XXI

12.4K 1.5K 77
                                    

           Malam itu, Mikael sedang berada di dalam kamar dan memeriksa ulang barang-barang yang Andaka siapkan untuk kepulangannya besok ke Paris. Pria itu hanya mampu memberi Jakarta kesempatan selama satu minggu. Ia sudah cukup merasa berantakan dan kosong sehingga ia tidak mampu memberi lebih banyak waktu. 

          Jakarta sudah lama kehilangan dirinya sepuluh tahun yang lalu. 

          Mikael sedang melepas kancing-kancing kemeja biru mudanya setelah ia menyudahi telepon dari Tyler Karim tentang keberangkatan mereka besok. Baru saja Mikael meletakkan ponsel di atas meja saat ponselnya kembali berdering dan melihat nama Alana di sana. 

          "Mikey, you crazy!" Alana berseru ketika Mikael menerima panggilannya.

          "Don't waste my time. Kalau kamu hanya-"

          "Alana bisa menikahi Alan Asmaralaya?" potong Alana masih memekik karena ia kesal setengah mati kepada Mikael. "Tadi Papa bercerita tentang CLAIR dan juga—oh, tentu saja—saranmu yang sangat konyol dan gila. Memangnya aku terlihat seperti penyuka anak kecil, Mikael?"

          "Apa ada yang salah? Kamu juga anak Papa dan keturunan Leclair," jawab Mikael tidak acuh dan Alana menggeram gemas.

          "Jelas saja salah!" seru Alana lalu Mikael tertawa kecil mendengar adiknya marah-marah. 

          "Mikey, umur kita sama. Coba kalau kamu yang menikahi anak SMA, apa kamu mau? Saranmu itu sangat bodoh."

          "Alana, kamu berlebihan."

          "Mikael, kamu bodoh dan menyebalkan."

          "Ya, terima kasih kalau begitu. Teleponmu tidak penting dan aku masih harus membaca email dan packing," Mikael berkata.

          "Dasar workaholic. Kamu jadi ke Paris besok?" tanya Alana.

          "Iya," jawab Mikael datar sebelum alisnya bertaut ketika ia mendengar suara yang ramai dari sisi panggilan Alana. "Alana, kamu di mana? Kenapa terdengar ribut sekali?"

          "Aku mau ikut ke Paris boleh ya? Sehari saja untuk membeli Ladurée dan ke Fouquet's. Aku tiba-tiba ingin macaron."

          Mikael tidak mempedulikan perkataan Alana dan ia kembali bertanya, "Alana, kamu di mana?"

           "Ingin tahu sekali sih," cibir Alana lalu menjawab, "Aku sedang menemani Alyssa ke rumah sakit."

           "Rumah sakit? Kenapa larut sekali? Ini sudah jam sebelas malam," Mikael melirik Patek Phillipe di tangannya. Setahu Mikael, adiknya itu jarang sekali keluar malam kecuali untuk hal yang penting-penting saja.

           "Well, Alyssa memintaku mengantarnya ke rumah sakit karena Raeden Agratama yang sakit jiwa itu membuat Rose jatuh dari tangga," kata Alana.

            Mikael tertegun. Sesuatu di dalam dadanya bergemuruh begitu kencang ketika mendengar kata-kata Alana. 

            "Halo? Apa kamu masih di sana Mikael?"

            Mikael tidak menjawab sama sekali dan ia memejamkan matanya. Rose harus baik-baik saja.

            "Aku ingin ke sana. Kirimkan aku alamat rumah sakitnya sekarang, Lan," perintah Mikael kepada Alana lalu mengambil kunci mobilnya dengan sangat cepat. 

            "Mau ngapain?!" Alana memekik heran. 

            "Jangan banyak bertanya, Alana. Kirimkan saja aku alamatnya sekarang. Aku harus ada di sana."

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang