~Bab 5 Rahasia kecil Wildan~

33 4 0
                                    

~~Semua orang memiliki masa lalu dan kadang masa lalu itu menjadi sebuah misteri~~

Lime beralih pada wajah Dennis yang tertunduk tak berdaya karena luka lebam.

Cewek itu berjongkok dan mengangkat dagu Dennis agar bisa melihatnya dengan saksama.

"Berani-beraninya lu mainin perasaan temen gue," ucap Lime.

Felycia, Marsha and the geng hanya menatapnya sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"Awas aja kalo lo sampe nyakitin dia lagi. Gue bakal bikin idup lo sengsara," ancam Lime memalingkan muka Dennis dengan kasar.

Lime berdiri. "Cabut yuk!" ajaknya
menaiki motor matiknya. Yang lain melakukan hal yang sama.

Sepeninggal cewek-cewek itu, Dennis mencebik. "Sialan!" umpatnya.

🖤🖤🖤

"Bilang ke Nadya ama Kayla kalo gue udah balik duluan. Si Abang tadi nelpon gue, katanya suruh balik," tutur Lime.

"Oke, deh. Ya udah balik sono!" balas Felycia yang setengah mengusir.

"Bye!" Lime menarik pedal gas melaju dengan motor matik kesayangannya.

Setelah Lime pulang, Felycia masuk ke dalam rumahnya dan memberitahu kedua sahabatnya bahwa si Lime udah pulang duluan.

🖤🖤🖤

Setibanya dirumah sederhananya, Lime mendapati kakaknya sedang duduk diteras menunggunya.

"Ada apa, Bang?" Lime to the point, tanpa mengucap salam.

"Waalaikum salam, Lime." Wildan menjawab walau sang adik tak mengucap salam. Ia bangkit dari kursi.

"Abang ada apaan sih? Kenapa nyuruh Lime pulang?" tanya Lime penasaran.

"Kamu gak sabaran banget sih, jadi orang!" Wildan mengacak pucuk kepala Lime hingga membuat cewek itu berdecak kesal.

"Masuk dulu yuk," ajak Wildan, Lime hanya menuruti.

Wildan duduk di sofa diikuti Lime. Cewek itu menunggu-nunggu apa yang ingin dikatakan sang kakak.

"Jadi gini, Me." Wildan memulai pembicaraan. Lime mendengarkannya acuh tak acuh sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Mulai besok kamu nggak usah sekolah lagi di SMA--"

Lime mengerutkan keningnya dan memotong ucapan Wildan. "Kenapa, Bang?" Lime tidak begitu kaget.

"Karena satu minggu lagi kamu kan udah masuk pesantren. Ya walaupun Abang masih nyari pesantren yang cocok buat kamu," ungkap Wildan.

"Kan masih satu minggu lagi, Bang," protes Lime.

"Ya kan kamu-nya harus siap-siap," balas Wildan.

"Terserah Abang deh," pasrah Lime kemudian masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan apapun lagi.

"Dasar tuh anak." Wildan menggelengkan kepalanya.

🖤🖤🖤

Hape Wildan yang tergeletak di atas nakas berbunyi nyaring. Tertera pada layarnya sebuah nomor yang tidak diketahui. Awalnya ia tidak mau mengangkatnya karena menyangka hanya ulah orang iseng. Namun karena berkali-kali berbunyi, akhirnya dengan terpaksa dia menjawab panggilan itu.

"Assalamualaikum, siapa nih?" ucap Wildan langsung.

"Waalaikum salam, Abang Wildan!" Terdengar suara yang hampir memekakkan telinga Wildan. Suara itu logatnya orang Medan.

Wildan mengerutkan kening. Ia bertanya-tanya siapakah gerangan yang meneleponnya.

"Maaf siapa ini?" tanya Wildan.

"Abang Wildan tak kenal aku?" Si penelepon balik bertanya.

"Aku Megan, sepupu Abang!" ungkapnya kemudian.

"Megan?!" Wildan teringat, ia memiliki sepupu orang Medan rupanya.

"Kamu dapet darimana nomor Abang?" tanya Wildan penasaran.

"Dari Ayah Abang lah..," jawab sepupu Wildan dari seberang telepon.

"Ada apa, Meg?"

"Bang Wildan tolong aku, ya," pintanya.

"Tolong apa?"

"Tolong jemput Megan sama Kang Dedi besok pukul sepuluh pagi. Megan mau ke rumah Bang Wildan. Mau tinggal, hehe..." ungkapnya.

"Kenapa emang?" Wildan penasaran.

"Mmm..., Megan mau sekolah SMA di Jakarta. Mau tinggal sama Bang Wildan dan si Jeruk Nipis. Ntar di temenin sama Kang Dedi juga," jelasnya panjang lebar.

"Ooh.., ya udah besok Bang Wildan jemput," jawab Wildan akhirnya.

Ia memutus sambungan telepon setelah mengucapkan beberapa kalimat dan bertanya keadaan keluarga di Medan.

Setelah itu, Wildan meletakkan kembali hapenya di atas nakas kemudian membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya.

Menatap langit-langit kamarnya, Wildan kemudian teringat sosok seorang wanita. Sosok itu berkelebat di dalam otaknya. Wanita yang selama ini menghilang dari kehidupannya.

Dengan sekuat tenaga, Wildan berusaha menghapus ingatannya tersebut. Ia berusaha memejamkan matanya namun tetap tidak bisa. Sosok wanita itu terus hinggap dipikirannya.

Hingga akhirnya ia memilih untuk menunaikan ibadah sholat malam agar hatinya kembali tenang.

~~~

Selepas sholat, Wildan menengadahkan kedua telapak tangannya untuk berdoa pada Sang Pemilik Ketenangan.

Ya Allah..., Tolong hamba-Mu ini untuk melupakan dia yang selalu mengganggu pikiran hamba akhir-akhir ini...

Mengapa hamba selalu memikirkan dia,Ya Allah?

Jika dia memang bukan jodoh hamba, buat hamba melupakan dia seutuhnya...

Aamiin Allahumma Aamiin...

Wildan mengusap kedua tangannya pada wajah tampannya. Kini hatinya mulai terasa tenang dan rasa kantuk mulai menyerangnya.

Wildan kembali berbaring di ranjangnya dan terlelap dalam buaian mimpi.

🖤🖤🖤

Maap ya... Part ini kependekan kayak prolog.

Oh ya, sampe sini gimana nih ceritanya? Ngeyel yak? Hehe... Maklumin aja Authornya baru terus suka halu..😅😁🤗

🍋🍋🍋

Cantik-Cantik Berandal (Trailer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang