12 - Abimanyu

3.9K 309 18
                                    

"Jatuh cinta adalah pisau bermata dua. Kalanya ia teduh akan melayang setinggi awan, kalanya ia rapuh akan terhempas ke dasar. Tapi sialnya, aku sudah sejauh dasar itu."
—Antariksa—




Pagi hari seperti biasa, klise yang selalu datang tiap harinya. Burung berkicau, langit yang cerah, sinar mentari turut masuk melalui celah jendela, tak lupa suara kang bubur yang lewat dijalan.

"BUBUR AYANGGG!!" Tukang bubur itu menyahut keras dari luar pagar rumah.

"—bubur ayam anjing." Rasel misuh-misuh kepada akang bubur yang lidahnya kepleset. JAUH BANGET DARI AYAM KE AYANG!

Akang itu duda kah? jualan bubur kayak main ometipi.

Sialan, awalan hari Rasel kenapa harus ngomel gajelas begini. Ya pokoknya Rasel kesel harus kebangun karena typo kang buryam.

Rasel menatap jam diatas nakas pink miliknya. Ohooo, ini masih jam 6 pagi. Masih ada satu jam tersisa sebelum bel masuk sekolah. Alangkah lebih baiknya jika ia tidur sekarang, mumpung ada waktu—

"RASEL, ADA ABIM NIH DI BAWAAHH!" Teriakan Bunda menggelegar dari lantai satu. Rasel memutarkan bola matanya malas. Baru saja hendak menarik kembali selimut, ia terpaksa harus turun dari kasur untuk bersiap berangkat sekolah.

Shit, Abim.

Kenapa sahabatnya yang satu itu selalu tepat waktu. Agak heran rasanya anak rajin seperti Abim tahan untuk berteman dengan Rasel yang urakan gini dari orok lamanya. Tapi Rasel tak bisa memikirkannya sekarang, yang jelas ia harus segera mandi dan ganti baju.

Rasel paham sekali jika dirinya melanjutkan tidur dengan Abim yang menunggu di bawah, maka akan dipastikan tubuh Rasel dua menit kemudian sudah ada di dalam bath up.

EITSSSSS...

Kalian pasti mikirnya Abim akan menggendong Rasel ala bridal style menuju bath up, kan? Jika kalian benar mengimajinasikan seperti itu, selamat! Kalian halu tingkat akut, melebihi wibu bawang.

Kalian harus tahu, Abimnya itu ga sebaik yang kalian kira. Itu kalau Rasel ketauan masih goleran di kasur, si Abimanyu akan masuk ke kamar Rasel, menyeret tubuhnya ke kamar mandi dan BYUUURRR—

RASEL DICEBURIN KE KOLAM SABUN (:

YTTA yaa, Abim itu masokis ke Rasel. Ga ada baik-baiknya, huhu.

"Acel, lo kalau dalam hitungan ke tiga ga turun ke bawah, gue bakal tinggalin. Biarin aja lo naik onta ke sekolah!" Abim berteriak keras dari lantai satu.

Rasel mendengar itu langsung panik. Buset, kalau gaada Abim, cari onta dimana anjirrr. Tolooonggg!

"Satu.."

"Dua.."

"TIGA ABIM, TIGAA!! Mata gue udah melek nih, gue mandi dulu ya. Awas lo ninggalin!" Rasel menjawab teriakan Abim yang disambut dengan kekehan kecil dari bawah sana.

Rasel selalu imut, seperti biasa —pikir Abim dalam hati.

• • •

"Bim, PR lu sini dong mau nyontek." Seperti biasanya, si raja nyontek Raselio akan menjadi langganan salin tugas milik paduka Abimanyu.

"Ternyata bukan badan lo doang yang mungil, otaknya juga ya. Ini cuma PR tambah-tambahin variabel x doang anjir, segala nyontek." Abim memungutkan bibirnya kesal. Pikirnya kalau seperti ini terus, imajinasi Abim untuk ngedate sama Rasel di perpustakaan ga akan terkabul nih :(

"Elah Bim, Rasel lu tanya otaknya segede apa? Gue sih yakinnya otaknya udah ketinggalan di sekolah sebelah noh!" Udin menyelos, menyindir Rasel yang sejak beberapa hari yang lalu dekat dengan manusia-manusia dunia luar, siapa lagi kalau bukan Serkan and the gank.

"Bacot lu." Rasel langsung menyambat PR milik Abim dan kembali ke tempat duduknya.

Sialan,

siapa yang dipikir mau berteman dengan cowo mesum semacam Serkan. Kalau dipikir-pikir, Rasel bisa deket sama anak sebelah gara-gara temannya juga kan. Siapa suruh jadiin Rasel bahan taruhan.

"Cel, lo tau ga. Hari ini ada anak baru tau. Kata bu Ida, itu tuh cewe cantik dari sekolah sebelah." Memet berbisik ke Rasel dengan senyum mesum.

Anjir, masih pagi coy.

"Muka lu kok jadi sange begitu?" Natha yang duduk di sebelah Rasel menatap Memet heran.

"Coy, langsung gas aja kosongin satu bangku. Nanti biar duduknya sebelahan sama kita." Memet kemudian mendorong Natha dari kursi, membiarkan kursi di sebelah Rasel kosong.

"Sialan lo, trus gue duduk dimana?" Ucap Natha protes tidak terima.

"Di hati aku aja mas, I'm here for you muach."

Memet langsung mencium sekilas pipi Natha—"GOBLOK MEMET!"

Natha kaget setengah mampus. Ternyata Memet beneran cium pipinya, sampe saliva beruk satu itu aja masih nempel. Buru-buru Natha menghapus jejak najis dari Memet.

MEMET GILAAA!

"AWAS LO MET SINI GUE POTEK BIBIR LO!"

Natha dan Memet langsung berlarian keluar, persis seperti monyet dan kutu lagi kejar-kejaran. Ohoo, jangan ditanya Rasel peduli apa engga. Atensinya sekarang lagi teralihkan dengan salinan tugas, ini harus segera selesai sebelum Bu Ida masuk weh. As always, guru MTK, badai menerjang pun tetap datang mengajar.

"Lo semua ribut-ribut ga guna anjir, ujung-ujungnya juga ntar dia duduk di sebelah Abim. Ketua kelas kita yang paling teladan." Rasel kini menimpal, yah mau bagaimana pun juga sahabatnya itu selalu menjadi incaran para wanita.

"Ga mau, ogah!" Abim memutarkan bola matanya jengkel.

Abim kemudian menatap sendu kursi di sebelah Rasel yang sudah tidak ada penghuninya.

Mau yang duduk di sebelah gue bidadari curug pun, gue tetep pilih lo Cel buat jadi chairmate gue. Ga bisa kah gue aja yang duduk di sebelah lo? -Abimanyu

•Radizka Abimanyu•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Radizka Abimanyu•

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang