Makam

9.7K 1.3K 12
                                    

Dipertemukan kembali dengan sahabat karib dalam keadaan yang tidak memungkinkan.

Kalian akan bagaimana?

~

"Mah, Vira kapan ya suaranya bagus kek Bae Rona?" Vira dan mamanya sedang menonton drama Korea di televisi. Mereka nampak serius, sampai-sampai Vero melangkah mendekat pun mereka tak mendengarnya.

"Tapi Seok Hoon ganteng Vir, mama mau punya anak kek Seok Hoon!"

"Gantengan juga Vero!" Mamanya dan Vira nampak kaget. Mamanya melihat anak lelakinya itu sangat rapi. "Mau kemana?"

"Biasa! Jalan-jalan sore, mah!"

"Gue ikut ya!"

"Nggak usah! Tuh, mending lanjutin acara nonton drakor-nya, kalo bisa ntar gue balik suara lo dah sebagus itu!" Vero menunjuk televisi yang sedang dihiasi dengan adegan pemeran utama menyanyi dengan sangat bagus.

"Ya udah mah, Vero berangkat dulu ya, assalamualaikum!" Vero mencium tangan dan pipi mamahnya. Kemudian beranjak mengacak-acak rambut Vira. Vira berdecak kesal dan membenarkan rambutnya lagi.

Vero berjalan menuju garasi rumahnya dan mendorong motornya hingga keluar pagar rumahnya. Ia kemudian menyalakan motornya dan melaju menembus jalanan sore itu.

Vero menepikan motornya. Setelah memarkirkan motornya, ia membeli bunga dan air mawar di tempat terdekat. Ya, dia sekarang sedang di pemakaman tempat tubuhnya dan jiwa Vero disemayamkan.

Ia berjalan menyusuri pemakaman itu. Tak banyak orang menyekar, karena ini hanya hari biasa. Nampak beberapa orang sedang berdoa di depan nisan keluarganya.

Dari kejauhan, nampak seseorang tengah duduk di dekat makamnya. Matanya yang sembab, menunjukkan dirinya tengah bersedih. Vero berjalan lebih mendekat.

Bryan, ya dia yang sedang duduk di samping makam Vero sambil menangis. Mukanya terlihat lesu dan kusam. Kantung matanya yang tebal dan hitam itu sirat atas kesedihannya yang mendalam.

Dada Vero sesak melihat sahabat satu-satunya terlihat begitu kacau. Ia bersembunyi di balik pohon besar dekat makamnya itu. Ia belum siap bertemu dengan sahabat satu-satunya itu.

"Vero! Lo kenapa sih tinggalin gue? Katanya lo janji bakal bareng gue sampe kapan pun? Katanya nanti kalo kita nikah bakal barengan? Mana? Lo ingkar janji Ver!"

Vero jatuh terduduk. Kata-kata Bryan menusuk ulu hatinya. Ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia tak tau, sehancur itu Bryan saat ditinggalkannya.

"Katanya lo bakal ngelindungin gue? Mana? Katanya lo bakal pastiin gue nggak dibully lagi? Mana, Ver, mana? Vero, gue nggak kuat!"

Vero menghapus jejak air matanya saat mendengar kata terakhir dari Bryan. Apa yang mau ia lakukan? Vero khawatir sekali. Apa lagi, anak itu punya self harm. Penyakitnya akan kambuh jika ia sedang depresi seperti ini.

Bryan mengambil cutter yang ia bawa di dalam tasnya. Didekatkannya cutter itu ke pergelangan tangannya. Vero yang melihatnya langsung berlari menahan tangan Bryan yang siap menusukkan cutter tersebut.

Bryan menatap bingung orang di depannya ini. Matanya! Tatapan mata itu. Itu milik Vero. "Lo mau apa anjir?" Bryan tersentak. Kata itu! Mirip sekali saat pertama kali Vero berteman dengannya.

Flashback On

Seorang cowok cupu sedang bersimpuh di hadapan beberapa anak lelaki. Ia sedang menjadi tontonan seluruh warga sekolah itu. "Heh anak cupu! Lo nggak tau diri banget! Emangnya lo siapa hah? Berani-beraninya ngelanggar perintah gue!"

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now