Bab 9 Rio dan Reva

36 5 2
                                    

~~Jangan bangunkan singa yang tidur kalau kau tidak ingin menjadi mangsa berikutnya~~

Dennis mendekat ke arah Lime hingga jarak mereka hanya satu jengkal. "Lo cantik juga, ya. Seharusnya dulu gue pacaran sama lo. Bukan sama temen lo yang tomboy itu." Dia menatap Lime penuh obsesi.

"Lo jangan berani-berani ngatain temen gue ya!" bentak Lime.

"Jangan galak-galak, Sayang. Kamu makin cantik tau." Dennis berkata lagi hingga membuat Lime ingin muntah.

Aduh! Lime mengaduh tertahan karena kepalanya tiba-tiba terasa pusing. Sekejap kemudian, dia menatap Dennis dengan tatapan nyalang.

Lime mencengkeram leher Dennis hingga cowok itu berseru kesakitan. "Kenapa, Dennis Sayang..? Lo sakit, ya?" Kini Lime meledek Dennis sambil menyeringai puas.

Teman-teman geng Dennis beranjak ingin membantunya, namun cowok itu menahannya dengan gesture tangannya. Mereka pun mematuhi perintah ketua gengnya.

"Lo semua minggir dari jalan gue, atau Dennis gak akan selamat," ancam Lime. Dia melempar tatapan pada  anggota geng motor Dennis satu persatu.

Mendengar ancaman itu, Dennis malah tertawa diikuti gengnya. "Gue gak takut sama ancaman lo!" desis Dennis sembari tersenyum miring.

Lime semakin menyeringai. Dia mengambil sesuatu dalam saku celana jins-nya. Sesuatu yang membuat semua orang yang melihatnya seketika membelalak. Pisau cutter.

"Kenapa? Lo takut?" Lime mendekatkan benda itu ke leher Dennis. Perlahan menyentuh kulit cowok itu.

"Jangan mendekat!" seru Lime ketika geng Dennis akan menghampirinya. "Kalo kalian berani mendekat, gue pastiin, Dennis gak akan bernyawa lagi." Lime kembali meloloskan ancaman. Teman geng Dennis hanya bergeming mendengar itu.

"Lo gila, ya, Me?!" Dennis mulai panik.

"Biarin gue pergi. Dan lo akan selamat." Lime berucap pelan.

"Oke, oke. Kita bakalan biarin lo pergi." Dennis menyerah. Dia memerintahkan teman-temannya untuk membiarkan Lime pergi.

Lime kembali memasukkan benda tajam itu ke dalam saku celananya. Dia menyeringai seraya melesat pergi dari tempat.

"Ck! Sialan!!" decak Dennis sepeninggal Lime.

🖤🖤🖤

Tak terasa jam pulang sekolah sudah tiba. Murid-murid berhamburan keluar dari gedung sekolah begitu juga dengan empat cewek itu. Mereka bergegas menuju parkiran didepan sekolah.

"Lo dijemput sama si Lemon?" Nadya bertanya pada Megan.

"Aku nebeng kau saja. Boleh ya?" pinta Megan dengan cengiran khasnya.

"Terserah deh." Nadya menaiki motornya begitu pun Felycia dan Mikayla. Megan ikut duduk di jok belakang Nadya.

Mereka melesat dari parkiran menuju rumah Lime untuk mengantar Megan.

🖤🖤🖤

"Aduh." Lime berseru tertahan karena karena diperjalanan, kepalanya kembali terasa pusing. Namun ia tetap meneruskan perjalanan hingga ia tiba di hadapan sebuah gedung mewah. Terpampang di plang, sebuah nama Music Sparkle.

Usai memarkir motornya, Lime segera melenggang masuk. Gemerlap lampu warna-warni khas diskotik kerlap-kerlip menyambutnya. Gelegar musik dj menyapanya. Orang-orang didalamnya asik berjoget-joget sambil sesekali meminum miras.

Lime yang sudah terbiasa melihat hal ini tak menghiraukan apapun. Ia melangkah menghampiri tempat biasa Reva memainkan musik dj. Namun alisnya tertaut saat matanya tak menangkap sosok yang ia inginkan. Malah Dj lain yang berada disana. Lime pun berbalik melenggang pergi karena tak menemukan Reva.

"Lime!" Sebuah suara berhasil menghentikan langkah kaki Lime. Ia membalikkan badan dan mendapati seorang cowok yang tak asing.

Rio? batin Lime dengan alis tertaut. Tangannya bersedekap sambil memandang cowok yang berjalan ke arahnya.

