XLVI

16.2K 1.8K 212
                                    

              Apa benar semua hal di dunia ini punya nama? Dulu, entah bagaimana Mikael bisa menamakan semua perasaannya ketika Keneisha masih mengisi hari-harinya. Sejak perempuan itu mampu membuat dirinya tertawa lebih dari yang ia pikir ia bisa, Mikael tahu ia menyukai Keneisha. Kemudian, sejak ia khawatir Keneisha sering terlambat makan siang hanya karena menunggu Kean selesai membaca buku di perpustakaan, Mikael sadar ia menyayangi perempuan yang nyaris tidak pernah menganggapnya ada. 

             Mikael pikir hanya itu. Mikael pikir, perasaan bernama 'sayang' itu sudah cukup. Akan tetapi, ia menyadari bahwa itu adalah kesalahan besar saat Keneisha memilih pergi bersama Kean. Kehilangan perempuan itu membuat Mikael tahu kalau ia mencintainya. 

            Namun, malam ini, saat ia memeluk tubuh Rose Asmaralaya di balik selimut kamarnya yang tebal, Mikael kesulitan mencari nama untuk perasaannya. Pria itu menunduk untuk menatap Rose yang tidur dengan tenang dan mencoba mengelaborasikan semua yang ia rasakan beberapa minggu terakhir ini. 

            Terlalu banyak untuk dijelaskan atau terlalu rumit untuk diberi nama, mungkin. Satu yang Mikael tahu pasti, ia tidak mau Rose berada jauh dari dirinya. Bahkan di ketika kulit mereka saling menempel saat ini, Mikael menginginkan Rose lebih dekat lagi. 

            Apalagi setelah hal yang mereka lakukan beberapa jam lalu, Mikael bersumpah ia tidak mampu menerima kenyataan jika Rose juga melakukan hubungan seintim ini dengan Raeden. Ya, mereka melakukannya. Dan membayangkan Rose memuaskan Raeden seperti yang wanita itu lakukan kepadanya, Mikael yakin ia bisa gila. 

            Mikael mengumpat dalam hatinya karena tidak bisa mengatakan di depan wajah Rose bahwa ia tidak bisa berkata ia cemburu.

            Oh, itu artinya ada satu lagi yang Mikael tahu pasti tentang perasaannya. Ia hanya ingin Rose bersama dirinya. Tidak bersama Raeden, tidak bersama laki-laki lain. Seperti Rose yang menjadi satu-satunya wanita yang bisa membuat Mikael mabuk di setiap ciuman mereka, seperti itu juga Mikael ingin Rose melihat dirinya.

           Mikael mengeratkan pelukan sebelum mencium dahi wanita itu. Kemudian, ciumannya turun ke kedua mata dan hidung Rose. Terakhir, ia mengecup pelan bibir tipis Rose sebelum memejamkan mata.

            Jadi, apa benar semua hal di dunia ini punya nama? Salah. Sama seperti perasaan Mikael saat ini, kenyataanya adalah tidak semua hal di dunia mempunyai nama dan memang diciptakan hanya untuk dirasakan.

***

           "Thanks," ucap Rose kecil. Ia menggigit bibirnya dan berkata sebelum membuka pintu mobil Mikael, "Kamu bisa langsung pulang saja. Nanti aku bisa pulang naik taksi."

            Cepat-cepat Rose turun dari mobil Mikael tanpa melihat wajah pria itu dan memasuki lobi rumah sakit yang sepi di hari Minggu ini. Rose masih tidak percaya bahwa semalam ia tidur bersama Mikael dan mereka melakukannya lebih dari satu kali. Jangan tanya, "bagaimana Rose?" karena sudah jelas wanita itu akan lebih dulu berubah menjadi mentega meleleh. 

            Rose melipat bibir saat mengingat betapa lembut Mikael memperlakukannya dan sekarang, ia tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sadar betapa cepat detak jantungnya ketika bangun di pelukan Mikael tadi pagi dan pria itu bertanya dengan sangat santai, "Kamu mau sarapan apa?"

            Percakapan mereka hari ini hanya tentang sarapan dan setelahnya mereka banyak diam. Rose sendiri masih sibuk mengatur kupu-kupu beterbangan di perutnya, sedangkan Mikael tidak berbicara banyak. Pria itu menjadi sangat pendiam pagi ini dan Rose mulai merasa bahwa ia tidak cukup untuk Mikael. 

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora