Tempat Terburuk untuk Menyadari Kehilangan

15 0 0
                                    

Pernah ada seseorang yang begitu membekas dalam jiwa. Orang ini menjadi jangkar yang menahan rasa untuk berlayar ke hati yang baru. Dia mungkin sudah tidak ada dalam dekat. Tapi bayangnya masih mengikat dalam ingatan indah; tentang kebersamaan yang sudah lama dia bantah.

Upaya-upaya yang sempat dilakukan tidak begitu berpengaruh pada kondisi hati yang memintanya kembali. Begitu dalam cinta yang dulu nyaman, begitu nyaman cinta yang dulu dalam. Kegemaran yang sudah lama hati rasakan tak semudah itu untuk digantikan. Asmara yang berlarian kini terjatuh. Lumpuh tungkainya, mati harapannya.

Jiwa telah mencerap romansa lengkap. Namun minggu ini semua diupayakan untuk lenyap. Segala kepak kenang diusir agar tak lagi hinggap. Melamun dalam ratap, lenyap bersama harap, kehadiran-kehadiran yang dirindukan tak lagi menyempatkan tatap.

Berawal dari janji-janji puitis, dia mengambil hati yang sudah terlanjur terbuai kata-kata manis. Bagian ini lah yang sering kali menjadi gema di telinga, menyamarkan suara hati yang berusaha menguatkan batin. Mengambil keputusan untuk menunggu, berharap dia akan kembali dan bisa terjalin seperti dulu.

Selepas itu semua yang tersisa hanya diri sendiri. Yang masih terjebak dalam bekunya waktu. Dunia berputar, nyawa terdiam menggenggam ikrar. Menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi. Kepergiannya sangat sulit untuk dihadapi. Bisa saja di sana dia telah bahagia. Dengan hidup barunya, dengan senyum baru. Senyum sang pengganti.

Dalam kecamuk yang bersila di kesendirian, paham berangsur pecah menjadi dua. Sebelah ingin sekali pergi. Sebelahnya lagi tak sanggup untuk berlari. Keyakinan yang salah pada harapan yang akan terkabulkan menyelimuti seluruh niat beranjak. Pergi tak bergerak. Tabir dalam diri kian rusak.

Dari niat awal menyudahi pedih, kenangan selalu jadi berat yang terpaksa terpilih. Sebagian membahagiakan, namun lama-lama juga mematikan. Apa yang sekarang telah terpancang, penyebab utama dari rasa percaya yang terpincang.

Berdamai pada kenangan bisa menjadi penawar atas hilangnya kepercayaan pada manusia. Menciptakan ruang baru yang lebih bersih di hati untuk cinta baru yang lebih mengerti arti menghargai. Walau sebenarnya hal itu hanya akan menyembuhkan permukaannya saja. Yang terdalam dari itu tetaplah hidup, meski tidak lagi berisik. Sampai kapanpun, kenangan selalu jadi tempat terbaik untuk mengingat kebersamaan dan selalu jadi tempat terburuk untuk menyadari kehilangan.

Baca tulisanku yang lain juga di sini:

Instagram/twitter : fajaresokhari

Fajar Esok HariDove le storie prendono vita. Scoprilo ora