"Kok lo bisa disini?" Lime langsung melempar pertanyaan karena penasaran bagaimana mungkin ketua OSIS seperti Rio bisa berada ditempat semacam ini. Sungguh tidak Atut dicontoh. "Lo nge-dugem, ya?"

"Eh, nggak. Gue kesini nyari Kakak gue. Tapi dia nggak ada." Rio langsung menjelaskan.

"Oh." Lime menatap Rio dengan wajah datarnya.

"Terus lo ngapain disini?" Rio balik bertanya.

"Bukan urusan lo," jawab Lime cuek.

"Lo masih marah sama gue, ya?"

"Ngapain gue marah ama lo? Lo itu bukan orang penting dalem hidup gue." Lime membuang muka.

"Sekali lagi maafin gue, ya. Gue bener-bener nyesel udah nge-bully lo," sesal Rio.

Lime mendengus. "Udah deh, nggak usah minta maaf mulu. Males gue dengernya."

Belum selesai mereka basa-basi, seorang cewek tiba-tiba menghampiri. "Rio? Ngapain lo disini?"

Lime dan Rio refleks menoleh. "Kak Reva?" Keduanya sama-sama mengucapkan kata 'Kak'.

"Lo kenal Kak Reva?" Lime mengerutkan dahi.

"Ya iyalah. Dia kan Kakak gue," jawab Rio yang tentu saja membuat otak Lime berseru tertahan.

Hah?!

"Kamu ngapain disini, Yo?" Reva langsung melontarkan pertanyaan.

"Aku nyari Kakak. Karena Mami udah balik dari luar negeri tadi pagi." Rio menjelaskan.

"Katanya mau balik besok?" Reva tak mengerti.

"Mami baliknya dadakan," ungkap Rio. Lime hanya memperhatikan kakak-beradik itu dalam diam. Mungkin bisa dibilang, jadi obat nyamuk. Haha...

"Oh ya. Btw, kalian udah saling kenal?" Reva beralih pada Lime.

"Gitu deh, Kak." Lime menjawab pendek.

Jadi Rio ini adeknya Kak Reva? Kok gue baru tau? Padahal kan gue udah lama kenal Kak Reva, pikir Lime.

Benar. Rio Ferdinand adalah adik dari Reva. Mereka tinggal terpisah selama beberapa tahun namun sudah kembali tinggal bersama karena orang tua mereka akan kembali dari luar negeri. Reva tetap dirumah orang tuanya dan Rio tinggal dirumah Neneknya.

"Ya udah kalo gitu kita langsung cabut aja yuk," ajak Reva. Rio mengangguk. "Lime ikut kita aja sekalian."

Hah?

"Nggak ah, Kak," tolak Lime. Dia malas kalau harus berhubungan dengan Rio. Meskipun dia sudah tau bahwa cowok itu adalah adik kakak kesayangannya, Reva, namun hatinya tetap tak mau memberikan toleransi pada orang yang telah mem-bully-nya.

"Udah ayok. Jangan pake nolak." Reva memaksa.

Baiklah. Karena Lime tidak ingin membuat kakak kesayangannya itu kecewa, maka dia harus ikut dengan mereka.

🖤🖤🖤

Tak membutuhkan waktu lama, ketiga orang itu segera tiba di garasi rumah Reva dengan menaiki motor masing-masing. Mereka melenggang masuk ke ruang tengah. Dan disana, tengah duduk seorang wanita paruh baya dengan penampilan ala wanita karir sedang membaca majalah.

Wanita reflek menoleh saat tiga orang melangkah masuk. "Reva? Darimana aja kamu, Nak?" Ia bangkit sembari menghampiri putri semata wayangnya itu, memeluknya.

Reva balas memeluk. "Mami apa kabar?" Mereka melepas pelukan.

"Mami baik. Kamu?"

"Reva juga baik."

Setelah melakukan upacara Temu Rindu, mata Mami Reva beralih pada cewek yang berdiri di samping Rio, putranya. Mata wanita paruh baya itu tiba-tiba berair seperti menemukan sosok yang lama hilang. "Vera..." lirih Mami Reva. "Kalian balikan, ya? Mami seneng akhirnya kalian pacaran lagi. Mami kangen banget sama Vera," ungkap Mami.

"Mm.., iya, Mi." Rio menjawab.

What! Maksud cowok ini apa? Kenapa dia mengatakan hal itu? Gila!

Lime menatap Rio dengan tatapan tidak suka. Ia segera menyeret Rio ke taman samping rumah setelah izin pada Mami dan Reva.

🍋🍋🍋

Cantik-Cantik Berandal (Trailer)Where stories live. Discover now