DIANA - 25

81 39 95
                                    

HAPPY READING

oOo

Tio berjalan dengan tangan yang terkepal erat. Hatinya terasa terbakar tapi juga tak mempunyai hak untuk menonjok wajah lelaki itu. Tio juga merasa sangat bersalah, ia malu pada dirinya sendiri, kenapa ia merasa sangat marah melihat Diana dekat dengan cowok lain? Sedangkan dulu ia hanya cuek tak peduli.

"Lo cemburu?" Tio berhenti melangkah saat mendengar suara itu, ia berbalik mendapati Siska yang memandangnya dengan remeh.

"Pengen marah, tapi nggak bisa? Uuuu kacian."

"Tutup mulut lo!"

"O,oh oke oke, gue akan tutup mulut, tapi apa yang akan lo lakuin setelah ini?" Tanya Siska tersenyum miring.

"Apa lo... Nggak ada niatan buat balas dendam gitu?" lanjutnya.

Tio mengerutkan keningnya. "Bales dendam? Maksud lo?"

Diam-diam Siska mengeluarkan smirk nya, ia menatap Tio yang juga sedang menatapnya penuh tanda tanya.

"Gue tau lo cemburu... diem!" Seru Siska saat Tio ingin menyela.

"Kenapa lo nggak bales dendam aja, kita bisa pacaran kan? Gue tau, lo nggak mau, tapi itu bisa ngebuat balik Diana cemburu."

Tio terdiam mekirkan ucapan Siska, balas dendam? Apa itu mungkin? Sejujurnya Tio tak ingin membuat Diana sakit hati lagi, tapi ego nya berkata lain, Tio menunduk menatap Siska, tanpa memikirkan lebih lanjut Tio mengangguk menyetujuinya.

"Oke, gue setuju, tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Kita pacaran pura-pura."

----

Diana melangkah dengan riang, ia menuruni anak tangga sambil bersenandung. Zea yang sedang berada di bawah itu menggelengkan kepalanya.

"Ana hati-hati, nanti kamu bisa jat--"

Gedubrak

"--tuh." Zea mengerjapkan matanya melihat anaknya yang jatuh dengan posisi yang jauh dari kata elit. "Kamu ajaib banget sayang, baru aja Mamah bilang hati-hati takut kamu jatuh, eh kamu malah jatuh! Wah wah, ajaib!" Ucap Zea sambil menggelengkan kepalanya dengan ekspresi takjub.

"Mamah ih! Anaknya jatuh malah dibilang ajaib!" Kesal Diana sambil mengusap jidatnya yang berdenyut ulala.

Zea mengedikkan bahunya pura-pura tak mendengar ocehan anaknya sedangkan Diana, gadis itu menggurutu kenapa ia bisa jatuh! Apa anak tangga ini mempunyai dendam terselubung padanya? Apa kangen pada ibunya?

Diana menunduk menatap tajam. "Woy anak tangga! Kalo lo mau ketemu emak lo, omongin baik-baik! Gak gini cara ngasih taunya!"

"Emang kalo gue bilang baik-baik lo bakal mau mempertemuin gue ama mak gue?"

"Ya enggak lah!" Ketus Diana.

"Yeu curut! Kalo gitu mah nggak ada gunanya juga gue ngomong baik-baik."

Diana melotot tak percaya. "Heh anaconda! Lo ngatain gue curut?! Gue cantik gin--"

"Puft... Hahahaha,"

Diana berbalik menatap seseorang yang tengah tertawa sembari memegang perutnya lalu menoleh kembali ke anak tangga.

"Hahahaha anjir perut gue sakit, bhahahahah!" Leo tertawa terbahak-bahak terlebih lagi saat melihat wajah Diana yang merah padam karena kesal membuat Leo makin terbahak-bahak.

Diana mengepalkan tangannya, matanya menatap Leo dengan tajam tapi bukannya terlihat seram, Diana malah semakin terlihat lucu.

"Suaranya merdu banget ya Mah? Uuu Diana jadi pengen cabut deh pita suara,nya!" ucap Diana tersenyum kesal lalu melangkah menghampiri Leo, "sini yang, aku cabut dulu pita suaranya. "

Leo yang mendengar itu bergidik ngeri sedetik kemudian ia berlari saat Diana nyaris meninju perutnya.

"Eh jangan kabur lo!"

"Aaaaa tante Zea, selamatkan lelaki tampan and handsome ini dari kejaran harimau!"

Zea menggelengkan kepalanya lalu menatap Leo dengan prihatin. Leo yang melihat tatapan Zea, menelan ludahnya, tatapan itu seperti mengatakan.

Tante hanya bisa mendoakan kamu agar tidak keterkam harimau, tapi kalo kamu sampai keterkam, Tante siap untuk mendengarkan pesan-pesan terakhir kamu.

Leo terus berlari dengan Diana yang selalu mengejarnya, laki-laki itu memikirkan cara agar bisa bebas dari kejaran maut, lama bermusyawarah dengan otak kecilnya, akhirnya ia menemukan jalan keluarnya, Leo menjentikkan jarinya tersenyum.

"Lion!" Ucap Leo tiba-tiba.

Diana berhenti mengejar, matanya berbinar saat mendengar nama hewan menggemaskan itu." Hah! Lion?! Dimana?"

"Disana."

"Dimana??"

"Disitu."

"Dimana???"

"Disono."

"Heh anying! Lo kata ini Dora?! Si Lion ada dimana??" Diana menggeram kesal.

"I-itu di lu-luar," ucap Leo dengan terbatas sambil menunjuk kearah pintu. Tanpa menjawab lagi Diana langsung pergi keluar dengan wajah sumringah.

Leo menghela nafas lega lalu berjalan menghampiri Zea yang tengah tertawa kecil.

"Tante Ze, anak gadis Tante tadi serem banget yah, tapi lucu juga haha,"

"Kamu ini yah, dari kecil sampe sekarang nggak pernah berubah, suka banget jailin orang."

Leo menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Oh iya nih Tan, tadi Mamih nyuruh aku bawain ini," Leo memberikan sekantung plastik.

"Apa ini?" Zea mengambil dan membukanya, "wah kue tart?!"

Leo mengangguk tersenyum. "Mamih sendiri yang buat."

Zea mendongak. "Ucapin terimakasih Tante yah,"

"Iyah, yawdah aku keluar dulu ya Tan." Leo menatap Zea yang tak menjawabnya, wanita setengah baya itu masih menatap kue tart dengan senang.

Sekelebat ide jahil terlintas di otak kecil Leo. "Aku cuman mau ngasi tau Tan, kue itu masih perdana, aku takut besok ketemu Tante bukan di rumah tapi di RS," setelah mengatakan itu Leo melenggang pergi keluar.

Zea tersentak, ia menelan ludahnya lalu menara ku tar kembali.

Kamu nggak masukin yang nggak-nggak kan Hel? - Batin Zea was-was.

oOo

TBC

DIANA [ON GOING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora