SEASON 2 : BAB 21

22.8K 3.8K 1.1K
                                    

Cindy menarik ke atas kupluk hoodie yang menggantung di belakang kepalanya membuat kupluk itu menutupi kepala dan sebagian wajah.

Ia meraih tas ransel berwarna hitam, lalu menyampirkannya di bahu. Kedua Tangannya ia masukan ke dalam saku hoodie yang berada di perutnya. Hoodie hitam dengan tulisan MOLENCIAGA, sebuah brand ternama yang cukup terkenal di kalangan menengaj ke atas. Hoodie mahal yang tampak sudah lusuh dan kotor.

Ia berjalan keluar dari kamarnya. Lala dan Lily yang tengah duduk di ruang tengah tampak sigap berdiri ketika menyadari kehadiran Cindy.

"Cin?! L-lo Cindy 'kan?" tanya Lala hati-hati. Gesturnya penuh waspada ketika Cindy hendak melangkah menghampiri mereka.

Cindy mendengus menatap kedua saudaranya itu. "Menurut lo?!"

"Ya ... ya 'kan bisa aja lo masih kesurupan rubah ekor sembilan."

Lala mengerucutkan bibir ketika Lily menyikut pelan tangannya. "Bukan rubah ekor sembilan, tapi harimau Padjajaran!"

Cindy tergelak. Ia menggeleng pelan menatapi kepolosan dua saudaranya yang naif itu. Ia pun melangkah hendak pergi meninggalkan mereka.

"Jangan mudah percaya sama siapa aja. Orang yang cuma kenal sepintas ..." Cindy menjeda ucapannya, ketika membayangkan wajah dukun palsu tadi. "atau orang yang paling dekat sekali pun ... Ppfftt!"

Cindy pun terbahak ketika mengingat kejadian tadi. Namun kemudian menatap serius keduanya. "karena tipe-tipe cewek BE and GO kayak lo berdua pasti gampang banget di tololin sama orang yang udah bisa renggut kepercayaan kalian," ucapnya menekankan kata bego pada mereka.

Kalimat yang sederhana, namun sarat akan peringatan dan makna.

"Apalagi lo, La!" Cindy menujuk Lala menggunakan dagynya. "Yang suka ketempelan sama mahkluk yang namanya 'cowok rese'."

"Heh! Apa maksud lo, Cin! Awas ya, lo!"

Lala mencak-mencak. Sementara Cindy memilih abai dan melangkah kian jauh meninggalkan keduanya.

Cindy bergidik ngeri ketika membayangkan wajah lelaki tampan yang menjadi crush saudaranya.

Tampan tapi beracun, hiiyyy! batinnya.

Cindy menutup rapat pintu rumah. Ia berjalan meninggalkan halaman lalu menaiki motor trailnya.

Ketika di tengah perjalanan, ia menepikan motornya. Berdecak sebal ketika melihat indikator bensinnya beekedip merah dan nyaris menyentuh angka nol.

"Yah, bangsat! Abis bensin lagi!"

Ia menuruni motornya dengan enggan. Tangannya masih memegang kedua stang motor menuntun motor yang sudah mati itu sambil berjalan kaki.

Cindy melihat sebuah parkiran di depan sebuah gedung yang sangat ia hafal. Gedung sebuah club mewah nan megah. Di mana di sana terdapat banyak anak muda yang tengah memarkirkan mobil mewahnya.

Tampak muda-mudi itu tengah bersiap untuk bertempur ria dengan musik disko di atas dance floor.

Cindy pun memarkirkan motornya di sana. Motirnya berjejer di antara deretan mobil mewah pemilik pelanggan club tersebut.

Gadis itu berniat untuk menyimpan motornya di sini dan berjalan kaki menuju tempat tujuannya. Karena jujur saja ia benar-benar tidak memiliki uang untuk sekedar memberi tenaga motor kesayangannya tersebut.

Ah, sebenarnya bukan motor kesayangannya sih. Karena motor vespa matic kesayangannya dulu sudah raib ia jual. Pun motor trail keluaran terbaru yang biasa ia gunakan sudah rusak akibat kecelakaan satu tahun silam.

 BAD CINDERELLA (Seri Kedua)Where stories live. Discover now