27. Belum saatnya

120K 21.2K 7.1K
                                    

Lama tidak berjumpa semuanya 🖐😊

Apa kabar kalian?

Pasti bertanya-tanya selama ini aku ke mana, kenapa nggak update dan nggak kasih kabar kan? 🤣

Sebenernya nggak sepenuhnya nggak kasih kabar ya. Aku kasih kabar kok di ig. Kalo update kembali setelah lebaran. Aku sedikit telat kembali karena setelah lebaran aku jatuh sakit. Bener2 nggak bisa ngetik krn suka pusing.

Maaf karena jadi buat kalian lebih lama menunggu ya.

Sepertinya kalian selalu mantau aku di ig ya wkwkwkkk... Krn setiap aku online, pasti banyak yg teror, nanya kapan update 😁

Sekali lagi maaf krn membuat kalian menunggu selama sebulan lebih ya.

Kalo kalian lupa alurnya, aku maklumi kok. Ayo baca lagi part2 sebelumnya. Karena aku pun suka baca lagi kok 😁

Oh ya, jangan malas vote sama comment ya 😊

Mulai sekarang kita akan kembali bertemu Agra, Zeta dan Sakha.

Happy reading 💙

***

Malam ini Agra harus ikut ke pesta ulang tahun anak dari rekan kerja ayahnya. Karena sibuk mencari tahu siapa orang yang dengan sengaja menukar kertas kuisnya. Cowok itu sampai lupa. Alhasil pukul enam sore dia baru kembali ke rumah. Untungnya keluarganya baru akan pergi pukul tujuh malam.

Agra mempercepat langkahnya saat masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya berhenti saat menemukan ayahnya di ruang tamu.

"Pa." Agra menyapa. Dia hendak membuka suara lagi, memberi tahu alasannya pulang terlambat. Namun Sultan yang berjalan ke arahnya, membuat mulut cowok itu otomatis terkunci.

Agra selalu merasa cemas saat ayahnya berjalan mendekat. Kakinya secara spontan melangkah mundur.

Siapa pun yang melihat pasti akan dapat menilai sendiri. Bagaimana cara Sultan kini menatap anaknya. Tatapan itu terlihat begitu tajam, tidak ada keramahan dan hanya ada kemarahan.

PLAKK!!!

Tubuh Agra menjadi kaku saat tamparan keras mengenai pipinya. Dia sudah sering merasakan tamparan dari ayahnya. Karena terlalu sering, dia pikir tidak akan terlalu sakit lagi. Ternyata kulitnya masih belum mati rasa, karena dia masih merasakan perih yang sama.

"Mau sampe kapan kamu mempermalukan Papa, Agra?!" lontar Sultan setelah menampar anaknya dengan keras.

Jika sudah ditanya seperti itu. Agra mana mungkin menjawab ayahnya. Lagipula dia dapat menebak kenapa ayahnya kini marah. Bukan karena telat pulang. Melainkan karena Bu Uni yang mengadu.

"Apa gunanya belajar sama Zeta? Kuis harian saja tidak mampu!" Sultan berkata lagi.

Agra memberanikan diri melihat wajah ayahnya. Dia selalu memperhatikan, di wajah ayahnya pasti ada kekecewaan setiap kali sedang marah. Seolah wajah itu mengatakan, ayahnya sangat tidak beruntung memiliki anak sepertinya.

"Kertas jawaban Agra ditukar. Hasil yang Papa tau dari Bu Uni, bukan hasil kuis Agra yang sebenarnya."

Remaja tujuh belas tahun itu mencoba menjawab. Mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Karena tidak salah, tentu saja Agra tidak ingin disalahkan. Dia tidak ingin mendapatkan kemarahan dari ayahnya.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang