29. Kejujuran

135K 21.9K 8.9K
                                    


Happy reading 💙

Vote dan comment yang banyak buat update secepatnya!

Note : bagian ini panjang.

***

Tok...Tok...Tok!!!

“Agra, Mama boleh masuk?”

“Masuk aja.”

Fanya membuka pintu, tersenyum saat melihat anak tunggalnya sedang asyik bermain game di depan komputer. Wanita cantik itu masuk ke dalam kamar, menggelengkan kepala saat melihat tas dan berapa buku sekolah anaknya berserakan di atas tempat tidur.

“Agra rajin belajar sekarang. Mama seneng liatnya,” seru Fanya seraya mengambil tas dan buku yang berserakan di tempat tidur. Lantas memindahkannya ke meja belajar. Di samping tempat komputer yang sedang membuat anaknya sangat fokus.

Fanya memperhatikan anaknya yang sedang sangat asyik bermain gamesampai mengabaikan perkataannya. Dia tersenyum sambil mengusap kepala anaknya dengan sayang.

“Malam nanti belajar ke rumah Zeta kan?” tanya Fanya.

Agra tidak menjawab ibunya, meski dia mendengar dengan jelas.

“Mama ada buat puding, nanti kalo ke sana, dibawa sekalian ya,” seru Fanya lagi.

Agra menganggukkan kepalanya.

“Jangan nakal-nakal. Jangan buat masalah yang bisa membuat Papa marah.” Fanya mengingatkan anaknya.

“Mm,” gumam Agra membalas ibunya.

Fanya tersenyum. Mengusap kepala anaknya lagi.

“Ya udah, Mama nggak mau ganggu.”

Agra berhenti bermain saat ibunya pergi. Mengambil ponselnya tidak jauh dari komputer, dan mengecek jam. Sekarang pukul enam sore, itu berarti satu jam lagi dia harus ke rumah Zeta.

***


“Loh Agra, kok kamu udah balik aja?” tegur Fanya. Wanita itu hendak ke dapur, menyiapkan makan malam untuk suaminya. Menjadi heran karena berpapasan dengan anaknya yang ingin kembali ke kamar. Padahal baru sepuluh menit yang lalu Agra pergi ke rumah Zeta.

“Tante El bilang makasih buat pudingnya,” seru Agra langsung melewati ibunya begitu saja.

Fanya bertambah bingung. Mengikuti langkah anaknya hingga di depan anak tangga menuju lantai dua. Agra mengetahui hal itu, tapi tidak sedikit pun dia berhenti, tetap berjalan menaiki tangga. 

“Kamu nggak belajar? Sakha udah ada di rumah Zeta kan?” tanya Fanya.

“Mulai sekarang Agra belajar sendiri.”

“Ngomong apa barusan? Coba ulangi lagi!” Suara lantang Sultan membuat kaki Agra berhenti. Dia berbalik, melihat ayahnya yang sudah berdiri di samping ibunya.

Fanya yang terkejut dengan kehadiran suaminya. Cepat memberi isyarat kepada anaknya agar segera pergi ke rumah Zeta. Tahu betul, suaminya akan sangat marah, jika Agra tetap membantah. 

“Agra nggak perlu belajar dari siapa pun," jawab Agra. 

Bukan hanya Fanya yang terkejut, Sultan menjadi murka. 

"Ngomong apa kamu! Sudah merasa sangat pintar!" ucap Sultan galak.

“Agra bisa belajar sendiri,” ucap Agra sekali lagi. Lalu melanjutkan langkahnya, berjalan cepat hingga sampai ke kamarnya.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang