Surat, Ikan dan Angan

16 0 0
                                    

Namamu menjadi puisi yang menggantungi penaku saat aku menulis di secarik kertas. Udara yang masuk lewat jendela yang belum kututup malam ini ingin kubawa juga ke dalam surat. Karena udara malam mirip sekali denganmu; senang menyelinap di lamunan-lamunan sepi. Walau kadang terlalu lembap untuk paru-paru, terlalu dingin untuk hati.

Tulisanku terhenti saat ponsel memutar lagu favoritku. Sesaat, bait-bait lagu itu membelah rima dan kelanjutan puisi. Kalau diingat-ingat, kau juga sudah jadi lagu favoritku. Aku senang mendengarmu. Suaramu tidak hanya penuh dalam telinga, tapi juga perasaan. Aku sering memutar ulang suaramu dalam kepalaku. Suara tertawamu begitu membekas di ingatan. Lagu-lagu favoritku sering kali membuatku tenggelam dalam lirik. Mata hangat lalu basah tanpa disadari. Suaramu yang terekam dalam pikiran juga begitu. Mata hangat, lalu basah tanpa disadari; karena suaramu saja yang kudapat, cintamu belum.

Tulisanku masih belum juga berlanjut. Setelah mengetuk pena ke atas meja berulang-ulang, berharap ada gagasan cemerlang yang bisa diajak bekerja sama, pandanganku malah teralihkan ke ikan guppy yang kupelihara dalam akuarium. Ia bergerak meliuk-liuk, ekornya berkibar cepat-cepat, seperti sedang menari salsa. Aku suka dan menyayangi ikan guppy ini. Apa harus kubawa juga ia ke dalam surat ini? Ah, tapi kau tidak mirip dengan ikan guppy. Kulitmu terawat, tidak bersisik. Kau tidak makan lumut. Kau tidak pandai dalam tari salsa. Aku juga tidak bisa memeliharamu dalam akuarium. Kamu lebih cocok dipelihara di hati.

Sepertinya surat ini kulanjutkan besok pagi saja, bersamaan dengan mengerjakan PR matematika di sekolah. Aku tutup jendela yang sejak tadi mempersilakan udara malam masuk dan menjelma menjadi tulisan tangan. Aku matikan ponselku yang sejak tadi menyuarakan beragam lagu sedih. Aku mendekati akuarium, lalu membacakan doa tidur untuk si ikan guppy. Ia masih kecil, jadi masih harus sering-sering didikte saat berdoa.

Malam jadi panjang rasanya ketika aku tahu besok aku akan memberimu surat yang berisi tidak hanya sepaket ungkapan perasaan, tapi juga beragam tanda tanya yang selama ini aku pendam terhadapmu. Sulit sekali rasanya untuk tertidur. Segala kemungkinan baik dan buruk beterbangan di langit-langit, bersama nyamuk, bersama angan yang teraduk.

Semoga besok kau mau menerima dan menyukai surat yang kubuat. Dan semoga pacarmu tidak tahu.

Baca tulisanku yang lain juga di sini:
Instagram/twitter : fajaresokhari

Fajar Esok HariWhere stories live. Discover now