Vero Tahu Semuanya

2.7K 380 15
                                    

Masih ada yang bangun kah? Maaf part kali ini pendek hehe

~

Vero baru saja selesai mandi. Hari ini dia terpaksa mandi di bawah karena air kamar mandinya tidak mau mengalir. Saat keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya, ia melihat mamanya yang baru saja pulang bersama Shelin.

"Tumben kamu mandi di bawah?" tanya Iva. Vero yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya menjawab, "Airnya nggak ngalir di kamar. Besok panggilin orang dong buat benerin."

"Iya. Ya udah yuk langsung makan, mumpung kamu masih di bawah. Mama bawa makanan enak." Vero menyengir ke Iva. Selang sedetik dia kabur dari hadapan Iva. Vero mengantuk ingin tidur saja.

"VERO MAKAN!"

Saat Vero melewati kamar Vira, lehernya dirangkul Bryan agar turun makan malam. "Makan! Ntar gua juga yang kena." Vero berusaha lepas dari rangkulan tangan Bryan. Tapi sialnya, Bryan malah menguncinya dengan kedua tangannya.

"Nggak bisa napas gua, nying!" umpat Vero saat rangkulan Bryan dilepas. Vero berbalik, ingin balik ke kamarnya lagi. "Dibilangin makan dulu baru tidur!"

Vero berteriak saat merasakan tangan Iva menarik daun telinganya. "Makan mama bilang! Tidur kan bisa entar-entar!"

"Berarti makan bisa entar-entar juga dong, Mah." Iva menarik lebih kencang daun telinga Vero. Vero hanya bisa berteriak kencang saat mamanya menarik telinganya sambil berjalan menuju kursi tempat makannya.

"Duduk! Makan!" perintah Iva. Vero hanya bisa patuh dan mengelus telinganya yang hampir saja putus. Deon hanya bisa menggeleng saat melihat tingkah anak lelakinya itu.

***

Vero sedang memandangi foto Deana yang ia pasang di bingkai foto. Dia memandangi foto itu sambil tersenyum manis. "Kak, ini ada camilan dari tante."

Shelin masuk sambil membawakan beberapa biskuit kesukaan Vero. "Iya. Taruh meja aja." Vero memandangi Shelin yang berjalan ke arah meja kamarnya.

"Kak Vero ngapain ngeliatin aku kek gitu?" tanya Shelin. Vero menggeleng pelan. Bibirnya mengukir senyuman kecil. Shelin tidak tahu arti senyuman itu, tapi senyuman itu berbeda dengan senyuman Vero biasanya.

"Ya udah Kak, udah malem aku sekalian mau pulang ya?"

Vero berdiri dan menghadap Shelin. "Hati-hati." Shelin mengangguk pelan. Tangan Vero mengacak gemas puncak kepala Shelin dan menangkup kedua pipi Shelin di telapak tangannya yang besar. "Kok kamu jadi gemesin gini sih?"

Vero meremas gemas kedua pipi Shelin. Shelin sampai harus mendongak karena Vero semakin keras memainkan pipinya. "Kak udah Shelin mau pulang."

Vero mengangguk dan melepaskan pipi Shelin. Tangannya merapikan rambut Shelin yang acak-acakan. Shelin melambaikan tangannya dan menutup pintu Vero sambil keluar.

Vero berjalan ke arah kasurnya. Ia duduk dan memandangi kembali foto Deana yang tergeletak di atas kasurnya. "De, aku tau semua."

***

"Mau kemana sih Kak?"

"Udah ikut aja! Naik." Shelin pasrah dan hanya mengikuti semua perintah Vero. Vero pagi-pagi buta tiba-tiba menghampiri rumahnya dan mengajaknya pergi. Padahal Shelin masih ngantuk dan ingin bermalas-malasan di rumah.

Motor Vero membelah jalanan yang masih sedikit sepi karena masih sangat pagi. Shelin menyilangkan tangannya, berharap hawa dingin dari tubuhnya hilang. Padahal ia sudah memakai jaket tebal, tetap saja dinginnya terasa. Sesekali ia menguap di perjalanan karena masih mengantuk.

Seketika kantuk Shelin hilang begitu saja saat sampai pada tempat yang dituju Vero. Shelin turun dan melepas helm yang ia pakai. Berjalan menatap sunrise yang begitu indah terpampang di hadapannya. Ia tak menyangka Vero akan membawanya ke pantai dan mengajaknya menikmati sunrise di sini.

"Gimana?"

"Bagus banget, Kak!" teriak Shelin kegirangan. Vero tersenyum lalu mengacak rambut Shelin merasa gemas dengan tingkah laku gadis itu. Shelin diam saja menggemaskan. Vero jadi diabetes gara-gara gadis di sampingnya terlalu manis.

Vero tersenyum memandangi gadis lucu di sampingnya. Tak sedetik pun dia memalingkan pandangannya dari Shelin. "Just info, aku dulu sering ke sini lho sama Deana."

"Oh tempat favorit kak Vero sama kak Deana dulu?" tanya Shelin. Vero mengangguk dengan senyuman tulus di wajahnya. Shelin masih mengagumi tempat yang menurutnya sangat indah itu.

Vero melihat Shelin menggosok kedua telapak tangannya berulang kali. Sepertinya gadis itu kedinginan. Ya memang, pagi ini sangat dingin. Suhu pagi ini sekitar 16° celsius.

"Siniin tangan kamu." Shelin menatap bingung Vero yang menjulurkan kedua tangannya. Vero dengan paksa menarik tangan Shelin dan memasukkan kedua telapak tangan mereka ke saku jaket Vero.

Ih! Kak Vero kok makin ke sini bikin jantungku nggak aman aja!

Shelin tersenyum malu. Kedua pipinya memanas karena perlakuan sederhana dari lelaki di hadapannya ini.

Vero menundukkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke wajah Shelin. Ia mengamati wajah cantik yang sedang melongo ini. Vero jadi ingin menggigit pipi Shelin.

"Shelin!"

"Hmm?"

"Nikah yuk!"

"H- hah?"

"Ayo nikah Shelin sayang." Vero tersenyum manis di depan wajah Shelin. Wajahnya masih sedekat tadi. Vero terkekeh saat merasa jika Shelin menahan napasnya.

"Napas Shelin, aku bukan ngajak kamu mati." Shelin menghembuskan napasnya yang sedari tadi ia tahan. Ia terlalu terkejut dengan ajakan Vero tadi.

"Kalo kamu belum siap sih nggak papa. Aku tunggu sampai kamu siap buat aku nikahin." Vero mengecup pipi Shelin yang masih nampak merona itu.

Vero memeluk Shelin dan menaruh kepalanya di ceruk leher Shelin. "Uh! Dingin! Peluk aja Shel, dingin banget!"

Tangan Shelin masih berada di saku jaket Vero, sedangkan telapak tangan Vero menelusup masuk ke saku jaket Shelin. Vero dalam diam tersenyum. Ternyata apa yang selama ini ia duga benar.

***

Jangan lupa klik ikon star di bawah oke👁👁

See u❤

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now