VII

14.3K 1.4K 61
                                    

        Rose tidak tahu bagaimana ceritanya sehingga tawarannya untuk mengantar Alyssa ditolak. Apa yang dia lewatkan? Oh, adiknya akan pergi bersama Michael Leclair malam ini.

       "Mikael yang akan menjemput," kata Alyssa malu-malu saat mereka baru memasuki walk in closet.

       "Cie... ada yang sedang jatuh cinta," goda Rose sambil tertawa.

        Alyssa mendorong bahu Rose pelan lalu menjawab dengan cemberut, "Apa, sih? Nggak!"

      "Whatever you say. And finally, aku bukan supirmu lagi," Rose tertawa dan setelah Alyssa berdecak, dia meminta Rose memilihkannya midi dress.

       Hanya midi dress.

       Alyssa tidak pernah menggunakan gaun sederhana seperti midi dress ke acara-acara penting. Porsi midi dress sekadar untuk pergi ke mall. 

       Ketika Rose datang ke rumah orang tuanya untuk menemani adiknya memilih pakaian setelah pulang kerja tadi, wanita itu cukup tertegun karena Alyssa menginginkan penampilan yang sederhana. Malam ini, Sierra Dharmasena--adik sahabatnya, Harvey Dharmasena--akan meresmikan SHEN Art Gallery, artspace barunya di kawasan Senopati. Sebagai kerabat dekat, baik Rose maupun Alyssa diundang untuk datang dan seperti biasanya, Rose menarik diri. Alyssa yang akan tampil. 

      "What do you think, Kak? Apakah kurang?" tanya Alyssa kepada Rose.

       Alyssa Raline Asmaralaya tidak membutuhkan gaun yang mahal dan mewah sekalipun untuk terlihat memukau. Walau kali ini dia memakai gaun yang lebih sederhana, Rose tetap menganggap bahwa pertanyaan Alyssa adalah pertanyaan konyol karena tentu saja Alyssa akan selalu cantik dan menawan.

       Midi dress biru muda Alyssa menjuntai dengan sangat cantik apalagi saat wanita itu berputar. Motif bunga-bunga pada gaunnya menambah auranya yang manis dan menyenangkan. 

       Alyssa benar-benar sempurna. 

      "Cantik banget..." Rose memuji adiknya dengan mata yang berbinar sehingga Alyssa tersenyum dan berjalan memeluknya. 

       "Terima kasih. Ini berkat pilihanmu, Kak. Aku tidak berpikir akan memakai Prada malam ini," kata Alyssa lalu kembali mematut diri di cermin besar walk in closet-nya. 

       Rose yang sedang duduk di sofa sambil mengunyah kerupuk udang menautkan alisnya dan tertawa. 

       "Prada deserves the night. Walau seharusnya kamu tidak perlu repot-repot meminta mendapatku, Lys. A burlap dress would be so good if you were the one who wore it. Fans-mu tetap banyak. Mengerti maksudnya tidak?"

       "Exaggerating," Alyssa memutar kedua bola matanya. 

        Alyssa hafal sekali bahwa Rose selalu mengatakan kata-kata itu setiap kali dia meminta wanita itu menemaninya memilih pakaian. Apa yang Alyssa tidak mengerti adalah Rose tidak pernah sadar kalau dirinya sendiri cantik luar biasa dan tidak pernah mau tampil ke publik. Alasannya juga Alyssa tidak tahu. Setiap kali ada acara bersifat di luar jam kantor, Rose selalu meminta Alyssa menggantikannya, dan Alyssa tidak pernah keberatan.

       "No, it's not. I meant every single words I said, Alyssa."

        "Kak, aku juga serius. Hanya saja, kamu harus mengganti kebiasaanmu memakai kemeja dan kulot panjang setiap ke kantor. Your stunning dresses are waiting for you," kata Alyssa kepada Rose yang masih mengenakan kemeja panjang putih dan kulot panjang, setelan kantornya hari ini. 

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang