"Mami, Queen mau jalan-jalan sama Cecil dan Tivani, ya."
"Kamu mau ngapain? Jangan boros terus Queen! Kamu tau 'kan ekonomi kita saat ini lagi sulit?" sahut mami dari dapur.
Queen langsung saja berjalan menuju dapur, sampai di sana dia melihat maminya yang sedang memotong beberapa sayuran.
"Sekali aja aku hangout sama mereka, gak boleh? Semenjak pindah ke sini aku tuh udah jarang main sama mereka."
"Kan masih bisa ketemu di sekolah."
"Itu beda, mamiii," ucap Queen.
Mami Queen menghentikan aksi memotong sayurannya. "Beda apanya? Kan di sekolah masih bisa ketemu, bisa tuh jalan-jalan ke kantin. Kamu kurang-kurangin deh main sama mereka. Mereka aja gak tau kondisi kamu sekarang, gimana kalo mereka tau? Pasti mereka ninggalin kamu, selama ini tuh kamu cuma dimanfaatin sama mereka."
Queen menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Mami kok bisa ngomong gitu sih? Ini Cecil sama Tivani loh, mami kenal mereka. Gak mungkin mereka bakal ninggalin aku."
"Terus kenapa kamu gak berani buat bilang ke mereka tentang kondisi kamu sekarang?"
Queen terdiam sebentar. "Nanti pasti aku kasih tau mereka kok, tapi gak sekarang. Aku yakin mereka bakal tetep support aku. Udah ah ngomong sama mami gak akan ada habisnya. Aku pamit. Assalamualaikum."
Setelah mengatakan itu Queen langsung pergi dari rumah, tidak mau berdebat dengan maminya lagi.
Drrtt.
Ponsel Queen bergetar. Dia segera mengambilnya.
"Hallo, Queen."
"Hai, kenapa Sil. Jadi, 'kan hari ini?"
"Iya jadi kok, sekarang kita udah di depan rumah lo nih."
Mata Queen langsung membulat mendengar ucapan Cecil di seberang sana.
"HAH?! Kalian ngapain?"
"Lah, sakit nih anak. Ya, jemput lo lah, ngapain lagi coba. Buruan keluar, rumah lo sepi banget mana gerbangnya digembok lagi, jadi 'kan gak bisa masuk."
"Eh-eh bentar. Jangan masuk, tunggu aja di luar. Gue masih siap-siap. Perut gue sakit banget nih, gue masih di toilet. Tunggu aja pokoknya, oke bye."
Queen langsung mematikan sambungan ponselnya.
"Gila, ngapain sih tuh dua orang pake acara datang ke rumah gue."
Untung saat ini, Queen sudah ada di jalan raya. Dia langsung saja memanggil ojek yang lewat.
"Bang, ke perumahan Mutiara ya! Ngebut bang."
"Siap, neng."
Di perjalanan mereka terjebak macet. Queen memakai masker jadi tidak takut jika orang lain akan mengenalinya.
"Bang bisa cepetan dikit gak sih?!" ucap Queen tak sabaran.
"Sabar atuh neng, lagi macet nih."
"Ikut gang kecil itu bisa gak bang?" Queen menunjuk gang kecil yang ada di samping motor mereka berhenti saat ini.
"Kita coba aja kali ye."
Mereka memasuki gang kecil itu.
Pip pip pip. Abang ojek itu terus saja menekan klakson motor.
"Heh, kalo bawa motor tuh pelan-pelan, woy!" tegur salah satu warga yang berada di gang itu.
"MAAP PAK, LAGI BURU-BURU KITA!" Benar-benar tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen & King
Teen FictionVector cover by pinterest Queenie Elissa Leander. Gadis yang sudah terbiasa hidup dengan kemewahan, hidup yang selalu diperlakukan seperti ratu. Tidak terpikirkan jika dia akan kehilangan semua itu, harta, tahta, cinta hilang dalam sekejap tapi dia...