DIANA - 22

66 38 9
                                    

HAPPY READING

oOo

Keesokan harinya keempat lelaki bad boy itu berjalan menyusuri koridor sekolah, saat ini koridor nampak sepi karena KBM sedang berlanjut.

Mereka berempat nampak asik terlebih lagi Aden dan Feris yang selalu saja rusuh, mereka terus berjalan hingga dari arah berlawanan terlihat Diana dengan tangan membawa buku.

Aden yang menyadari terlebih dulu memanggilnya. "Diana!" Seru nya sambil melambaikan tangan.

Diana tersenyum dan mempercepat jalannya. "Kak Aden sama yang lainnya mau kemana?" tanya Diana saat sudah berpapasan.

"Biasa kantin." Diana mengangguk.

Affan melirik buku yang Diana pegang. "Lo mau kemana Di?" tanya nya.

Diana menoleh ke arah Affan. "Mau naro buku ke perpus," jawabnya.

"Em... Yawdah Diana pergi dulu ya?" Mereka mengangguk meng'iya'kan kecuali Tio yang hanya diam, Diana sendiri langsung melenggang pergi tanpa melirik Tio sedikit pun.

Affan berbalik menatap punggung Diana yang semakin jauh lalu menatap Tio. "Lo nyakitin Diana?"

Tio yang dari tadi diam melirik Affan. "Maksud lo?" tanya nya tak suka.

"Diana nggak pernah nyuekin lo, dia selalu tersenyum kalo ada lo. Sekarang dia biasa-biasa aja bahkan nggak ngelirik lo sama sekali, pasti lo nyakitin Diana dengan kata-kata lo itu!" ucap Affan menatap tajam Tio.

"Gue cuman bilang kalo dia cewek murahan, cewek liar yang nggak puas sama satu cowok. Kenapa emang nya? Fakta kan."

Affan melotot tak percaya. "Lo gila? Cewek mana yang nggak sakit hati kalo seseorang ngehina dia kayak gitu! Brengsek lo."

Tio yang mendengar kata brengsek itu tersulut emosi, ia mendorong bahu Affan. "Maksud lo apa bilang gue brengsek hah?!" Bentak nya.

Feris dan Aden yang melihat seperti akan ada pertengkaran itu pun tak tinggal diam mereka memisahkan Tio dan Affan.

"Udah Fan jan--"

"Nggak bisa! Ini cowok udah keterlaluan!" Ucapan Feris terpotong oleh Affan yang masih menatap Tio dengan tajam.

"Diana yang gua hina, kenapa lo yang jadi marah-marah kayak setan! Hah?!"

"Oh! Atau jangan-jangan lo suka sama cewek murahan itu?" lanjut Tio tersenyum sinis.

Affan yang sudah tak bisa menahan emosi nya lagi melayangkan tinjunya tapi dengan cekatan Feris menahan.

"Anjing! Lo berdua kenapa jadi berantem sih! Kalo ada masalah selesaiin dengan kepala dingin, bukan gini caranya!!" Bentak Feris yang ikut emosi dengan tingkah kedua temannya.

"Dia duluan yang mulai!" Tio menatap Affan tajam.

Affan memejamkan mata berusaha untuk memendam amarah nya lalu menatap Tio yang menatapnya sinis, Affan menghela nafas.

"Gue tau lo nggak suka sama Diana, tapi yang lo perbuat itu udah kelewatan. Yo, gue tau lo pasti jengah tapi nggak kayak gitu caranya. Diana juga cewek, dia punya hati, punya perasaan, walaupun dia selalu tersenyum tapi itu nggak menjamin dia baik-baik aja. Hah... Gue nggak tau gimana perasaan tante Retna kalo tau anak yang dia lahirin ngehina cewek yang bahkan bukan sekali dua kali." Affan tersenyum miring.

"Gue kasih tau sama lo, di luaran sana banyak yang nembak dia tapi di tolak, lo tau alasan nya apa? Itu lo, karena dia cinta sama lo. Udah lah, percuma ngomong sama lo, nggak bakal ngerti, gue pamit." Affan berbalik dan melangkah pergi.

Feris menatap punggung Affan sampai hilang di balik tembok, Feris menghela nafas lalu menoleh kearah Tio. "Gue nggak akan nyalahin lo, tapi lo udah keras sama Diana. Tanpa lo sadari, lo ngebunuh Diana secara perlahan, bukan fisik, tapi batin." Feris tersenyum lalu menepuk pundak Tio, "gue duluan."

Tio menatap Feris yang juga pergi, ada perasaan marah ketika mereka membela Diana tapi tak bisa dipungkiri Tio juga merasa sedikit bersalah, ia tak tahu harus bagaimana hanya dengan cara itu Diana tak mengganggunya lagi buktinya sekarang Diana biasa-biasa saja tapi kenapa teman-temannya marah?

Tio melirik Aden. "Kalo lo mau marah dan ninggalin gue, silahkan." Tio berbalik melangkah pergi tapi langkahnya terhenti kerena suara Aden.

"Mereka nggak marah sama lo, mereka cuman ngasih tau apa yang lo udah perbuat itu udah kelewat batas, dan mereka nggak ninggalin lo, mereka cuman ngasih waktu buat lo renungin. Gue cuman pengen bilang, jangan buat diri lo nyesel diakhir karena udah nyakitin hati yang udah tulus sama lo." Setelah mengucapkan itu Aden berbalik melangkah pergi.

Kini tinggal Tio sendiri ia hanya diam di tempat sambil menatap lurus kedepan tak berselang lama ia pun melangkah pergi.

----

Tio menatap gerbang sekolah yang tertutup rapat, sekarang ia sedang ada di rooftop.

Tio mendesah pelan lalu menatap langit yang cerah.

"Sebenarnya mau lo apa?" Gumam Tio masih menatap langit.

"Kenapa lo ngebuat gue kayak gini? Disisi lain gue nggak suka sama dia, gue benci, tapi... Kenapa disisi lain gue ngerasa sakit ngeliat dia sedih, kenapa?"

"Gue punya salah apa sama lo? Kenapa lo mempermainin gue kayak gini hah?!"

"Kenapa hati gue ngerasa nggak nyaman ngeliat dia ngabaiin gue? Kenapa gue ngerasa sedih ngeliat dia ngediamin gue? Bukannya ini yang gue mau? Argh... Bangsat!!" Tio mengacak rambutnya frustasi, ia tak mengerti sebenarnya apa yang ia mau, kenapa hatinya merasa tak nyaman. Tio sendiri pun tak mengerti, saat berdekatan dengan Diana ia ingin sekali memakinya tapi saat bersamaan juga ia merasa tak tega.

Sial!

oOo

TBC

DIANA [ON GOING]Where stories live. Discover now