07 - Manuskrip Sialan

14.9K 1.7K 121
                                    

"Kenapa kamu harus mencari cinta jika nyatanya cinta tumbuh dengan sendirinya?"
—Antariksa—


Happy reading!





"Rumah lo dimana?"

"Ish, udah turunin gue ditengah jalan aja. Gue ga mau ngerepotin."

"Gue yang repot bego! Ini di jalan Tol. Mau bunuh diri lu?"

Rasel diem.

"Ck, iya juga." Percakapan berakhir dengan dirinya yang bergumam kesal, lagi-lagi Rasel kalah bacot dengan lelaki disampingnya itu.

Keduanya kini sedang berada di dalam mobil milik Serkan. Rasel awalnya ingin sekali duduk di belakang, namun Serkan kembali mengancam akan menciumnya jika Rasel tidak ingin pindah duduk disamping kemudi. Alhasil karena takut, akhirnya dengan terpaksa Rasel pindah duduk bersebelahan dengan sang supir, siapa lagi kalau bukan Serkan Ananta.

Setiap beberapa menit, lelaki berwajah tampan itu sesekali menoleh ke arah Rasel. Ia menarik senyum tipis begitu mendapati Rasel menekuk wajahnya kesal. Entah kenapa hati Serkan terlampau senang melihat remaja bermata kucing itu menggerutu kesal karena kalah debat dengannya.

Ah, begitu menggemaskan —batinnya.

"Rumah gue gak lewat jalan Tol." Rasel menatap Serkan sengit dan dibalas dengan Serkan yang mengerutkan alisnya samar.

"Siapa bilang gue mau ke rumah lo?" Serkan menampilkan senyum smirknya.

Rasel membulatkan matanya tak percaya. Rasel mau dibawa kemana lagi?!

Kalau dipikir-pikir, Rasel belum pulang ke rumah sejak hari dimana ia pingsan. Ia bahkan belum minta izin ke bundanya.

Dengan paniknya, Rasel buru-buru menggapai lengan kekar Serkan yang sedang memegang kemudi.

"Serkan, kita pulang aja ya.. Bunda gue pasti khawatir anak gantengnya belum pulang dua hari," Rasel kini memohon bergelayutan di lengan Serkan.

Biarin aja kalau nanti Serkan menganggap dirinya manja atau apalah, pokoknya Rasel mau pulang ke rumah sekarang. Dia udah ga mau lagi berlama-lama berduaan sama  curut macam Serkan.

"Iya gue bakal anterin lo pulang. Tapi sebelum itu, gue mau ngajak lo makan di suatu tempat." Ucap Serkan.

Alis Rasel kemudian berkerut bingung.

Makan doang kenapa harus keluar kota? Rasel gak bego ya, bahkan dia udah liat dari petunjuk di Tol tadi...

Ini udah masuk ke daerah Bogor!

"Di Bandung kan banyak restoran. Kenapa kita perlu keluar kota kalau ujung-ujungnya makan nasi juga?" Rasel ngedumel kesel.

Ga tau kenapa setiap ngobrol sama Serkan, bawaannya naik darah terus. Moodnya selalu ancur kalo udah deket-deket sama remaja berwajah agak barat itu. Bawaannya pengen nyakar, rawrr!

"Nanti juga tau."

Tak ada lagi percakapan diantara mereka. Jawaban singkat Serkan sukses membuat mood Rasel semakin buruk. Cih, sok misterius banget jadi cowo!

"Yaudah, bangunin kalau udah nyampe." Rasel langsung memposisikan tubuh kecilnya bersiap untuk tidur.

"Iya." Serkan membalas singkat.

Tak lama kemudian dengkuran halus mulai terdengar.

Rasel telah masuk ke alam mimpi.



ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang