menjawab Jagad, dia melihat Nevan. “Lo kasih?”

“Enggak lah. Nggak ada persetujuan lo mana berani kasih gue.”

Sakha mengangguk.

“Lo sama Icha nggak ada niatan buat balikan, Ka?” gantian Barry yang bertanya. 

“Enggak,” jawab Sakha cukup santai.

 “Dulu aja sering putus nyambung, masa sekarang nggak mau balikan lagi?” seru Jagad.

“Dulu itu yang sering minta putus Icha, bukan Sakha,” balas Barry.

Agra sedang tidak peduli dengan keributan yang terjadi di sekitarnya. Dia hanya fokus pada lembar prediksi soal di tangannya, melihat berapa soal di lembar pertama, lalu membuka lembar paling tengah.

Melihat cara penyelesaian soal yang diberikan Zeta. Kini Agra mengerti cewek itu memang tidak ingin bertemu dengannya lagi. Karena sekarang tanpa diminta Zeta akan memberikan prediksi soal yang dia butuhkan, menulis penjelasan yang sangat detail agar dia bisa memahami dengan mudah. Semua itu dilakukan Zeta dengan sengaja agar dia tidak menghubungi gadis itu lagi. 

Agra menjadi lebih diam saat melihat pesan terakhirnya untuk Zeta. Entah sudah berapa kali dia bolak balik WhatsApp hanya untuk melihat perkembangan pesannya itu. Jika biasanya Agra membisukan notif pesan dari Zeta, sekarang malah sebaliknya, cowok itu menyematkan pesan Zeta. Bahkan chat Kia saja tidak pernah cowok itu sematkan. Akibat terlalu penasaran, jadi Agra sampai melakukan itu. Tapi sepertinya sekarang dia mulai yakin. 

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang