03 - Jadi Bahan Taruhan

14.4K 1.9K 51
                                    

"Cinta itu hadir pada pandangan pertama, pandangan terakhir, dan semua pandangan yang pernah dialami keduanya."
—Antariksa—


Setelah acara gendong-gendongan tadi, Rasel diturunkan oleh Serkan tepat di tengah lapangan. Seluruh mata sontak memandang mereka dengan tatapan penuh kebingungan. Rasel menggigit bibirnya gugup, Duh semoga Abim cepet dateng deh.

"Loh Sel, kok lu bisa bareng Serkan?" Benar saja, Abim buru-buru menghampiri Rasel begitu melihat anak itu digendong masuk lapangan. Abim menatap Serkan dan Rasel menyelidik. Aneh banget, tipe macam Serkan kok bisa-bisanya ngegendong Rasel. Ada gerangan apa?

"Oh Bim, ini temen lu?" Serkan balik bertanya. Abim cuma ngangguk aja ngejawab. Dia menarik tangan Rasel untuk berdiri di dekatnya. Abim tau Rasel ga nyaman jadi pusat perhatian. Orang-orang yang tadi lagi sparing juga berhenti ketika lihat Serkan sama Abim tatap-tatapan seakan mau saling bunuh.

Abim dan Serkan sama-sama kapten basket disekolahnya. Semuanya juga udah pada tau kalo hubungan Abim sama Serkan bisa dibilang 'gak damai'. Dulu sempet ada konflik diantara mereka, ga tau kenapa masalahnya, tapi hubungan diantara keduanya mulai retak sejak saat itu. Abim kenal banget orang di depannnya ini.

Serkan tipe cowo pendiem. Irit banget kalo ngomong, bahkan jarang dari satu kata. Makanya Abim heran sekaligus ga percaya denger Serkan tanyain tentang Rasel. Tumben juga dia peduli sama orang, biasanya mau itu dari SMA mana kek, Serkan ga suka ikut campur apa-apa. Abim makin curiga. Jangan-jangan Rasel malakin Serkan?

"Heyy ada captain dateng. Tumbenan capt lu dateng ke sini. Mau ikut sparing lawan SMA Antara?" Raka dateng-dateng udah nyelutuk.

Serkan yang denger kata sparing langsung memasangkan senyum smirknya. Ia menatap Rasel remeh.

"Woy sini semua ngumpul ke tengah!" Serkan berteriak meminta anak-anak buat kumpul di tempatnya berdiri, tengah lapangan. Anak basket yang denger suara Serkan langsung berlari ke tengah lapangan. Sekali lagi, tumben Serkan memanggil mereka untuk berkumpul. Biasanya Serkan tipikal orang yang irit bicara dan malas berteriak.

"Kenapa ini capt?"
"Tumbenan manggil."
"PMS capt? Mukanya serius amattt."

Anak-anak basket mulai berasumsi sendiri. Ada apa dengan captain mereka? Serkan juga jarang banget mau gabung sparing walaupun ia adalah captain basket SMA Dirgantara. Ga biasanya Serkan gabung sparing di siang bolong gini.

Serkan maju selangkah ngedekat ke Abim. Matanya menatap Abim tajam disambut dengan melempar bola basket ke Abim. Ntah bola basket itu datang dari mana, yang jelas bolanya udah ke lempar oleh Serkan ke dada Abim. Abim yang dapetin serangan bola tiba-tiba langsung was-was. Ia refleks mengambil bola yang dioper Serkan kepadanya.

"Kita udah lama ga tanding persahabatan kan. Gimana kalo kita bikin pertandingan ini jadi lebih seru?" Serkan mengangkat sebelah alisnya sembari menawarkan ke Abim.

"Maksud lo apa?" Abim makin curiga.

"Taruhan."

Abim dan tim sontak terkejut mendengar penawaran Serkan. Mereka semua menatap Serkan tak percaya. Tapi justru semakin membuat Abim tertantang. Cih, anaknya ngajak taruhan ternyata. Ga tau aja dia, Abim kan rajanya taruhan.

"Boleh. Lo mau taruhan apa?" Abim tersenyum miring.

"Temen lo." Serkan menunjuk tepat ke arah Rasel. Suasana makin canggung, Abim juga bingung kenapa Serkan nunjuk Rasel.

"Hah, kenapa temen gue?"

"Gue mau dia pindah ke sekolah ini kalau tim lo kalah."

'BTOOMMMM'

Seakan diledakkan bom atom, atmosfer di sekitar mereka menjadi sunyi. Semua orang diam menatap Serkan dan Rasel dengan pikiran masing-masing. Ga ada yang berani bersuara, semuanya masih bingung mencerna ucapan Serkan barusan.

Rasel menatap Serkan horor. Ga salah denger kan?

Serkan minta Rasel pindah ke SMA Dirgantara!

Disisi lain, Abim udah ngepalin tangannya nahan emosi. Serkan udah kelewatan batas, masa sahabatnya dijadiin bahan taruhan! Lagipula, kenapa harus pindah ke SMA Dirgantara? Abim ga rela Rasel jauh dari pantauannya nanti.

Abim mengusap wajahnya gusar. Sahabatnya itu...ditinggal sebentar aja, pasti bawa masalah.

"Gak, gak, apa-apaan lo! Rasel bukan bahan taruhan. Lagi juga lo mau ngasih apa buat ditaruhin ke kita?" Abim berusaha menahan emosinya yang kian membuncah.

"Kalau gue kalah, tim gue bakal mundur dari O2SN." Semua orang langsung menatap Serkan tak percaya.

Serkan serius mau taruhan!

"Capt, lu gak salah ngom—"

"Oke." Ucap Abim final.

Rasel dongkol dengernya, 'kok lo iya in sih Bim!! Nanti kalo tim kita beneran kalah, kan gue yang rugi. Enak banget lo jawab iya..' Rasel ngebatin dalam hati.

Senyum di wajah Serkan menerbit perlahan. Raka selaku wakil captain SMA Dirgantara cuma bisa diem pas kalimatnya dipotong Abim. Kenapa captain mau jadiin Rasel bahan taruhan?

Gatau ah, Raka juga ga ngerti. Captain basketnya ini begitu misterius, bahkan limbad aja kalah seriusnya sama Serkan!

"One round. Gue pastiin lo bakal kalah." Serkan menatap Abim remeh. Sementara itu Abim hanya membalas dengan senyuman kecil.

"Tenang aja, gue ga bakal kalah." Balas Abim dengan percaya diri. Mereka berdua kini berjabat tangan untuk menyudahi kesepakatan.

Rasel mematung di tempat.

ini serius?

Dirinya dijadiin bahan taruhan, Abim malah setuju.

Dunia udah gila!

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang