08 - Tidur Bersama?

14.9K 1.7K 112
                                    

"Karena hati tidak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh"
—Antariksa—


!HAPPY READING!



Rasel menekuk wajahnya kesal saat mendengar suara guntur dan kilat yang datang bersamaan. Makanan mereka telah habis, walaupun memang terlihat sangat banyak, namun nafsu makan Rasel yang besar dapat menampung semua makanan itu. Masalah terakhirnya adalah—

Hujan.

"Hujannya deras banget. Lo tetep bisa nyetir kan?" Rasel membuka pembicaraan setelah keduanya selesai makan.

Serkan bergidik acuh.

"Gue rabun jauh."

Pria cantik itu menghembuskan nafas berat begitu mendengar jawaban Serkan. Pupus sudah harapannya untuk pulang dengan cepat. Hiks, bunda—Rasel mau pulang..

"Kita cari hotel aja gimana?" Tawar Serkan.

"HAH?!"

Cowo macam apa yang berduaan di satu kamar hotel. Gapapa deh kalau hubungan mereka itu ayah dan anak.

Tapi ini kan Rasel sama Serkan, Serkan juga bukan temen Rasel!

"Udah jam 10 malem. Yakin mau nekat pulang?" Tanya Serkan memastikan.

"T-tapi kan aneh kalau dua cowo di satu kamar hotel. Gue juga ga bawa uang buat sewa kamar—"

"Gue yang bayarin."

Lagi-lagi Rasel bungkam.

Jujur saja Rasel merasa tak enak dengan Serkan. Lelaki itu terlalu banyak mengeluarkan uang untuk dirinya dari segala hal. Bahkan ini baru kali pertama mereka bertemu,

bukankah terlalu tidak sopan untuk terus bergantung dengan uang Serkan?

"Jangan deh, gue ga enak pake uang lu terus."

Rasel menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah. Serkan menatap lelaki manis di hadapannya dengan lembut. Perlahan ia menarik kedua tangan lentik Rasel dan meletakkannya di genggamannya.

"Gue janji besok pagi kita udah pulang.." Serkan berbicara dengan intonasi beratnya.

Rasel masih terdiam.

Perasaan khawatirnya mulai berkurang saat mendengar janji Serkan.

"Serius ya?" Tanya lelaki manis itu memastikan.

"Iya"

Rasel tersenyum cerah. Yaudahlah gapapa hari ini nginep di hotel dulu. Besok juga sudah pulang kan, nanti ketika sudah sampai di rumah, Rasel janji akan bayar uang hotelnya. Itu juga kalau Rasel inget AHAHA.

"Yaudah, gue booking hotelnya dulu."





------





Lobby hotel terasa sangat penuh saat Serkan dan Rasel sampai. Rasel tampak tidak habis pikir, Serkan memesan hotel bintang 5!

Hotel mewah dengan fasilitas lengkap, ditambah lagi kamar VIP yang akan mereka tempati. Bagaimana bisa orang semacam ini memiliki uang yang begitu banyak?

"Serkan, jujur sama gue. Lo pasti punya sugar daddy kan?!" Rasel menatap Serkan menyelidik.

Serkan yang mendengar pertanyaan Rasel langsung menatap lelaki itu dengan tatapan horor.

"Sinting"

Rasel mempoutkan bibirnya kesal. Hih ditanya serius malah dikatain sinting.

"Ini Tuan, kartu kamar VIP 205." Ucap sang resepsionis.

Serkan mengambil kartu kamar dan langsung berjalan ke lift, tak lupa dengan tangannya menarik paksa Rasel agar ikut membuntutinya.

Rasel yang ditarik hanya bisa diam mengikuti langkah Serkan. Sesekali lelaki mungil itu menggerutu dibelakang Serkan karena kekesalannya yang masih terpendam.

"Jadi kita tidur berdua?" Tanya Rasel saat keduanya kini telah memasuki kamar.

"Ya gimana lagi, kasurnya cuma satu."

Lagi-lagi yang Rasel bisa lakukan hanyalah menghembuskan nafas frustasi.

Hotel macam apa ini, katanya kamar VIP tapi kenapa ranjangnya cuma satu?!

Hm, tapi emang ranjangnya kingsize sih.


YA TAPI KAN MASA RASEL HARUS TIDUR SERANJANG SAMA COWO ASING KAYAK SERKAN!


"Gue tau kita ga sempet beli baju. Jadi tadi gue minta dibeliin baju sama petugas hotel." Ucap Serkan sembari melempar totebag hitam berisikan pakaian baru dan tentu saja Rasel juga dapat melihat kualitas dari setelan piyama itu.

Dior

Sialan, itu merek brended!

Jadi coba jelaskan sekali lagi bagaimana bisa lelaki semacam ini begitu berlimbah harta dan tahta. Sudah pasti karena the power of sugar daddy, kan?

Rasel menangkap totebag tersebut dan mengeluarkan isinya satu persatu. Shit, bahkan celana dalam baru pun ada.

Rasel semakin yakin, Serkan itu sugar bab—

"Gue emang kaya dari lahir dan tanpa sugar daddy pun gue bisa beli seratus pulau dengan uang gue. " Setelah berkata itu Serkan langsung keluar dari kamar meninggalkan Rasel yang masih terduduk di ranjang hotel.


Sialan


Sepertinya memang benar Serkan tidak punya sugar daddy, tapi—


























pesugihan.

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang